Sumber: Financial Times + usatoday.com
Selama ini kita semua mengetahui, apa yang akan dilakukan AS sebagai negara adidaya ketika berhadapan dengan negara yang menentangnya? Adalah sanksi ekonomi terhadap negara tersebut, dan kali ini tidak terkecuali.
Dan seperti yang telah penulis kemukan juga, AS untuk kepentingan dirinya terutama untuk ekspor gas alam dan minyak ke Eropa dan kepentignan pemilu pertengahan, Biden-AS terus memancing situasi Ukraina-Rusia agar semakin memanas, yang juga berakibat harga minyak dan gas alam dunia terus menanjak yang tentu saja menguntungkan AS. Selain itu dengan adanya kekacauan di Eropa, mengharap para investor Eropa untuk mengalihkan investasinya ke AS. Baca:
AS Terus Memprovokasi Untuk Mengobarkan Perang Ukraina-Rusia
Seiring dengan kemerosotan kekuatan nasional AS secara keseluruhan, strategi luar negeri AS secara keseluruhan telah bergeser dari perang langsung menjadi lebih mengobarkan api sebagai "provokator". Karena dengan ada kekcauan di kawasan lain yang jauh dari AS, maka berkesempatan bagi AS untuk menarik keuntungan bagi dirinya sendiri.
Kemudian untuk krisis Ukraina, sebelum ini pemerintahan Biden sengaja memprovokasi risiko perang antara Rusia dan Ukraina. Menurut beberapa pengamat memiliki setidaknya tiga sasaran atau tiga tujuan.
Pertama untuk mengalihkan perhatian publik AS dari masalah domestik pemerintahan sendiri.
Kedua, meningkatkan ketegangan di kawasan yang dapat mendorong arus modal dari Eropa ke AS. Ini sejalan dengan kebutuhan pemilihan Biden untuk pemilu pertengahan yang sudah mendekat dan untuk kepentingan Wall Street.
Ketiga, konsistensi tujuan AS dalam jangka menengah dan panjang, yaitu memecah belah Eropa, memutus ketergantungan energi Eropa pada Rusia, dan memperdalam ketergantungan energinya pada AS.