Lihat ke Halaman Asli

Ketika Kecewa Sudah pada Titik Lelahnya: Dewasalah dengan Gagasan

Diperbarui: 1 Agustus 2024   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://indodian.com 

Pada dimensi yang terus tumbuh, dewasa menjadi sebuah pilihan. Umur mungkin menjadi variabel salah satunya. Namun, tidak menjadi faktor utama penentu. Pada forum forum besar banyak yang menilai bahwa kritik merupakan senjata perlawanan. Kritik adalah proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. 

Secara etimologi Kritik berasal dari bahasa Yunani kritikos yang berarti "Dapat didiskusikan". Kata kritikos diambil dari kata krenein yang berarti memisahkan, mengamati, menimbang, dan membandingkan. Lebih parahnya kaum kritis terjebak dalam satu fenomena modern.

Banyak kemudian kaum kritis terjebak diarea Post Truth atau kebohongan yang menyamar menjadi kebenaran, kritik sebagai senjata dilayangkan melesat   membabi buta  targetnya. Rasa kecewa menjadi antusiasme untuk membangkitkan itu semua. kritis seolah kehilangan ruang untuk bertarung.  Fenomena yang memprihatinkan ini terus berkembang terjadi dan berulang, kritik tidak jatuh pada ruang kritis semestinya. Mengapa demikian karena sejatinya kritik disajikan dalam sebuah forum diskusi dan kajian, hasil kajian lebih menjadi objektif dibandingkan menuai kritik yang ditujukan untuk menyerang dan membungkam HAK menjawab. Demokrasi seolah sedang mendidik orang-orangnya untuk saling serang dan saling tikam.

Seperti tulisan ini yang jauh dari kata sempurna. Maka kritik diperlukan bukan untuk menghina penulis tapi mendiskusikan narasi. Mengeja arah ide gagasan pokok dan membaca relevansi yang terkandung pada setiap diksi. Mari kita buka kembali lembaran dipojok lemari using itu. Bahwa banyak tokoh besar yang memiliki narasi-narasi besar untuk perbaikan dan perubahan. Sakit hati tidak dijadikan alasan karena kedewasaan sejati tidak akan mengatas namakan kekecewaan.

Mengulas kejadian masa lampau tidak akan menghentikan masa depan seperti dahulu ada Tan malaka dengan segudang buku yang ditulisnya sehingga narasi besarnya menjadi bahan bakar untuk merawat api perjuangan. Dahulu ada HOS. Cokroaminoto seorang guru bangsa yang mendidik murid-murid nya hingga mampu mewarnai dinamika sejarah bangsa. Lantas urusan logika jangan dicampuri dengan lembutnya perasaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline