Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Mau Puasa? Sebaiknya Hindari 3 Perkara Ini

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Puasa | Kompasiana (Shutterstock)"][/caption] Puji syukur alhamdulillah, kita memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan. Dan pagi ini setelah santap sahur dan menanti shalat subuh, saya ingin menyampaikan sedikit pelajaran berharga yang mudah-mudahan berharga dan bermanfaat untuk saya sendiri, syukur-syukur ada yang berkenan membacanya. Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang didalamnya dipenuhi dengan kebajikan, bahkan saking baik dan indahnya bulan ini, orang yang tidurpun dinilai sebagai beribadah. Apalagi jika hari-harinya dipenuhi dengan pekerjaan yang positif dan bermanfaat serta ibadah-ibadah sunnah. Tentu amat lengkaplah rutinitas tersebut sebagai bagian penghormatan indahnya Ramadhan. Selain setiap kebaikan dicatat sebagai ibadah dengan pahala sampai 700 kali, juga di bulan ini, setiap ucapan dan tindakan yang baik akan mencerminkan bahwa prilaku seseorang tersebut sesuai dengan petuah-petuah bijak sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Semoga saja, semua umat Islam mendapatkan berkahnya dan menjadi insan-insan yang bertakwa, sebagaimana yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Terlepas dari ketinggian derajat bulan Ramadhan, karena kemuliannya lebih dari seribu bulan, ada 3 hal penting yang semestinya dihindari oleh orang-orang yang ingin mendapatkan kesuksesan, kesuksesan tatkala berpuasa dan kesuksesan dalam kehidupan sosial dan kehidupan akhiratnya. Sebagaimana sekelumit hikmah yang disampaikan oleh Prof. Dr.Quraish Shihab di acara Tafsir Al Misbah Metro TV beberapa saat lalu. Dengan menghindari 3 hal ini mudah-mudahan kita semua akan mendapatkan hikmahnya. Pertama, hindarilah sifat angkuh (sombong), hakekatnya sifat sombong atau angkuh adalah sifat tercela. Bahkan dalam Al-Qur'an dan Hadits Nabi disebutkan bahwa sifat sombong atau angkuh adalah sifatnya syetan. Sifat keji yang harus dihindari apabila kita ingin mendapatkan berkahnya dalam berpuasa. Bahkan menurut beliau, kesombongan itu akan menghalangi seseorang untuk mendapatkan indahnya syurga apabila di dalam hatinya terbersit sifat sombong meskipun sebesar zarah. Kesombongan hakekatnya penyakit hati yang menjerumuskan. Ada banyak orang yang gagal dalam kehidupannya karena kesombongan dan keangkuhannya. Bahkan tidak sedikit yang harus jatuh ke jurang kenistaan karena prilaku ini. Seringkali kita mengatakan bahwa "jika bukan saya dia tidak jadi apa-apa". Dalam hatinya muncul kepongahan dan rasa tinggi diri, dan muncullah persepsi bahwa segalanya tidak akan terjadi jika bukan karena dirinya. Jadi dia menganggap orang-orang di sekitarnya adalah orang-orang yang tak tahu apa-apa. Wajar saja gara-gara prilaku sombong ini perusahaan pun bisa bangkrut karena ditinggalkan partner bisnisnya, dan pemimpin harus jatuh harga dirinya karena sebuah kesombongan. Sombong benar-benar membunuh karakter seseorang secara perlahan. Kedua, hindarilah sifat iri dan dengki karena sifat inipun amat tercela. Hakekatnya setiap orang diciptakan berbeda. Meskipun kedudukan manusia di mata Tuhan sama, tapi potensi seseorang amatlah berbeda. Karena perbedaan potensi dan kemampuan inilah manusia pun diciptakan berbeda status sosialnya. Ada yang sukses secara materi dan adapula yang tidak berhasil (gagal). Meskipun hakekatnya kesuksesan itu bukan hanya karena materi, tapi kesuksesan dalam menata hati agar mereka ikhlas ketika menerima kekurangan. Tidak berbuat anarkis dan memperturutkan hawa nafsu demi menginginkan sesuatu yang bukan haknya secara membabi buta. Membiarkan sikap iri dan dengki merasuk dalam diri hakekatnya sama halnya kita menyimpan penyakit yang sulit disembuhkan. Penyakit ini justru menggerogoti tubuh pemiliknya. Dampaknya karena sikap iri dan dengki muncul dan dipelihara, seseorang akan lebih cederung menilai negatif dan munculnya kecemburuan sosial, tanpa diimbangi dengan kerja keras dan usaha maksimal. Ada banyak pengusaha sukses karena membangun usaha dengan cara sportif dan usaha yang gigih, tidak memupuk diri dengan iri dan dengki. Begitu pula tatkala seseorang berpuasa, sepatutnya penyakit iri dengki ini dijauhi agar mendapatkan kemuliaan dan keberkahan dalam ibadah puasanya. Ketiga, hidarilah berburuk sangka. Prasangka buruk tentu saja akan menimbulkan sakit fisik dan jiwa seseorang. Karena berburuk sangka, seseorang bisa kehilangan moment penting dalam usahanya membangun relasi bisnis. Meskipun sikap waspada dan kehati-hatian pun amat diperlukan. Namun, dengan image negatif tersebut justru akan menghilangkan kesempatan terbaik kita. Baik dalam usaha membangun jalinan komunikasi antar persolan, maupu semata-mata dalam usaha menjaling usaha yang saling menguntungkan. Bahkan para ahli pendidikan dan para pelaku bisnis sering mengatakan bahwa hidup kita mesti dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran positif, dan tentu saja prasangka baik pada siapapun. Ketika image positif dan pemikiran positif menjadi bagian kehidupan kita, maka bukan tidak mungkin kehidupan yang positif dan keberhasilan akan diraih. Begitu pula dengan berprasangka baik tatkala berpuasa, tentu saja para pelakunya akan mencitrakan diri menjadi pribadi yang positif dan dapat mencapai tujuan puasa serta memperoleh keutamaan dan hikmat dari ibadah suci ini. Selain itu, berpuasa tidak hanya kewajiban diri menahan lapar dan haus saja, tapi lebih dari itu melatih diri untuk menjadi pribadi yang positif agar kehidupan umat Islam dan seluruh umat manusia menjadi berjalan secara harmonis. Nabi Muhammad SAW adalah seorang nabi dan saudagar yang sukses di zamannya, karena beliau selalu sukses membangun kepercayaan dan kejujuran kepada orang lain. Sehingga sepatutnya semua umat Islam mengikuti teladan yang diajarkan oleh beliau, agar kehidupan kita menjadi sejahtera. Sebagai penutup dari tulisan ini, ingin saya nukilkan sebuah hadits, Kam min shoimin laisa lahum min shiyamihi ilal juu'i wal athosi (berapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja). Puasa mengajarkan umatnya tidak hanya pada dimensi jasmani dan rohani, tapi dimensi sosial kemasyarakatan agar umatnya menjadi umat teladan, dan tentu saja harapannya bangsa ini pun menjadi bangsa yang sukses membangun rakyatnya. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline