Ancaman Bergeser Dari Tiongkok Ke Rusia
Dalam NMS tahun ini, ancaman Rusia diletakkan diatas Tiongkok sebagai ancaman utama terhadap AS. Setelah empat tahun, mengapa fokus AS bergeser? Bagaimana AS mengancam Tiongkok?
Dalam NMS 2015 menyebutkan : “Kami (AS) mendukung kebangkitan Tiongkok dan mendorong untuk menjadi mitra bagi keamanan internasional yang lebih besar.” . Tapi kemudian mengubah topik pembicaraan, mengutuk tindakan Tiongkok yang baru-baru ini di Laut Tiongkok Selatan, dengan mengatakan, tindakan Tiongkok menambah ketegangan di kawasan Asia-Pasifik dan meng-klaim tidak sesuai dengan hukum internasional. Bagian dari laporan itu menyebutkan 4 negara : Rusia, Iran, DPRK(Korut) dan Tiongkok.
Berdasarkan laporan NMS versi baru ini, AS memiliki pandangan yang berbeda untuk Rusia dan Tiongkok, Rusia jelas dipandang sebagai tantangan yang lebih mendesak, lebih langsung dan nyata. Sedang Tiongkok dipandang tantangannya masih tidak langsung. Dalam hal tantangan Tiongkok, AS tidak berpikir akan adanya konflik militer antara dirinya dan Tiongkok, atau risiko untuk mencapai titik itu masih belum meningkat. Demikian sebagian analis melihat masalah ini.
Pada NMS versi 2011, AS hanya menyebutkan satu negara Tiongkok saja. Tiongkok dalam beberapa dekade pertumbuhan ekonominya yang terus meningkat akan memodernisasi militernya terus berlanjut dan juga memperluas kepentingan nasional di dalam dan luar kawasan.
Dalam versi NMS sebelumnya, walaupun menyebutkan Tiongkok tapi komentarnya tidak sepenuhnya negatif. Hanya mereka harus memperhatikan Tiongkok yang meningkat cukup pesat dan strategis.
Tapi beberapa analis percaya, NMS versi baru juga menunjukkan fokus strategi AS tidak bergeser jauh dari Asia-Pasifik, dan AS masih memandang Tiongkok sebagai calon lawan agresif. Namun AS masih memandang bukan musuh utama dan nyata, hanya sebagai lawan strategis.
Hua Cunyin juru bicara Menlu Tiongkok dalam menanggapi NMS 2015, yang menyatakan “mendukung kebangkitan Tiongkok dan mendorong untuk menjadi mitra bagi keamanan internasional yang lebih besar ‘sementara juga menuduh Tiongkok’ menambah ketegangan di wilayah Asia-Pasifik dengan kegiatannya di Laut Tiongkok Selatan. Kantor Menlu Tiongkok melalui juru bicara pada 2 Juli mengatakan : “Kami senang dan menentang penyebaran pernyataan tidak berdasar dari ‘ancaman Tiongkok’ yang disebutkan dalam laporan terkait. Tiongkok telah beberapa kali mengatakan prinsip dan sikap pada pembangunan pulau-pulau di Laut Tiongkok Selatan. Kami percaya AS harus menyingkirkan pikiran Perang Dinginnya, dan benar-benar memahami dan melihat niat strategis Tiongkok, dan bekerjasama dengan Tiongkok.”
Dalam beberapa tahun terakhir ini, AS telah sering membuat hal-hal yang menyulitkan Tiongkok dalam isu-isu Laut Tiongkok Selatan. Mantan AU-PLA Tiongkok Chen Xiaogong menyatakan, pada tahun 2014, AU-AS telah melakukan Close-up kegiatan pengintaian di perairan Tiongkok sebanyak 1200 kali, sementara pada tahun 2009 hanya 260 kali.