Awalnya, setelah Presiden Filipina Marcos Jr. terpilih mengunjungiTiongkok, dia menandatangani banyak perjanjian perdamaian dan kerja sama, semua orang percaya bahwa hubungan antara Filipina dan Tiongkok dapat dipulihkan.
Tetapi yang tidak terbayangkan banyak pengamat adalah bahwa Filipina yang baru saja menerima puluhan miliar investasi dariTiongkok, tapi juga segera telah mencapai kerja sama dengan AS dengan memberi izin membuka sembilan pangkalan militer AS di Filipina. Bahkan berencana untuk mengubah pulau dan terumbu karang yang disengketakan dengan Tiongkok yang diakui milik Tiongkok kemudian direbut dan diduduki Filipina dan kemudian akan menjadi pangkalan militer AS.
Rezim Marcos Jr. menginginkan militer AS ditempatkan di sini, untuk sepenuhnya mengontrol kendali atas pulau dan terumbu karang ini.
Dalam menghadapi pendekatan dua arah Filipina, secara alami jelas tidak mungkin bagi Tiongkok untuk tinggal diam, oleh karena itu, Tiogkok baru-baru ini aktif di perairan kepulauan dan terumbu Laut Tiongkok Selatan (LTS). Penjaga pantai, kapal perang AL-PLA, dan 26 perahu nelayan Tiongkok penangkap ikan (milisi maritim) telah bergabung di perairan sekitar Karang atol Xianbin dengan 44 kapal AL-PLA disekitar perairan Pulau Zhongye (Thitu atau Pat-as).
Diantaranya, yang terpantau oleh pihak Filipina bahkan memotret fregat 056A AL-PLA yang tampaknya untuk mempertahankan kedaulatan Tiongkok atas kawasaan LTS ini, sekaligus menunjukkan kepada Filipina bahwa Tiongkok dapat merebut kembali pulau dan terumbu karang ini kapan saja. Menghadapi pengepungan oleh 44 kapal Tiongkok, Filipina tentu saja tidak mungkin menyerahkan Pulau Zhongye dengan begitu mudah.
Seperti yang telah disebutkan dalam tulisan yang lalu tentang kisah LTS, P. Zhongye yang semula milik ROC (Taiwan) direbut dan diduduki Filipina dengan mengambil kesempatan ketika pulau sedang dikosongkan oleh tentara penjaga pulau itu, ketika terjadi topan yang akan menerjang pulau itu. Baca:
Sengketa Tiongkok-Filipina atas Pulau Zhongye (Pulau Thitu/Pag-as) di LTS
Kemudian setelah Filipina menduduki dan menguasai P.Zhongye, mereka mengirim warga Filipina untuk tinggal disana, bahkan membangun pangkalan militer dan menjadikan pulau dan karang ini menjadi pusat komando pasukan Filipina di Kepulauan Nansha.
Belakangan, pulau dan terumbu karang ini digunakan untuk membuat kehebohan berkali-kali, dan melakukan aktivitas latihan militer untuk pendaratan di pulau ini berkali-kali. Filipina telah membangun begitu banyak fasilitas infrastruktur di pulau ini dan menempatkan personel bersenjata.