Iran Berhasil Menyergap RQ-170 Sentinnel
Pada 1 Mei 2011, AS berhasil membunuh Osama bin Laden menjadi kejutan dunia, tapi yang menarik perhatian dari angkatan bersenjata Iran adalah sepasang mata misterius di balik pembunuhan ini, yaitu UAV Lockheed Martin RQ-170 Sentinel dari militer AS.
Bagaimana UAV ini hingga bisa ditangkap oleh Iran? Belum lama ini Press TV, media resmi Iran secara ekslusif mengungkapkan rahasia penangkapan UAV militer AS tersebut.
Sebelum melakukan misi pembunuhan terhadap Osama bin Laden, RQ-170 Sentinel telah menyelinap ke Pakistan puluhan kali untuk mengamati rumah Osama bin Laden di Adbottabad. Hal ini tidak diketahui oleh angkatan bersenjatan Pakistan sepenuhnya berkat sifat siluman (stealth) dari UAV ini. Setelah media AS mengungkapkan RQ-170 Sentinel akan dikirim ke Afganistan lagi, maka angkatan bersenjata Iran dengan berani meluncurkan rencana penyergapan.
Dengan berhasilnya UV ini ditangkap dengan utuh selama melaksanakan misi oleh Iran, membuat AS jengkel. Karena semua rahasia dalam pesawat ini, seperti siluman dan semua perangkat yang ada dalam pesawat bisa digali dan ditangkap oleh Iran, hal ini yang tidak diinginkan dan membuat AS jadi risau dan jengkel sekali.
Pada 11 Mei 2014, Iran mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menjalin (copy) UAV militer AS RQ-170 Sentinel dan memamerkan pesawat UAV mereka yang mirip luar biasa dengan RQ-170 Sentinel dalam penampilannya. Ali Kahmenei, pemimpin tertinggi Iran, menghadiri pameran ini dihadiri oleh kerumunan besar pejabat lainnya dan share twitter serta gambar melalui medsos.
Upaya AS Dalam Pengembangan UAV
Upaya AS dalam pengembangan UAV oleh angkatan bersenjata AS tidak hanya teknik dan taktik, tetapi juga rancang bangun strategis. Dari laporan media, dalam beberapa tahun terakhir, tidak sulit melihat UAV AS sudah ditempatkan di posisi-posisi yang menguntungkan di Asia. Menurut analisis, rencana jangka panjang AS adalah untuk mencegah kenaikan kekuatan besar lainnya masih menjadi tujuan penting strategis dan selalu disesuaikan.
Sejak tahun 2000, Departemen Pertahanan AS telah merumuskan “Unmanned System Guide” (Petunjuk Untuk Sistem Tanpa Awak) hampir setiap dua tahun, dengan menyajikan rencana jangka panjang dan kebutuhan umum UAV. Yang terbaru “Unmanned Systems Integrated Roadmap FY 2013-2038” (Roadmap Sistem Integrasi Tanpa Awak Untuk Tahun 2013-2038), yang menyoroti ketika angkatan bersenjata AS berhadapan dengan musuh, UAV harus bisa menyesuaikan dengan otomatisasi yang lebih besar, kinerja yang lebih baik dengan effektifitas yang lebih tinggi.
AS selama ini memang telah mendapat manfaat dari UAV dalam perang anti-teororis. Tapi UAV hanya bekerja untuk negara-negara yang sistem pertahanan udaranya masih lemah, terutama untuk negara yang masih belum bisa menangkal atau mendeteksi pesawat siluman. Untuk negara-negara ini UAV dengan mudah dan tanpa hambatan menyelusup. Tapi AS akan menemukan kesulitan dan resiko besar jika berniat masuk ke udara negara yang pertahanan udaranya kuat, seperti Rusia dan Tiongkok.
Pada tahun 2009, Presiden Obama dengan bangga mengumumkan kebijakan untuk kembali ke Asia-Pasifik. Pada tahun yang sama penelitian dari angkatan bersenjata AS telah menyajikan teori operasional yang sama sekali baru yang disebut “Airsea Battle”(Peperang Udara-Laut).