Selama ini kesan terhadap Biden tidaklah begitu "menyenangkan" seperti Trump dalam opini publik. Misalnya, banyak pandangan yang percaya bahwa Biden, sebagai presiden lanjut usia, mungkin memiliki gejala Alzheimer, dan Trump menyebutnya "Si Raja Tidur". Ditambah dengan fakta bahwa Biden sering gagap, banyak orang berpikir bahwa dia adalah orang yang sangat lemah yang akan membuat AS mundur.
Ada juga pandangan bahwa Biden adalah seorang penggoda wanita, memanfaatkan wanita di setiap kesempatan, dan bahkan memiliki kecenderungan pedofilia, karena Biden sering melakukan beberapa tindakan yang tampaknya tidak senonoh kepada anak perempuan.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa Biden tidak hanya terbatas pada kemampuannya, tetapi juga memiliki masalah fisik. Dia bisa jatuh tiga kali di tangga pesawat dan mungkin tidak akan selamat dari kursi kepresidenan selama masa jabtannya. Dikabarkan bahwa Wakil Presiden Harris siap untuk mengambil jabatan Biden kapan saja.
Tetapi setelah pecahnya perang Rusia-Ukraina, kita dapati bahwa Biden tidaklah sesederhana itu. Ketika dia menjadi wakil presiden, dia sudah mulai merencanakan perang dengan hati-hati. Dia berhasil memprovokasi konflik antara Rusia dan Ukraina hanya dalam satu tahun setelah menjabat, mengubah Uni Eropa (UE) dan Rusia menjadi saling bermusuhan penuh.
Merkel dengan susah payah mengelola hubungan Jerman-Rusia selama 16 tahun, dan sekarang dengan sekejap telah hangus. NATO, yang dinyatakan Macron beberapa tahun lalu sebagai mati otak, kini telah diaktifkan kembali. AS sekali lagi menjadi penguasa UE, dan dapat disebut sebagai pemenang terbesar dalam perang ini. Jadi kita harus meninjau kembali pribadi dan sepak terjang Biden dan melihat lebih dalam kebijakan luar negerinya.
Biden yang sebenarnya mungkin sangat berbeda dari apa yang digambarkan oleh opini publik.
Biden telah menunjukkan minat dalam politik sejak dia masih kecil, dan di sekolah menengah dia memiliki ambisi untuk menjadi presiden AS. Maka dia belajar sejarah dan ilmu politik di University of Delaware sebagai sarjana, dan latar belakangnya dalam sejarah akan membantunya menganalisis berbagai situasi internasional di masa depan.