Tema Esai : Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab dalam Proses Jual Beli Secara Online.
Paragraf Pembuka
Proses jual beli secara online telah menjadi kebiasaan baru bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Dalam era Society 5.0, kemudahan akses teknologi memfasilitasi masyarakat untuk berbelanja hanya dengan sentuhan jari, yaitu dengan menggunakan aplikasi belanja online yang tersedia di smartphone pribadi. Dengan platform belanja online saat ini yang sangat beragam, masyarakat tentu memiliki banyak pilihan untuk berbelanja apapun dalam satu genggaman. Kemudahan ini tanpa kita sadari menumbuhkan budaya konsumtif di tiap individu karena mendorong pembeli untuk melakukan transaksi atas sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Transaksi yang mudah dan cepat tentu memudahkan konsumen dan sekaligus menguntungkan bagi seller. Belum lagi cakupan perbelanjaan online tidak terbatas di dalam negeri saja, tetapi seluruh dunia. Contoh saja aplikasi belanja Shopee, barang-barang yang dijual bukan hanya barang khas Indonesia, di sana terdapat seller dari negara Tiongkok. Kualitas barang mereka pun dinilai berkualitas dan berharga murah meriah.
Contoh selanjutnya adalah aplikasi Temu, yaitu platform belanja dengan akses seluruh dunia, tetapi satu hal yang istimewa adalah harganya yang tetap murah. Namun, perbedaan antara aplikasi Shopee dan Temu terletak di cara pembayaran. Di Shopee, kita tetap membayar dengan rupiah sedangkan di aplikasi Temu, kita membayar dengan dolar.
Kemajuan teknologi yang pesat mendekatkan penjual dengan pembeli dalam proses jual beli. Mudahnya proses transaksi dan proses distribusi juga memudahkan barang yang dipesan cepat tiba dalam jangka waktu yang tidak lama. Namun, berlebihan dalam jual beli antarnegara juga dapat merugikan negara sendiri karena pasokan barang impor yang masuk menjadi lebih banyak daripada distribusi barang hasil dalam negeri. Tak jarang, proses jual beli antarnegara ini menimbulkan dampak buruk bagi negara kita, yaitu merugikan pihak penjual barang asli Indonesia.
Paragraf Isi/Pembahasan
Dalam era digital ini, perilaku konsumtif dalam berbelanja online telah mengalami transformasi signifikan, yang mencerminkan pemningkatan kesadaran sekaligus tantangan dalam konsumsi yang bertanggung jawab. Dengan kemudahan akses ke berbagai platform e-commerce internasional, konsumen seringkali merasa terdorong untuk membeli barang dalam jumlah besar atau sering, bahkan untuk item yang sebenarnya tidak diperlukan. Fenomena ini diperparah oleh adanya promosi yang menggiurkan dan strategi pemasaran yang dirancang untuk memicu rasa urgensi, seperti diskon besar dan penawaran terbatas waktu. Akibatnya banyak konsumen tergoda untuk membeli barang secara impusif, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan ekonomi. Tingginya frekuensi pembelian barang yang tidak diperlukan ini tidak hanyan terlibat pada peningkatan sampah, tetapi juga berdampak pada pola konsumsi yang tidak berkelanjutan.
Di samping itu, perilaku konsumtif yang berlebihan ini seringkali melibatkan produk-produk dengan jejak karbon yang tinggi. Banyak barang yang dibeli secara online berasal dari belahan negara yang jauh, memerlukan transportasi internasional yang mengeluarkan emisi karbon signifikan.
Meskipun produk-produk ini mungkin tampak murah dan menarik, mereka seringkali menghasilkan dampak lingkungan yang tidak sedikit akibat proses pengiriman yang panjang. Konsumen seringkali tidak menyadari dampak lingkungan dari produk yang mereka beli sehingga mengabaikan prinsip konsumsi yang bertanggung jawab. Dalam konteks ini, kesadaran akan jejak karbon dan dampak lingkungan dari produk yang dibeli menjadi sangat penting untuk mendorong perubahan perilaku konsumen menuju pilihan yang lebih ramah lingkungan.
Perilaku konsumtif dalam berbelanja online juga berdampak pada keseimbangan ekonomi domestik, terutama bagi negara pengimpor. Ketika konsumen lebih memilih barang-barang murah dari luar negeri tanpa memperhitungkan kualitas atau keadilan produksi, industri lokal seringkali merasa dirugikan.