Lihat ke Halaman Asli

Gino Makusuci

Praktisi Hukum

Public Speaking

Diperbarui: 9 Juli 2017   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Public speaking atau seni berbicara didepan umum merupakan sesuatu yang sangat menakutkan bagi sebagian orang. Public speaking bagi sebagian orang mungkin merupakan mimpi buruk yang sulit untuk dihindari. Bahkan hasil survey Michael Brown dalam bukunya yang berjudul ,succesfull presntation, didapati banyak orang lebih memilih jatuh dari gedung yang tinggi  dari pada harus berbicara di depan public atau dengan kata lain disuruh berpidato. Terkesan berlebihan sepertinya namun memang itulah kenyataanya. Tidak banyak orang yang mampu menjalankan tantangan seperti ini. Menjadi sesuatu yang menarik untuk untuk dicari tau  apa yang sebenarnya menjadikan seseorang terasa canggung, gugup, gemetar grogi suatu ketika tampil didepan umum dan diminta untuk berpidato.

Pernahkah kita membayangkan suatu ketika kita datang kerumah teman atau saudara kita yang menikah maupun meninggal. Saat kita sedang asyik duduk tiba-tiba ada seorang yang menghampiri kita dan berkata, " maaf pak karena bapak merupakan sahabat baik almarhum, atau sahabat baik yang sedang melaksanakan pernikahan" bapak diminta oleh keluarga untuk menyampaikan kata sambutan ataupun pidato singkat mewakili tamu undangan".

jikalau moment seperti ini terjadi secara mendadak, saya yakin saat itu juga keringat dingin akan membasahi pipih kita. Denyut serta detak jantung akan berdetak lebih kencang dari biasanya dan mungkin juga bumi terasa berhenti berputar sejenak " satu-satunya cara agar selamat dari posisi tersebut adalah kita bangun dari tidur kita dan berteriak " Untung Hanya Mimpi" ......

Sekarang mari kita  agak sedikit serius. kalau sekiranya kejadian sebenarnya sebagai mana yang saya ceritakan diatas benar-benar terjadi. Apa yang akan kita  lakukan? apakah kita tetap memilih jatuh dari gedung yang tinggi? atau lari dengan terhina dan menjadi pecundang dengan mempermalukan diri sendiri? atau kita akan menerima tantangan itu. Dalam situasi seperti ini barulah kita menyadari bahwa Hidup itu penuh dengan pilihan. Siapakah kita? bagaimanakah kita dihadapan orang lain? kita sendirilah yang menentukan.

Saya yakin bagi mereka yang berpengalaman dan memang berprofesi sebagai pembicara ulung yang memiliki segudang pengalaman dalam public speaking hal tersebut bukan sesuatau yang menakutkan dan mengerihkan. Mungkin bagi mereka yang memang sudah mahir dan terlatih berpidato atau public speaking peristiwa tersebut hanya dianggap angin sejuk lagi menyejukan yang membawa mereka kedalam zona yang nyaman dan tenang tanpa dihantui oleh rasa ketakutan. Permasalahannya sekarang, bagaimana kalau kejadian tersebut terjadi kepada orang-orang yang awam yang memang sama sekali belum berpengalaman dalam hal public speaking dan kemudian secara tiba-tiba diminta untuk berpidato sebagai mana diilustrasikan dalam cerita tadi. Mungkin inilah yang disebut mimpi buruk yang seharusnya tidak didapatkan.

Back to the topic ".  Sebenarnya apa sih yang membuat grogi, takut, gugup dan gemetaran  ketika berbicara atau sedang berkomunikasi atau berbicara di depan public. Padahal, kalau mau difikir-fikir, saat kita sedang duduk-duduk dan bercerita bersama-sama dengan teman di kelas maupun diruangan kerja ataupun saat bercengkeramah dengan keluarga dirumah  kesemuanya sama saja. Semuanya sama-sama proses Komunikasi dan biasanya sama sekali kita tidak gugup, gemetaran apa lagi takut sampai mengeluarkan keringat dingin.

Pengalaman dan perasaan takut gemetar dan panik seperti ini bukan hanya terjadi pada kita yang awam dengan hal seperti ini. Menurut Ali Akbar dalam bukunya " 9 strategi jitu menjadi pembicara dadakan" Orang-orang yang memiliki nama besar sekaliber duniapun pernah merasakannya. Charles stewart Parnell dia adalah sosok pemimpin di negara Irlandia. Pada saat beliau pertama kali berpidato di depan public Chareles StewartParnell mengepalkan tangan sekuat kuatnya sehingga kukunya menancap di telapak tangannya yang menyebabkan tangannya berlumuran darah. Bahkan salah seorang anggota parlemen inggris yang sangat berpengaruh dalam perang Boer mengalami ketakutan yang sangat luar biasa saat berpidato sehingga beliau salah ucap gagap dan kemudian pingsan dilantai, dia adalah perdana menteri  Winston Churchill

Ini adalah fakta yang dapat kita ambil hikmanya bahwa orator besar sekaliber dunia juga pernah mengalami masa-masa sulit pada saat melakukan pidato tidak  ada proses instan dalam mencapai keberhasilan. Namun kesemuanya dapat berubah menjadi lebih baik seiring waktu yang terus berjalan dengan diiringi kedisiplinan kita dalam mengasah kemampuan. 

Otot tangan, kaki, dan dada kita tidak akan menjadi besar kalau kita hanya berlatih sekali. Otot-otot tangan, kaki, dada serta anggota tubuh kita baru dapat terbentuk dengan baik kalau kita rutin berlatih dan terus berlatih. Kita tidak akan pernah mampu menjadi orator dan pembicara yang baik kalau kita tidak pernah berusaha dan berani untuk mengambil satu kali kesempatan untuk berbicara di depan public saat kita diminta.

 Walaupun beribu-ribu resep serta ratusan buku retorika dan public speaking yang kita baca dan pelajari, semuanya itu tidak akan bermanfaat sampai kita berani untuk mencobanya. Ya.. kalau dianalogikan seperti kita membeli banyak resep obat didokter atau di apotek namun kita tidak pernah mau mencoba meminum obat yang kita beli itu. Apakah kitah akan sembuh..?? entah lah...sepertinya tidak" begitu juga dengan public speaking. Kita tidak akan berhasil sampai kita mau mencobahnya. " just do it"

 Harold D lasswell mengatakan bahwa komunikasi adalah " who says what in which chanell to whom and with what effect " siapa yang mengatakan apa, dengan menggunakan media apa, kepada siapa, dan pengaruhnya apa. Sesederhana inilah sebenarnya hakekat proses komunikasi itu. Lalu kenapa tanpak begitu sulit, rumit dan menakutkan ketika proses ini dilakukan di depan public? Jawabannya karena kita tidak terlatih, kita tidak memiliki konsep, starategi dan persiapan yang mempuni.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline