Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Kejahatan di Jalan Raya, Picu Trauma Psikologis

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Beberapa hari ini saya merasakan ada kengerian tersendiri dari dalam lubuk hati. Kengerian yang bersumber dari sebuah cerita teman bahwa baru-baru ini di seputaran Batanghari seorang anak SMA tewas dengan isi perut terurai. Almarhum adalah korban perampokan di jalan raya. Menurut saksi mata, terbunuhnya si korban lantaran ia ingin menyelamatkan kunci motornya sewaktu hendak dirampok. Karena merasa korbannya hendak melarikan diri para rampok pun melakukan tindakan sadis. Membunuh anak ABG ini tanpa ampun. Iiih sadis amaaat ya?

Belum hilang ingatan dari cerita perampokan di jalan raya dengan korban seorang siswa SMA ini, muncul lagi berita seorang perampok (begal) menurut khabar yang beredar tewas dibunuh massa, lantaran terjebak saat melarikan diri dengan kendaraan hasil rampokannya.

Dari foto perampok tersebut terlihat leher ditusuk sebilah pisau dan darah mengalir dari luka tusuknya. Dan ternyata tidak hanya satu orang yang tewas, karena ada beberapa rampok yang harus menerima ganjaran bogem mentah dari masyarakat lantaran kejahatan yang telah mereka lakukan.

Terang saja, akibat beberapa kasus pembunuhan ini mengakibatkan sindrom trauma psikologis. Tidak hanya anak dan adik saya yang sangat ketakutan, karena saya sendiri pun merasa kurang nyaman jika harus berkendara di malam hari. Jangankan di malam hari, di siang hari agak-agak minder jika menuju wilayah yang lumayan rawan. Seperti yang saat ini terkenal adalah Kecamatan Jabung Lampung Timur. Seandainya saya kesana pun dengan konvoi beberapa rekan dengan maksud mencegah kejahatan di jalan raya.

Jangan pernah berharap selamat, jika kita tidak waspada ketika menuju wilayah-wilayah yang rawan kejahatan. Meskipun akhir-akhir ini, para penjahat ini sudah masuk ke wilayah perkotaan. Seperti yang saya ceritakan para perampok ini beraksi di jalan raya arah Sekampung yang lumayan ramai, adapula di sekitaran Masjid Kowi di daerah Kelurahan Ganjar Agung Kec. Metro Barat pun tak luput dari tindakan brutal para pelaku kejahatan.

Kejahatan di jalanan berdampak sindrom trauma psikologis

Mungkin kita sudah lelah dengan semua kejahatan yang muncul. Entah di jalan raya, di rumah-rumah pengusaha kaya maupun di kantor-kantor pun acapkali terjadi perampokan. Namun bentuknya berbeda seperti kejadian belum lama ini Mantan Menteri ESDM Jero Wacik diduga melakukan pemerasan demi kepentingan pribadi.

Lelahnya kita, entah di seantero Lampung maupun di daerah lain, seakan-akan rakyat dibuat gerah. Meski setiap hari kejahatan di jalanan kerap terjadi, pembunuhan korban dan pelakunya ternyata tidak berdampak signifikan terhadap berakhirnya kekerasan ini. Meskipun segala macam tindakan kekerasan itu sempat mencederai makna persatuan karena ujung-ujungnya dihubung-hubungkan dengan urusan kesukuan, ternyata pemerintah belum begitu sigap menyelesaikan konflik dan masalah sosial ini.

Padahal ketika saya sendiri merasakan ketakutan luar biasa tatkala harus keluar rumah di malam hari, padahal biasanya cuek-cuek saja. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung masyarakat kita sudah terjangkiti sindrom trauma psikologis. Padahal jika kita tahu apa sih makna trauma psikologis, tentu setiap orang enggan mengalaminya. Tidak hanya kami, karena lingkungan pun mengalaminya.

Trauma psikologis adalah jenis kerusakan jiwa yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa traumatik. Ketika trauma yang mengarah pada gangguan stres pasca trauma, kerusakan mungkin melibatkan perubahan fisik di dalam otak dan kimia otak, yang mengubah respon seseorang terhadap stres masa depan.


Akibat tekanan-tekanan ketakutan tersebut yang semula dianggap biasa-biasa saja, pun akhirnya menjalar dan mendominasi mental dan pikiran, yang akhirnya justru menjadi penyakit kejiwaan yang amat sulit disembuhkan. Bahkan lebih dari itu para korbannya akan menjadi pribadi yang terlalu responsif, ketakutan berlebih-lebihan, dan dampak yang lebih parah ketika masyarakat sudah tidak lagi percaya terhadap institusi penegak hukum yang katanya ingin membela dan mengayomi masyarakat.

Tentu hasil akhirnya dapat diduga, rakyat tak takut lagi ketika harus melakukan kekerasan balasan di jalanan. Dan buntutnya akan banyak korban-korban baru dari kalangan pelaku kejahatan karena dihukum "massa" lantaran tidak percaya lagi dengan aparat penegak hukum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline