Lihat ke Halaman Asli

Sepucuk Surat

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak tahu kamu tercipta untuk siapa, tapi aku tahu kalau aku pernah berharap kamu tercipta untukku.

Hanya saja untuk mengatakannya padamu, aku pikir cukup aku dan Pencipta perasaan ini yang tahu. Dan pembaca tulisan ini tentunya. Hanya saja aku akan pastikan mereka tidak tahu siapa 'kamu' yang kumaksud.

Aku tidak tahu kamu tercipta untuk siapa, tapi aku merasa bersalah ketika meminta pada Pencipta rasa ini untuk mengabulkan harapanku agar kamu tercipta untukku.

Hanya saja untuk memanagemen apa yang sedang kurasakan ini cukup menghabiskan dayaku. Kuakui, aku ini muslim yang awam tentang bagaimana menangani keadaan seperti ini, tapi aku berusaha semampuku menyerahkannya pada pemiliknya yang hakiki. Dan mengelolanya dengan sebenar mungkin, agar tidak menjadi penghalang bagi kita untuk meraih surgaNya.

Aku tidak tahu kamu tercipta untuk siapa. Tapi aku ingin meminta maaf  jika aku sudah berani menatapmu dari kejauhan, atau merasa terluka mengetahui kamu memuji gadis lain. Maafkan aku.

Dan jujur, aku lelah mendengarmu dekat dengan dia, atau dia, atau dia. mungkin salah juga ketika aku memutuskan mengagumimu. Aku juga menyadari bahwa ketika aku memandangmu, ada banyak pasang mata yang juga memandang dengan sinar mata berbinar kearahmu. Tapi apa aku bisa memilih? Aku tidak pernah meminta pada Sang pencipta agar diberi rasa seperti ini padamu. Sejak mengenalmu, aku tidak pernah berharap untuk bisa dekat denganmu atau memilikimu. sama sekali tidak. Entah mengapa kemudian dalam perjalanannya perasaan ini ada dan bertahan lama sekali.

Tapi bukankah DIA pemberi segalanya? Maka DIA pula yang memberi rasa ini. Hanya saja aku belum mengerti, kenapa DIA menakdirkannya terjadi padaku sedangkan kamu mungkin ditakdirkan untuk bersama orang lain. Tolong bantu aku mencari artinya.

Aku tahu, menulis seperti ini sedikit percuma. karena aku tak pernah berani mengirimkannya secara langsung padamu. aku hanya berharap kamu membacanya ketika tanpa sengaja membuka dunia tanpa batas ini. Aku hanya ingin menjaga diriku. Hei, bagaimana-pun keadaanya aku ini tetap perempuan bukan? aku hanya... yaa... tidak mungkin berkata terus terang kalau ini tentangmu, karena sejak kecil ibu mengatakan padaku, sesorang wanita akan dihargai jika dia masih memiliki rasa malu. Dalam agama juga begitu-kan?

Siang ini aku malu sekali ketika mengadu padaNya karena merasa lemah mengingatmu. Bagaimana aku merasa lemah untuk seseorang yang belum halal untuk kucintai?  Mencumbui bayanganmu melalui dunia maya. membuka timeline twittermu, akun facebookmu. Berharap ada sedikit petunjuk untuk keputusan yang harus kuambil atas rasa ini.

Dan sekarang aku berharap kelak akan tiba pula pada masa yang aku butuhkan. Masa dimana aku tak harus berdosa untuk mencintai ciptaanNya. Mungkin saat ini kamu tak tersenyum jika bertemu denganku. Mungkin juga kau akan berlalu begitu saja. Mungkin juga kamu akan menganggapku tak ada. Tak apa. Aku sudah memikirkan tiap kemungkinan yang akan terjadi. Aku sudah siap. Mungkin memang seharusnya begitu. Agar rasa ini tak semakin liar tumbuh dalam hati yang bahkan belum sempurna untuk menjamah hati makhluk indah sepertimu.

Hanya saja begitu lelah rasanya berdiri disini memandang gemerlapmu hari ini. Semoga IA memaafkanku untuk semua ketidakmampuanku menundukkan pandanganku terhadapmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline