Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Mengamati Perang AS dan Negara Barat terhadap Tiongkok

Diperbarui: 20 Maret 2018   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: China Money Report

Tulisan ini penulis posting bukan untuk membela Tiongkok atau menjelekkan Barat dan AS, tapi lebih untuk agar kita mau lebih cerdas melihat perkembangan politik internasioanal. Agar kita dapat sama-sama menjaga perdamaian dunia dan mencegah peperangan kekuatan utama baik langsung maupun dengan perang proxy yang akan membawa sengsara umat manusia.

Seperti yang telah pernah penulis posting (Mengamati Konsep "Cool War" Antara Amerika dan Rusia) bahwa dunia sekarang berada dalam keadaan "Cool War." Seperti yang dikemukan oleh David Rothkopf yang mengatakan bahwa dalam "Cool War" meskipun tidak ada perang yang sebenarnya, nampaknya kedua pihak yang terlibat dalam perang ini selalu melakukan tindakan ofensif dan terus berusaha merusak atau melemahkan pesaing atau lawan mereka dengan senjata media, ekonomi, kebudayaan dan ideologi.

Demikian juga AS dan Barat, sejak Republik Rakyat Tiongkok (RRT/Tiongkok) berdiri, retorika "Ancaman Tiongkok/China Threat" terus didengunkan dan digembar-gemborkan bahkan disensasionalkan (sama juga ketika NKRI baru berdiri terutama pada zaman Soekarno).  

Apalagi dengan Tiongkok yang kini berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini, yang ditandai dengan pertumbuhan dan prestasi Tiongkok yang nampaknya telah menjadi saingan dunia Barat dan AS. Namun sebenarnya kebiasaan memberi analisa negatif demikian telah dilakukan Barat sejak dulu.

Dengan santernya isu "Ancaman Tiongkok" dan "Tiongkok Ambruk/China Collapse" di AS dan Barat, Menlu Tiongkok Wang Yi pada 8 Maret lalu dalam sessi Kongres Nasional Tiongkok membuat tanggapan yang sebelumnya jarang terjadi, yang terfokus mengenai berbagai konsep dari Barat dan AS yang mengatakan Tiongkok merupakan ancaman dunia dan Tiongkok sedang menuju ambruk.

Wang Yi antara lain mengatakan: "Selama beberapa dekade terakhir ini, Barat telah membuat berbagai penilaian dan prediksi tentang Tiongkok, yang dapat disimpulkan sebagai teori "Keruntuhan Tiongkok/China Collapse" dan sebuah teori tentang "Ancaman Tiongkok." 

Dengan perkembangan Tiongkok yang terus berlanjut, teori "Keruntuhan Tiongkok"  dengan sendirinya telah menjadi runtuh dan menjadi bahan tertawaan internasional. Teori " Ancaman Tiongkok " memang terdapat banyak versi baru, namun tidak ada yang berakar pada pikiran orang pada umumnya, karena fakta berbicara lebih keras daripada kata-kata."

Wang Yi dalam hal ini menanggapi antara lain dari berita-berita media seperti:  

Fox News yang melaporkan: Kenyataan, kita (AS) sedang menghadapi  situasi, dimana kita harus lebih  agresif berurusan dengan pemerintah Tiongkok."  

CNN melaporkan: "CNN mengetahui bahwa Angkatan Laut AS akan mengirim kapal perusak ke sana. CNN mendapat akses eksklusif dan untuk ikut dalam penerbangan surveilans rahasia AS di atas pulau-pulau (Tiongkok)."                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      Dibawah ini adalah klip dari dokumenter, "The Coming War On China," yang dibuat oleh jurnalis terkenal John Pilger. Tapi ini senenarnya hanya sekelumit dari retorika anti-Tiongkok dari Barat.


Laporan serupa biasanya terlihat di media Barat, dan dipenuhi dengan berbagai sikap yang tidak bersahabat. Retorika semacam ini bukan hanya menjadi perhatian media mainstream saja, di beberapa kalangan elit Barat pendapat mereka bahkan lebih ekstrem lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline