Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Pembelajaran Kontekstual Materi Seni Lukis Pada Anak Tuna Grahita

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1407863226957165571

[caption id="attachment_352569" align="aligncenter" width="573" caption="Hasil karya menggambar anak disabilitas, meski hasil belum maksimal tapi terlihat cukup baik dan lebih percaya diri dalam menuangkan ide-ide warnanya (doc. pribadi)"][/caption]

Pagi tadi (12/08) tepatnya tatkala saya kembali ingin menyampaikan tentang seni lukis, sebenarnya saya sedikit kesulitan lantaran memang basic saya bukan ahli lukis, bukan pelukis atau pekerja seni yang sehari-harinya mengerjakan karya corat-coret tinta pada media kertas atau kanvas tersebut. Saya juga bukan lulusan dari seni lukis pada perguruan tinggi yang fokus untuk mahasiswa jurusan seni. Tapi benar-benar nol pengalaman, tapi meskipun demikian saya tetap berusaha semampu dan sebisanya mengajarkan beramacam-macam materi pada anak-anak penyandang disabilitas.

Saya memang bukan ahli melukis, tapi sangat bangga jika bisa mengajarkan anak-anak disabilitas melukis dengan melihat benda-benda secara nyata. Dan alhamdulillah meskipun hasilnya tidak seperti anak-anak pada umumnya, paling tidak cara menggambar dan kombinasi warna sudah sangat baik.

Mungkin jika dikaitkan dengan status pendidikan, tentu saja jauh dari kesan pantas. Akan tetapi karena dorongan kebutuhan dan tuntutan di mana guru-guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus memang harus serba bisa dan berusaha mendidik anak-anak tersebut dengan cara kreatif dan melihat model-model pembelajaran yang sudah diajarkan oleh para akademisi dan ahli pendidikan sebelum-sebelumnya.

Ada banyak model pembelajaran yang sejatinya banyak ditulis dan diajarkan oleh para ahli pendidikan, dan tentu saja beberapa model tersebut memang sudah diteliti tingkat ketercapaiannya tatkala teori pembelajaran tersebut lahir dan diterapkan. Sehingga amat pantas jika kerja keras pada ahli dan peneliti pendidikan dapat kita jadikan acuan dalam kita melakukan pembelajaran bagi anak didik kita. Terlepas seberapa besar tingkat kesuksesan yang penting proses pembelajaran adalah suatu hal yang paling pokok sebelum membicarakan hasilnya.

Dan juga terlepas dari beberapa model pembelajaran, saya ingin menyampaikan tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual tatkala saya mengajarkan tentang seni lukis. Seni lukis a la anak-anak penyandang disabilitas. Anak-anak yang memiliki keterbelakangan intelegensi dan tentu saja keterbatasan dan pergerakan fisik karena di antara mereka juga menyandang kecacatan fisik. Meskipun banyak pula penyandang disabilitas yang memiliki prestasi yang luar biasa, khususnya dalam bidang lukis melukis dan mendapatkan penghargaan atas kemampuannya yang luar biasa pula.

Sebagaimana menurut Depdiknas, 2012 bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian model pendekatan atau sistem pembelajaran ini benar-benar mendorong siswa agar benar-benar mengaitkan dunia nyata dengan konsep yang tengah dipelajarinya.

[caption id="attachment_352570" align="aligncenter" width="574" caption="Anak-anak disabilitas tengah menggambar motif daun (doc. pribadi)"]

14078635901055704575

[/caption]

Sebuah materi tidak sekedar teori-teori yang sulit diterima, akan tetapi anak akan benar-benar mengenal dan memahami secara langsung dengan apa yang ada dalam kehidupannya atau dalam alam sekitar. Bahkan sejalan dengan model pembelaran tematik integralistik, sepatutnya semua materi pembelajaran akan sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga secara tidak langsung anak-anak akan mendapatkan pengalaman yang nyata dan mengesankan. Dampaknya justru pengetahuan benar-benar terpatri dalam pikiran, dalam sanubari dan tentu saja dapat diaplikasikan dalam dunia nyata mereka.

Konsep pembelajaran kontekstual akan memiliki banyak kelebihan apabila dibandingkan dengan sistem pembelajaran klasik, di mana guru sebagai sentral dalam proses pendidikan (teacher center) dan saat ini diarahkan dan berpusat pada peserta didik (student center). Dengan demikian guru tinggal mengarahkan dan selebihnya siswa-siswa yang berusaha memperoleh pengetahuan dengan obyek yang lebih nyata.

Pembelajaran secara kontekstual hakekatnya merupakan substansi, bahwa ada baiknya anak-anak memperoleh pengalaman yang langsung dia rasakan dan bukan hanya cerita-cerita yang sulit dipahami dan dipraktikkan. Misalnya tatkala saya ingin mengajarkan tentang seni lukis, saya berusaha mengaitkan pada materi lain sesuai dengan tema, dalam hal ini temanya adalah tentang alam sekitar. Karena obyek yang ingin anak-anak pelajari adalah melukis daun, maka anak-anak terlebih dahulu saya perkenalkan tentang karakter dan warna daun, jenis-jenis daun berdasarkan jenis atau golongannya, dan juga bagaimana melakukan kombinasi warna agar diperoleh warna yang serasi dan sesuai dengan benda yang ingin digambarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline