Menjelajahi berita-berita media elektronik mengenai wabah Covid-19 dibalik layar memang menguras nalar yang cukup banyak.
Bagaimana tidak ? media-media menjadikan itu sebagai isu yang selalu diwahidkan yang memiliki nilai jual untuk diedarkan kepada masyarakat Indonesia. Menggorengnya dengan berbagai data, opini dan atau bahkan dengan sebuah konspirasi.
Yang lucu ialah tatkala data di satu media yang beredar berbeda dengan data edaran media yang lainnya. Hematnya, masing-masing media menyuguhkan berita dengan data yang berbeda. Lalu, media mana yang benar dan dapat dipercayai oleh masyarakat untuk dijadikan asupan sumber informasi ?
Pada awal mewabahnya badai Covid-19 di bumi NKRI ini, media pun menyuguhkan berita bahwa telah terjadi panic buying yang terjadi di beberapa mall atau pusat perbelanjaan yang dilakukan oleh beberapa lapisan masyarakat, tak lama setelah itu terjadi pula aksi penimbunan masker atau alat pelindung diri dengan tujuan menjualnya kembali dan berharap meraih keuntungan yang berlipat ganda, melihat sisi negatif ini masihkah kita menjadi bangsa yang menjungjung tinggi norma-norma yang ada ?
Terlalu berlebihan kah jika saya mengatakan bahwa ini merupakan distorsi sosial yang kian nyata saat ini ?. Bahkan hal-hal tamak yang dilakukan oleh keturunan Adam yang mengaku sebagai seorang insan manusia itu amatlah dapat dikatakan sangat memalukan dan merendahkan derajat manusia, karena di tengah bencana badai Covid-19 ini mereka masih saja tamak akan segala hal dan tatkala di uji dengan wabah ini mereka membuka bagaimana watak asli mereka.
Namun, masih ada hal yang menggembirakan yang mampu menepis keputusasaan terhadap krisis moral bangsa ini, hal yang disuguhkan oleh media asing mengenai prilaku positif masyarakat Indonesia tatkala Covid-19 ini melanda.
Beranjak pada tulisan Shane Preuss untuk media Asia Pacific ternama yaitu The Diplomat, pada 24/4/2020 jurnalis ini menggambarkan bagaimana ketahanan dan solidaritas masyarakat Indonesia terhadap Covid-19 ini.
Shane memaparkan bahwa pada 2018, The World Giving Index, yang dikeluarkan Charities Aid Foundation (CAF) yang berbasis di Inggris menempatkan Indonesia sebagai the most generous country (negara paling dermawan) di dunia. Tiga prilaku yang menjadi ukuran yaitu : menyumbangkan uang, menolong orang, dan juga kerelawanan.
Senada dengan itu Shane juga memaparkan bahwa dalam Legatum Prosperity Index 2019, Indonesia berada di peringkat kelima di dunia untuk modal sosial dan (peringkat) pertama untuk partisipasi sipil serta sosial, dengan tingkat relawan tertinggi dari negara mana pun dan masih banyak data-data lainnya yang mampu membuktikan dan membuka cakrawala bagaimana watak asli masyarakat Indonesia.
Semoga kekacauan dan pepecahan yang terjadi di Inonesia saat ini mendorong pada cahaya perubahan yang lebih baik lagi dan semoga semua makhluk berbahagia. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H