Menurut data dunia orang yang terpapar pandemi Covid-19 per 19 Maret 2021 sudah mencapai 122 juta kasus, kumulatif kematian 2,69 juta. Sebelum negara-negara di seluruh dunia tidak memiliki obat anti-pandemi Covid-19 khusus, vaksin menjadi senjata melawan virus untuk menyelamatkan nyawa.
Mengapa Tiongkok membantu vaksin pandemi Covid-19 secara gratis kepada beberapa negara, apakah ini merugikankan Tiongkok atau tidak?
Ada dua pertanyaan di sini: Pertama, mengapa memberikan bantuan gratis?
1. Tiongkok perlu membangun lingkaran pertemanannya sendiri. Yang disebut bantuan, dalam istilah sederhana, berarti bahwa orang lain tidak memiliki atau kekurangan pasokan. Ini adalah bantuan. Ini adalah kekuatan nasional terlengkap kedua di dunia, dan Tiongkok yang telah mengalami banyak korban kematian karena Covid-19 dan sangat membutuhkan pertemanan, ini cukup jelas.
2. Ini merupakan tanggung jawab kekuatan besar. Agar Kebangkitan Tiongkok diakui sebagai kekuatan besar, mereka merasa berkewajiban harus memikul tanggung jawab internasional tertentu untuk mendominasi dunia. Artinya, jika ingin memakai mahkota, harus menanggung bobotnya, demikian menurut pepatah orang Tiongkok kuno.
Dalam pandemi kali ini, hanya Tiongkok, AS, Rusia, dan Inggris yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan vaksin. Yang memiliki daya beli nyata juga adalah beberapa negara maju dan kaya. Sebagian besar negara berkembang di dunia hampir tidak memiliki vaksin dalam pandemi ini.
Tiongkok sebagai negara pengekspor barang-barang dunia, mereka menyadari perlu berbisnis dengan setiap negara, oleh karena itu mereka harus mengupayakan agar setiap negara tidak boleh terpuruk karena terlanda pandemi, jika tidak maka akan menjadi lubang hitam penyebaran pandemi.
Oleh karena itu, dalam memerangi pandemi tersebut, Tiongkok selalu menyatakan kepada dunia luar bahwa mereka memegang teguh prinsip "atribut pertama" dari produk publik vaksin.
Pada awal pengembangan vaksin Covid-19, Tiongkok memimpin dalam menjanjikan pengembangan vaksin, dan itu harus digunakan sebagai produk publik global, bukan sebagai komoditas langka yang dapat dijual dengan harga setinggi mungkin seperti yang biasa dilakukan oleh negara-negara Barat selama ini.
3. Penelitian dan pengembangan secara kooperasi. Karena Tiongkok yang berhasil pertama dalam mengendalikan pandemi, Tiongkok juga kehilangan jumlah uji klinis di Tiongkok. Artinya, vaksin Tiongkok harus bekerja sama dengan negara lain agar berjalan lancar. Dalam penelitian dan pengembangan lima teknologi vaksin virus Covid-19, lebih dari 10 vaksin Tiongkok harus diuji di luar negeri untuk memastikan efektivitas dan keandalannya.
Untuk memverifikasi keefektifan dan keandalannya, menurut berita resmi, Tiongkok telah bekerja sama dalam penelitian dan pengembangan vaksin serta produksi dengan lebih dari 10 negara. Lebih dari 100.000 sukarelawan dari lebih dari 100 negara internasional telah berpartisipasi dalam uji klinis 17 vaksin Tiongkok.