Lihat ke Halaman Asli

Mengejar Ilmu Sampai Desa Sumberrejo

Diperbarui: 24 Juni 2023   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Makanan dan Minuman yang Dihidangkan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Rumah dengan pekarangan tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit serta banyak bambu-bambu yang berserakan di samping rumah menjadi sambutan selamat datang di rumah Bapak Rohmad yang merupakan seorang pengrajin bambu di Desa Sumberrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman. Aku bersama dengan temanku bertamu di saat matahari sedang di puncaknya. Terik, tetapi tidak terlalu panas karena Desa Sumberrejo sendiri berada di ketinggian 450 mdpl. Desa di tengah sawah dan sambutan warga yang ramah membuat suasana pedesaan di rumah Bapak Rohmad masih sangat terasa. Masih banyak juga ayam berkeliaran yang buang air besar sembarangan.

Tujuan kami datang ke rumah Pak Rohmad tidak serta merta hanya bertamu, tetapi juga untuk belajar mengenai kerajinan bambu. Sesaat kami sampai, banyak kerajinan-kerajinan bambu yang disimpan di sebuah ruangan dengan dinding kaca yang tembus pandang. Saat kami sedang mengagumi hasil tangan Pak Rohmad, tiba-tiba terdengar sebuah suara memanggil kami. Ya, itu adalah suara Pak Rohmad yang menyambut kami dengan hangat. Dengan segera kami melepas alas kaki dan bersalaman dengan Pak Romhad. Kami langsung dipersilahkan masuk dan duduk oleh beliau

Di luar ekspektasi kami, tiba-tiba dari dapur datang seorang ibu yang membawa makanan ringan dan minuman. Kalau boleh jujur jelas kami merasa senang karena perjalanan dari Pogung Empire, eh maksudnya daerah Pogung ke Desa Sumberrejo memakan waktu yang cukup lama sekitar 30--40 menit dengan lalu lintas yang tidak terlalu ramai. Namun, di balik rasa senang, kami juga merasa sungkan karena banyak makanan yang disuguhkan kepada kami. Ada gorengan singkong yang dibalut dengan tepung, ketan yang dipadukan dengan tempe bacem, lalu jajanan dari olahan tahu yang dipadukan dengan telur, serta opak. Oh iya, jangan lupa minumannya teh hangat satu cerek, tidak tanggung-tanggung kan.

Sambil mencicipi hidangan, kami mengobrol banyak dengan Pak Rohmad. Dari basa basi ringan hingga menanyakan tujuan belajar kerajinan bambu. Oh iya, Pak Rohmad tidak menjual paket workshop, tetapi jika ada yang ingin belajar mengenai kerajinan bambu beliau dengan senang hati akan membantu. Dengan jujur kami menjawab bahwa tujuan kami belajar kerajinan bambu karena salah satu program kerja KKN kami adalah menginisiasikan produk kerajinan. Dari situ Pak Rohmad mulai menjelaskan apa saja kerajinan yang beliau buat, bahannya, tekniknya, dan masih banyak lagi.

"Saya biasanya membuat kerajinan dari bambu dan lidi kelapa menjadi tas dan beberapa barang lainnya. Ini hasil kerajinan saya, Cuma ada beberapa soalnya yang lain akan digunakan untuk pameran di Gunung Kidul," jelasnya sambil menunjukkan hasil karyanya.

Tidak segan-segan beliau mengeluarkan hasil kerajinannya untuk ditunjukkan kepada kami. Cantik, satu kata yang terlintas di benakku saat beliau menunjukkan hasil kerajinan dari lidi kelapa. Saat itu aku berniat untuk membelinya karena menurutku harganya sangat murah, tetapi aku lupa dan baru ingat saat aku sedang menulis tulisan ini, sedih.

Hasil Kerajinan Bambu Pak Rohmad (Sumber: Dokumentasi)

Hasil Kerajinan Bambu Pak Rohmad (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah menjelaskan kepada kami secara panjang dan lebar, kami diajak untuk mencobanya secara langsung. Dimulai dari anyaman yang paling dasar, yaitu pola satu. Sebenarnya pola ini sudah sering diajakan ketika ada pelajaran seni budaya atau prakarya saat sekolah dasar hingga menengah atas. Saat diajari pola ini aku merasa senang karena aku bisa mengikuti dengan baik dan benar. Dengan bangganya aku mengejek temanku yang kesusahan dengan anyamannya. Namun, ternyata di pola-pola selanjutnya aku yang menjadi bahan ejekan temanku. Memang ya, bumi itu berputar, jadi jangan merasa bangga dan mengejek orang lain ketika kita sedang di atas, sedihnya.

Pola Ketiga (Sumber: Dokumen Pribadi)

Saat pola kedua, di situ lah kefrustrasianku mulai datang. Sebenarnya kalau dilihat-lihat pola itu terlihat sangat mudah. Tetapi saat mencoba buat sendiri, haduh hampir menyerah. Kalau kalian tau kipas sate, nah itu bentuk pola kedua ini. Terlihat mudah bukan? Jangan tertipu dengan tampilannya, karena itu sangat memusingkan. Berulang kali aku mencoba menganyam dan berulang kali juga anyamanku salah. Entah polanya berubah dari naik menjadi turun atau sebaliknya. Sampai-sampai aku diajari secara privat oleh ibu-ibu yang membantu Pak Rohmad.

"Ibu, aku nyerah. Susah banget," keluhku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline