Pendidikan adalah yang didalamnya memuat pengajaran, pembimbingan, pengarahan, pelatihan, penilaian, dan evaluasi. Semua itu khususnya adalah tanggung jawab seorang guru. Termasuk sesuatu yang sentrall dalam pendidikan selain dari pengembangan kongnitif, yang dalam hal ini adalah pemahaman dan atau pengetahuan peserta didik yaitu pendidikan karakter.
Wyne berkata bahwa karakter yaitu menandai bagaimana cara memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laris. Sehingga karakter seseorang manjadi pokok penilaian kebanyakan orang, maka seseorang bisa dikatakan baik jika karakternya baik, dan juga sebaliknya jika karakternya jelek maka nilai dari seseorang tersebut jelek.
Dewasa ini topik terkait pendidikan karakter menjadi begitu penting, khususnya di dunia pendidikan/pedagogik. Hal tersebut bertujuan menciptakan generasi muda yang memiliki karakter yang baik yang adalah baik itu nilai-nilai moral ataupun etika yang kuat.
Termasuk didalam ruang lingkup pendidikan karakter yaitu nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, empati, keadilan, tanggung jawab sosial, disiplin, keberanian, kerjasama, dan nilai-nilai lain yang dianggap penting dalam membentuk kepribadian individu yang baik.
Belakangan ini banyak kasus yang beredar di masyarakat seperti kekerasan, ketidakadilan, buliying, ekploitasi yang berlebihan terhadap lingkungan, dan masih banyak lagi yang berkaitan terhadap moralitas seseorang. Hal ini seakan-akan seperti yang dikatakan Iksan Skuter pada lagunya yang berjudul Binggung " gedung-gedung ditinggikan, akal sehat dihancurkan, sekolah dimahalkan, ilmu dibuang keselokan".
Atau dengan kata lain pendidikan/Sekolah adalah dianggap gagal bilamana iya tidak dapat menciptakan generasi peberus yang berkarakteryang luhur. Peka terhadap lingkungan sosial adalah faktor yang paling pentig dalam pembentukan karakter. Maka dari penjelasan diatas bisa diasumsikan tiadalah guna seseorang sekolah tinggi-tinggi, bilamana dia selalu mementingkan dirinya sendiri dadn tidak peduli dengan kondisi sosial.
Berkaitan dengan hal tersebut, sudah kita ketahui bersama bahwa pendekatan ekonomi politik Marxsisme adalah pendekatan yang berlandaskan struktural sosial, politik, dan ekonomi. Didalam kerangka Marxsisme kita bisa mengambil poin-poin yang bersagkutang dengan pendidikan karakter, yang dalam hal ini kerangka Marxsisme menekankan terkait kesadatan kelas, kesetaraan, peningkattan keadilan sosial, san kesadaran yang berbasis kolektif.
Dalam doktrin-doktrin marxis ada perjuangan kelas yakni pertarungan antara kaum ploretarian atau kaum buruh dan kaum borjuis atau kaum majikan. Dijelaskan oleh Lenin misalnya kaum buruh adalah satu-satunya kaun Revolusioner, tetapi jika dibarkan saja mereka hanya satu-satunya kaum Revolusioner.
Hal ini memaksa kaum buruh harus melawan kediktatoran dan ketidak adilan yang tidak manusiawi oleh kaum borjuis. Dalam prinsip ini kita dapat menarik kesimpulah dalam hal pendidikakn karakter, bahwa seseorang didik untuk memiliki integeritas yang kuat dah berani melawa ketidakadilan dan penindasan baik itu yang menimpa diri kita ataupun masyarakat luas, dan jangan sampai malah diri kita sendiri yang melakukan kejahatan tersebut.
Pendekatn marxsime mengajarkan kita untuk berjuang untuk meraih kesejahteraan bersama. Artinya kita dituntut untuk ikut serta memikirkan mereka yang kelaparan, tak mampu sekolah, sedang didatangi musibah. Hanya dengan hal tersebut baik secara sadar maupun tidak sadar karakter yang selalu memikirkan sesama akan terbentuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H