Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Pak Presiden, Beginikah Revolusi Mental?

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada Bapak Presiden Jokowi yang saya hormati,

Sebelumnya saya mohon maaf, beribu-ribu maaf apabila tulisan ini kurang berkenan di hati Bapak. Karena mungkin akan sedikit mengusik ketenangan Pak Jokowi saat ini.

Berhari-hari ini saya seperti tak bisa nyenyak tidur, lantaran mengingat huru-hara negeri ini yang sepertinya tak berujung. Semua orang saling berebut simpati, saling berebut empati dan berebut kesempatan mendapatkan "kue" ketika bangsa ini tengah dirundung persoalan yang telah melilit. Entah sampai kapan ini semua akan berakhir.

Saya tidak ingin mengkritisi siapa yang keliru dan siapa yang benar menurut kacamata hukum terkait huru hara yang terjadi ini. Lembaga yang saya bangga-banggakan ternyata harus tergoyah dan tercabik-cabik oleh situasi yang cukup mencengangkan dan mengerikan. Tapi sebagai rakyat biasa yang tinggal di pinggiran sawah, saya hanya berharap Bapak bisa segera mengambil sikap agar persoalan ini tak larut-larut. Saya khawatir semakin lama kedua institusi ini berseteru, bukan tidak mungkin persoalan korupsi dan kejahatan di negara ini akan gagal untuk diberantas. Sebagaimana yang Bapak Presiden inginkan. Negeri yang siap hidup dari tanah sendiri, mandiri dan tak meminta belas kasih dari bangsa lain.

Tentu saja keinginan Bapak Presiden kala kampanye masih selalu kami ingat dan tersimpan rapat dalam catatan-catatan penting yang akan menjadi bahan koreksi benarkah Bapak sudah menjalankannya atau belum. Saya tidak menampik bahwa terpilihnya Bapak sebagai Presiden tentu berkat bantuan "sumbangan" dari berbagai pihak yang menghendaki negeri ini dipimpin oleh presiden yang berasal dari "Wong Cilik". Tapi ternyata justru keindahan derajat Bapak di mata saya karena Bapak berasal dari Wong Cilik sedikit banyak dimanfaatkan oleh orang-orang di bawah kepemimpinan Bapak Presiden.

Siapakah sebenarnya yang telah memanfaatkan Bapak, pun saya kira tak perlu saya sebutkan di sini, karena saya menghormati Bapak selaku Presiden RI yang tentu saja orang yang sangat dijunjung kehormatannya oleh bangsa ini. Bagaimana tidak, tatkala di seratus harinya Bapak memimpin negeri ini, tak sedikit cercaan datang bertubi-tubi. Itu semua diawali oleh suatu hal yang terkait kebijakan Bapak ketika memilih calon tunggal Kapolri yang disinyalir merupakan tokoh yang memiliki kekayaan yang luar biasa banyak, yang tak jelas darimana uang itu berasal. Tentu mengundang banyak pertanyaan, kenapa Bapak justru menunjuk orang yang dianggap mengambil uang negara secara batil menjadi calon petinggi kepolisian di negeri ini.

Sebuah kondisi yang mengundang beragam pertanyaan ulang, apakah begini makna Revolusi Mental yang Bapak Presiden dengung-dengungkan tempo dulu? Bapak ingin negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang bersih, ternyata satu persatu terlihat belangnya mereka yang berada di bawah kepemimpinan Pak Presiden ternyata pun tidak bersih. Tentu karena ini, rakyat meradang dan berbuntut para pendukung Bapak angkat kaki. Mereka merasa telah "tertipu" oleh jargon yang Bapak sampaikan tatkala berkampanye di Gelora Bung Karno, dan diistana negara tatkala Bapak berjanji kepada seluruh wakil daerah melalui teleconference bahwa Bapak benar-benar ingin membangun negeri tercinta kita dengan "Tangan Bersih" yang saat itu Bapak janjikan.

Kami menunggu dan kami menuntut janji-janji Bapak untuk melunasinya meskipun saat ini masih ke seratus hari di masa kepemimpinan Bapak Presiden.

Bapak Presiden yang saya hormati

Sampai saat inipun saya masih di rundung gelisah tatkala kampung kami semakin lama semakin tidak aman. Jauh sekali dari harapan kami dan janji-janji Bapak ingin membuat penduduk di negeri ini tenang dalam mencari rezeki.

Saya menduga, karena para petinggi KPK dan Polri, saat ini tengah terkonsentrasi menyelesaikan internal mereka. Dampaknya karena mereka harus menyelesaikan persoalan tersebut, saat ini keamanan di kampung kami turut dikorbankan. Entah pagi, siang atau malam, kejahatan selalu saja menghampiri. Pelaku kejahatan seakan-akan mendapatkan angin segar, tatkala KPK dan Polri berseteru. Mereka semakin berani melakukan kejahatan di jalanan dan di hadapan orang banyak karena situasi rumit yang saat ini terjadi pada KPK dan Polri. Pelaku kejahatan Kantoran masih saja bebas duduk di kursi empuk, sedangkan penjahat jalanan begitu mudahnya merebut milik kami dan membunuh saudara-saudara kami tanpa ampun jika kami melawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline