Lihat ke Halaman Asli

Kepribadian Anas yang Unggul dan Politik Kita

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membaca tulisan mas yusran Darmawan di http://filsafat.kompasiana.com/2014/01/11/jalan-sunyi-gede-pasek-623865.html saya mempercayai Anas memiliki keribadian yang unggul. Hanya orang dengan kepribadian yang unggul yang bisa mendapatkan sahabat setia. Tentu banyak yang memperdebatkan keunggulan beliau, tapi kemampunya memimpin HMI, menerobos masuk menjadi ketua Demokrat dalam usia yang demikian belia tentu bukan semata kemampuan uang yang berbicara. Ada kemampuan lain yang kerena unggulnya kepribadian sehingga menarik bayak orang berada disekililingnya. Sahabat, lebih dari sekedar ketergantungan ekonomi, Nazarudin yang hartanya mencapai trilyunan tidak bisa mempunyai loyalis bila disandingkan dengan Anas.

Bergeser dari Anas, PKS yang bisa menjadi model politik partisipatif dengan iuran anggota dan PEMIRANYA masih hangat menjadi santapan media, menjadi pasien KPK. Nyaris semua partai yang duduk di Parlemen bersinggungan dengan korupsi.

Kenapa mereka Korupsi? Tentunya karena niat dan kesempatan. Politik memerlukana biaya yanng tinggi. Jer basuki mawa bea, tidak ada makan siang gratis, meskipun bayar disini pada tataran idealnya adalah dengan sikap aspiratif dan benar-benar memperjuangkan kebutuhan orang bayak, dalam masyarakat yang belum ideal ini biaya yang ditanggungnya masih berupa uang. Menjadi wajar jika Anas dengan keunggulan kepribadianya terjerat korupsi. Karena bahkan kesemuanya juga meiliki cacat. Kita bisa lihat politisi mapan saat ini yang berkibat, JK adalah seorang pengusaha, juga ARB juga Probowo, juga Surya Paloh, bahkan Wiranto menggandeng HT. Bahkan Jokowi dan Ahok berangkat dari pengusaha. Siapa politisi yang berkibar tanpa dukungan pengusaha ?

Politik biaya tinggi inilah problem bersama kita, yang seunggul apapun kepribadian seseorang akan sangat sulit meluluskan niatanya. Karena politik adalah persepsi, dan produk-produk kecantikan tidak akan segan menggelontorkan biaya meniingkatkan persepsinya. Persepsi yang mudah dimanipulasi karena nyatanya juga politik gagal hadir secara nyata sebagai jawaban kebutuhan masyarakat. Politik sebagai siasat memperjuangkan kemaslahatan umat jarang mendapat porsi berita. Porsi berita lebih sebagai infotaimen politik, tentang seseorang jatuh dan bangun, bukan tentang bagaimana mencapai kesejahteraan umum dengan baik, bagaimana mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menjaga ketertiaban umum, hal yang diamanatkan langsung dalam pembentukan negara ini. Bagaimana berita Anas lebih unggul daripada larangan ekspor langsung Minerba atau efisiensi LPG atau kelistrikan kita yang selalu tertinggal.

Sepanjang sistim politik kita masih begini, maka antrian politisi masuk KPK menjadi wajar. Yang besok akan lebih mengerikan lagi, karena posisinya yang sedemikian masif koruptor bisa menginfiltrasi KPK, atau bahkan sudah? Gayus yg anti klimaks dan puluhan kasus Nazar yang mencapi 5 T juga belum diangkat kembali.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline