Lihat ke Halaman Asli

Kursi Goyang

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap malam Abah duduk di kursi goyang depan kamarku. Sebelah kanannya ada meja bundar. Di atasnya ada secangkir kopi, vas bunga yang sudah kusam bunganya dan selembar foto Emak yang sudah pudar warnanya. Di seberang, ada jendela yang menganga tepat ke bulan setiap jam 12 malam.

Abah dulunya senang sekali ngopi sambil ngunyah goreng ubi dan menghisap sam su di sana. Sesekali sam su diganti dengan lintingan. "Kalau harga padi anjlok, Abah rela begini," ia menggerutu.

Malam ini tak ada sam su di tangan Abah, lintingan juga. Kopi di meja sudah lama dingin, rasanya juga barangkali sudah hambar. Emak yang menyeduhnya, dulu. Kini Emak di syurga entah menyeduhkan kopi buat siapa. Emak adalah wanita paling setia. Bahkan pacarku saja tak sesetia dia.

Sebelum tidur, aku selalu mengucapkan selamat tidur kepada Abah. Paginya, saat bangun tidur, aku baru sadar jika Abah sudah innalillah...

bernarasi, 5 Februari 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline