Lihat ke Halaman Asli

Adi Prima

Photojournalist

Sound of Borobudur Suara dan Dawai Peradaban Bangsa Indonesia

Diperbarui: 12 Mei 2021   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penampilan Sound of Borobudur di Dharmasraya, Sumatera Barat. (foto Adi Prima)

Sumatera Barat. Kawasan hutan jati yang dipercantik dengan hiasan lampu, pada Senin malam (06/1/2020), mulai dipadati masyarakat Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, yang ingin mendengarkan suara peradaban dari instrumen musik abad ke-8 yang dibawakan oleh Sound Of Borobudur.

Instrumen musik yang digunakan para musisi dan seniman yang tergabung dalam Sound of Borobudur adalah interpretasi alat musik dari relief-relief yang terpahat di Candi Borobudur sejak abad ke-8.

Sound of Borobudur diisi musisi senior Purwa Caraka, Dewa Budjana, Tri Utami dan 12 musisi lainnya, mereka tampil pertama kali di Dharmasraya memperdengarkan suara peradaban. Sound of Borobudur akan membawakan sejumlah lagu daerah dan lagu Indonesia dengan alat musik abad ke-8.

Warga memadati kawasan hutan jati tempat Sound of Borobudur diperdengarkan (foto Adi Prima)

Butuh waktu tiga tahun untuk menginterprestasikan gambar alat musik yang ada di relief menjadi alat musik yang bisa dimainkan. Ada alat musik pukul, petik, perkusi, dan tiup, ucap Purwa Caraka, ketika memberikan keterangan di Dharmasraya, Senin malam (06/1).

Sedikitnya terpahat 45 jenis alat musik di pahatan dalam panel-panel relief candi. Senada dengan tulisan Trie Utami, adanya bukti instrument musik yang terpahat di Candi Borobudur sejak abad ke-8, ini membuktikan Borobudur pusat musik dunia bangsa kita mendahului bangsa Eropa 700 tahun dibidang musik, jika bangsa Eropa menyatakan kemajuan peradaban melalui sistem orkestra pada musik ansambel di abad 14, lanjut Purwa Caraka.

Dewa Budjana dengan salah satu alat musik petik hasil interpretasi dari relief-relief Candi Borobudur (foto Adi Prima)

'Jika saja sudah ada perekam bunyi pada abad tersebut, maka kita bisa menyesuaikan bunyi pada alat musik ini. Interprestasi dari yang tergambar sekarang tanpa referensi bunyi apapun. Tidak ada juga yang mendengar pasti seperti apa bunyi alat musik ini ketika dimainkan pada abad ke 8, sambung Purwa Caraka.

Malam itu, tidak hanya alat musik abad ke 8 yang di interpretasikan, gerakan-gerakan tari yang ada pada relief-relief Candi Borobudur juga dihidupkan kembali oleh seniman tari yang tergabung dalam Sound of Borobudur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline