Ulah AS Di Asia-Pasifik
Pada 5 Juli 2015, AS, Australia, Jepang dan Selandia Baru melakukan latihan bersama skala besar di wilayah bagian utara Queensland, Australia selama dua minggu yang melibatkan 30.000 personil. Ini menjadi yang pertama kali Pasukan Bela Diri Jepang bergabung.
Asley Pabio salah satu komandan Latma (latihan bersama) “Talisman Saber” mengatakan, skenario Latma ini sangat kompleks, skala kegiatan ini terbesar di dunia, meliputi maritim, udara, dan darat. Setalah AS memutuskan untuk kembali ke Asia-Pasifik, AS telah menempatkan Australia dan Jepang nilai lebih pada kerjasama keamanan bilateral. AFP (kantor berita Prancis) menyatakan Jepang pertama kali berpartisipasi dalam latihan militer ini benar-benar memperluas dimensi kerjasama antara AS-Jepang-Australia dalam kerjasama tiga dimensi AS-Jepang-Australia.
Analis melihat hal ini menunjukkan kekuasaan mutlak AS saat ini menurun. Dalam pelaksanaan strategi untuk menyeimbangkan Asia-Pasifik, AS berharap sekutunya dapat memainkan peran lebih.
Sekutu dan mitra AS telah membentuk jaringan yang meliputi seluruh dunia. Dalam laporan itu dikatakan : “Kami akan memperkuat sekutu kami dengan Australia, Jepang, Republik Korea (Korsel), Filipina dan Thailand. Kami juga akan memperdalam hubungan keamanan kami dengan India dan membangun kemitraan dengan Selandia Baru, Singapura, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Bangladesh.” . Lebih lanjut dilaporkan.
“Di Eropa, kami akan tetap teguh dalam komitmen kami untuk sekutu NATO kami.”. “Di Timteng, kami tetap berkomitmen penuh untuk Israel secara kualitatif pada bidang militer.”
Kami juga akan membantu mitra penting lainnya di wilayah-wilayah untuk meningkatkan pertahanan mereka, seperti Yordania, Arab Saudi, Mesir, Kuwait, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Pakistan, kami juga akan memperkuat lembaga-lembaga diseluruh Afrika.” .
Dan militer AS akan mendukung upaya antar negara Amerika Latin dan Karibia untuk mempromosikan stabilitas regional dan melawan organisasi kejahatan transnasional.”
“Tokyo Shimbun” menyatakan, strategi militer nasional baru AS menunjukkan AS telah menyadari “keunggulan di Asia-Pasifik dan Eropa sudah mulai terkikis”. Jadi melihat NATO dan Jepang sebagai mitra dengan kapasitas jaminan kemajuan dari militernya. Itu jelas tertulis dalam strateginya.
NMS baru AS menekankan penguatan hubungan dengan sekutu fokus untuk keamanan, juga cara untuk mengungkapkan ketergantungan pada penguatan ketergantungan pada sekutu, ini didasarkan atas situasi keuangannya yang kritis.
Martin Demsey ketika berbicarakan dalam konferensi pers tentang NMS 2015, menyebutkan dengan metafora “pad lily float”.* “Dan apa yang kita coba lakukan, AS menggunakan metafora ‘lily float’ , kami sedang berusaha untuk membangun jaringan, bantalan Lily tidak akan mengapung secara independen di atas air, tapi Anda tahu bahwa itu berhubungan dengan arsitektur sub-permukaan. Dan kami mencoba untuk membangun kerangka kerja, semacam scafffolding (perancah) untuk mengatasi masalah ini.”
*(daun teratai yang mengambang dipermukaan air ditunjang dengan bentuk kontur daun dan ditunjang akar serabut dibawahnya)*