Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Ada Apa Dibalik “Konspirasi” Perang Harga Minyak Dunia Sekarang (3)

Diperbarui: 14 Februari 2016   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arab Saudi Melawan Shale Oil AS

Namun dalam artikel itu juga menekankan bahwa ini hanya bagian dari tujuan strategi minyak Arab Saudi. Untuk menyaingi dan memukul shale oil (minyak serpih) AS merupakan titik lawan lain dari keperdulian untuk kepentingan Arab Saudi.

Dan ini menjadi “teori konspirasi” lain dalam masalah penurunan harga minyak internasional.

“Revolusi Shale Gas” AS dimulai dari tahun 2006.  Menurut data baru dari pemerintah AS, pada bulan Okrober 2015, produksi minyak mentah mencapai 9,35 juta barel per hari. Dunia luar umumnya percaya bahwa AS sebagai konsumen minyak terbesar dunia, sudah terjadi penurunan tajam dalam impor minyak tahunannya, bahkan sudah mulai mengubah struktur energi dalam negeri.

Namun, bagi AS untuk memproduksi minyak serpih/shale oil dalam industri ini yang relatif  baru saat ini masih sekitar 60 USD per barel, Ini berarti jika harga minyak internasional terus turun, industri ini yang masih dalam tahap pertumbuhan niscaya akan menghadapi bahaya tercekik.

Jadi tampaknya ada alasan lain bagi Arab Saudi  terlibat dalam perang harga minyak ini, yaitu untuk menyerang dan memberi pukulan kepada shale gas AS, karena biaya produksi shale gas berbeda di daerah yang berbeda. Berkisar antara 40 USD dan 80 USD per barel, dengan rata-rata sekitar 60 sampai 65 USD per barel.

Sekarang harga minyak internasional lebih rendah dari 30 USD per barel, sehingga sulit bagi perusahaan shale gas untuk mendapat laba atas investasi mereka, dan ini menjadi yang mengerikan bagi perusahaan shale gas. Sudah banyak perusahaan yang bangkrut, dan Arab Saudi melihat bahwa AS sedang mencoba menggunakan energi baru untuk menggantikannya, jadi Saudi seperti memainkan kartu ini.

Data dari badan Energi Internasional menunjukkan bahwa teknologi, shale oil dan gas ini hanya akan memiliki pengembangan komersial yang cukup tinggi jika harga minyak lebih tinggi dari 80 USD per barel.

Jika harga minyak internasional tetap rendah untuk waktu yang cukup lama, akan mempengaruhi dukungan dari kaptitalis ventura dan investasi ekuitas swasta untuk industri shale oil dan gas, bahkan mungkin akan  memutuskan rantai pendanaan untuk industri ini.

Karena itu, pada konferensi OPEC pada bulan Nopember 2014, Arab Saudi yakin para anggota OPEC yang telah menderita dari harga minyak rendah untuk percaya bahwa satu-satunya cara untuk menahan peningkatan produksi dari shale oil/minyak serpih AS adalah dengan membuat harga minyak tetap rendah, maka mendorong konferensi OPEC untuk membuat keputusan untuk tidak mengurangi produksi.

Kini harga minyak internasional telah jatuh menjadi USD 30 perbarel, namun strategi dari Arab Saudi tampaknya tetap tidak berubah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline