Lihat ke Halaman Asli

Aku Berharap Dia adalah Ayahku

Diperbarui: 6 Desember 2022   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi

"Assalamualaikum, Ayah pergi ke sawah dulu ya"

"waalaikumsalam" jawab bunda, Sambil mencium tangan ayah.

Ayah segera menuruni anak tangga, langkah kakinya penuh keyakinan dan bertenaga. Walau usianya yang sudah tua, beliau tak pernah lupa untuk membawa senjata andalannya, yaitu sebuah jangkul tua yang selalu dipikul di pundaknya yang sudah rapuh, terlihat jelas tulang dadanya yang menonjol, karena kulit yang sudah mulai mengkerut.

Bunda kembali ke dapur untuk mempersiapkan sarapan. Aku yang dari tadi memperhatikan sosok laki-laki tua, pekerja keras untuk keluarganya, menjadi kagum dengan semagat yang dimilikinya.

"Nanti saya ingin seperti beliau, selalu semangat untuk keluarga", bisikku dalam hati.

Beliau selalu berangkat ke sawah, setelah menyelesaikan solat subuh berjamaah di masjid dan minum segelas air putih, sang surya saja masih bersembunyi di balik selimut awan seakan begitu menikmati dinginnya pagi. Orang-orang kampung sepertinya masih berada di peraduan, karena tidak ada yang lalu lalang.

Tumben tak terdengar ayam jantan yang saya pelihara tidak berkokok, biasanya suara mereka terdengar seperti alunan musik di pagi hari. Saya yang sedari tadi siap dengan pakaian seragam sekolah, kembali membaca materi pelajaran, untuk persiapan hari ini biar ada gambaran ketika guru menjelaskan. Kebiasaan ini sudah saya lakukan sejak duduk di sekolah MTs, setelah selesai membaca beberapa materi, saya menuju dapur di mana ibu sedang bergelut dengan cobek yang terbuat dari tanah liat, saya mencium aroma jeruk purut yang sangat khas, tak terasa air liur menerebos keluar di selah-selah bibir, karena tak tahan mencium aroma sambel plecing yang dibuat bunda. Saya telan kembali seolah tak terima jika jatuh begitu saja. He.. he... he...

Setelah semua bahan dihaluskan menjadi satu, mulai dari cabai, tomat, terasi, garam dan bumbu penyedap dan paling penting adalah perasan air jeruk yang menggugah selera makan. Kemudian kangkung yang sudah direbus terlebih dahulu dengan air garam, setelah belah, disobek agar tidak terlalu panjang, dengan tujuan untuk memudahkan kita menyantapnya.

"Tada...  plecing kangkung khas Lombok siap dinikmati" kata bunda dengan mengikuti gaya ala-ala chef master. Tenang, untuk ayah, bumbunya sudah dipisahkan agar tidak terkesan sisa. Sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada suami, hal ini biasa dikatakan kepada adik perempuan saya.

Berharap jika kelak jadi isteri harus memberikan penghormatan dan bisa menghargai jerih payah dan pengorbanan suami. Senang mendengar nasehat bunda kepada adik perempuanku.

"Apakah nanti saya akan mendapatkan isteri yang akan menghormati dan menghargai saya?"

Bersambung... 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline