Lihat ke Halaman Asli

Cemburu Itu Perlu, tapi Lihat Kadarnya

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1300865379214583701

Banyak orang mengatakan cemburu adalah salah satu tanda cinta dan kasih sayang. Itu benar, bahkan salah satu sifat orang beriman adalah cemburu. Cemburu memang sesuatu hal yang wajar, bahkan perlu dimiliki seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT, namun jangan sampai melampaui batas. Rasulullah SAW bersabda "Ada tiga golongan yang tidak bakal masuk surga. Yakni, orang yang durhaka terhadap bapak ibunya, duyuts (orang yang tidak punya rasa cemburu), dan perempuan yang menyerupai laki-laki." (HR Nasai dan Hakim).

Cemburu yang tidak disukai Allah adalah cemburu tanpa alasan yang selalu menyiksa hati atau biasa disebut cemburu buta. Mereka tidak berpikir logis dalam menyikapi rasa itu, yang ada hanyalah syeitan yang merasuki pikiran mereka.

Aisyah istri Rosulullah pun pernah merasakan rasa cemburu, Suatu ketika, Rasulullah SAW pulang ke rumahnya. Dilihatnya Aisyah sedang memasak gulai yang biasanya nikmat, maka beliau meminta Aisyah agar menambah air atau kuahnya.

Aisyah bertanya: “Untuk apa yang Rasul, bukankah hal ini cukup untuk kita berdua?”.

Rasulullah saw menjawab: “Berikanlah temannya Khadijah”.

Mendengar nama Khadijah yang disebut, rasa cemburu Aisyah seperti terbakar. Aisyah berkata: “Khadijah…Khadijah…lagi-lagi Khadijah”.

Rasulullah SAW sabar dan tenang atas ketidaksukaan Aisyah itu. Beliau justru mendudukkan persoalan sebagaimana adanya. Suatu ketika Aisyah bertanya lagi tentang Khadijah yang menikah kepada beliau dalam usia 40 tahun dan statusnya seorang yang telah dua kali menjanda, “Ya Rasulullah, apakah yang akan engkau katakan tentang wanita tua, dan Allah telah mengganti untuk engkau yang lebih baik dari dia?”.

Ucapan Aisyah yang menyinggung perasaan Rasulullah SAW itu segera dihentikan oleh beliau, lalu beliau menyatakan: “Demi Allah, Allah tidak akan mengganti untuk saya yang lebih baik dari Khadijah. Ia beriman kepadaku saat semua orang mendustakanku. Dia pulalah yang menolongku dengan hartanya disaat semua orang memboikot dan darinya kudapatkan anak-anak yang tidak kuperoleh dari yang lain”.

Atas penjelasan Rasulullah SAW tentang mengapa ia begitu cinta kepada Khadijah membuat Aisyah menyadari bahwa ia tidak pantas berlaku cemburu kepada Khadijah, apalagi hal ini merupakan kecemburuan yang tidak berdasar.

Menyikapi kecemburuan memang dipengaruhi oleh karakter atau temperamen individu. Namun, ada titik terang dalam hal kecemburuan. Yakni berusaha bersikap dan berpikir positif serta mendudukkan masalah dengan tenang, tanpa perasaan emosi yang berlebih dan disertai pikiran yang jernih dan hati yang tenang.

Semoga saya juga bisa…Amin….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline