Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Putin vs Erdogan, Keras vs Keras dan Permainan Geopolitik Kekuatan Utama (4)

Diperbarui: 4 Januari 2016   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eropa Mendekati Rusia

Pada 26 Nopember 2015, dua hari setelah jet tempur Rusia ditembak jatuh, Presiden Prancis  Francois Hollande mengunjungi Rusia, dimana dibahas tentang membentukan koalisi kontraterrorisme internasional dengan Putin.

Putin meyatakan harapan untuk membangun koalisi kontraterrorisme yang bersatu, tetapi juga menyatakan keraguan tentang peran AS yang telah bermain dalam insiden pesawat Rusia. Putin mengatakan : “AS adalah pemimpin koalisi anti-terorisme yang mana Turki dan negra-negara lain adalah bagian darinya. AS pasti tahu waktu dan lokasi dimana jet tempur Rusia akan muncul, tapi justru saat itu kita diserang. Jadi kenapa harus kita memberi informasi kita kepada Amerika?”

Pada kenyataan, sejak 30 September 2015, ketika Rusia mulai melakukan serangan udara terhadap Syria, untuk menghindari tabrakan antara pesawat mereka, baik AS dan Rusia telah terlibat dalam kerjasama informasi lengkap dan koordinasi militer.

Analis melihat dengan keterlibatan Rusia di Syria, telah memaksa AS untuk bekerjasama demikian. AS memiliki pesawat terbang yang terbang disana setiap hari dan Rusia juga, untuk mencegah terjadi pertempuran satu sama lain. Rusia sedikitnya telah merekomendasikan untuk melakukan pembicaraan  tentang aturan kerjasama untuk hal ini.

Tapi kemudian, setelah Turki menembak jatuh Su-24 Rusia, situasinya menjadi canggung, Rusia mengatakan kepada AS; “Anda semestinya tidak harus menembak jatuh, karena kami telah bertukar informasi dengan NATO, sebagai anggota NATO, Turki kemungkinan besar sudah tahu. Dan kemudian Turki melakukannya, ini sedikitnya menunjukkan masalah kominikasi.”  

Kecurigaan Putin bukan tidak berdasar. Pada bulan Oktober 2014, koalisi internasional pimpinan AS mulai melakukan serangan udara terhadap kelompok-kelompok ekstrimis. Tapi meskipun sudah lebih setahun operasi, tapi efektifnya masih minim. Di sisi lain, oeprasi kontra terorisme Rusia berefek sangat besar . Hal ini membuat AS merasa banyak tertekan.

AS membentuk koalisi anti-“ISIS” dengan anggota 65 negara, tetapi secara obyektif, sejak mulai melakukan penyerangan pada 2014, sudah lebih dari setahun tapi belum efektif. “ISIS” tampaknya tumbuh terus lebih besar.

Tapi ketika Rusia mulai terlibat, yang juga menciptakan koalisi kontraterorisme “4+1” : Iran, Irak, Syria dan Hizbullah di Lebanon, ditambah Rusia. Mereka sangat efektif. Realitasnya bisa dilihat semua pihak.

Situasi yang demikian , Rusia tampaknya telah menjadi sorotan AS. Kita tidak bisa menghilangkan kemungkinan bagi beberapa komandan  di medan perang menjadi merasa cemburu.

Jadi dalam situasi demikian, mungkin saja AS memberi angin Turki untuk melakukan sesuatu terhadap Rusia, hanya dilakukan secara diam-diam. Tidak secara eksplisit diperintahkan untuk melakukan hal itu, dengan tidak perduli bagaimana mencapainya, tapi mungkin AS tidak mengira Turki bertindak begitu dramatis, sehingga membuat situasi menjadi lebih rumit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline