Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Dilemma AS dalam Meng-Eleminasi ISIS (2)

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kekuatan ISIS

Menyerang Palmyra merupakan pertama kali bagi ISIS dan berhasil menguasai kota secara langsung dari tangan militer Syria. Sebuah organisasi yang didedikasikan untuk mengamati perang di Syria melaporkan bahwa ISIS telah mengotrol lebih dari setengah wilayah Syria. 

Ada lebih dari 1500 anggota ISIS yang menyerang dari beberapa daerah hari itu. Saat itu ada lebih 300 penduduk kota yang tiba-tiba berbalik dan bergabung dengan ISIS, sehingga membuat militer Syria tidak bisa berbuat apa-apa.

Seorang Komandan lapangan militer Syria sempat di wawancari oleh wartawan mengatakan : Mereka (ISIS) memiliki tank, mortir, dan senjata berat. Peralatan dan senjata mereka semua sangat maju. Mereka menyerang dari segala arah sekaligus, bergelombang, mereka menyerang pos-pos pemerintah dan beberapa rumah. Mereka menghancurkan dengan senjata mereka, dan menggunakan untuk benteng mereka sendiri. Mereka juga menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, mereka sedang bersembunyi di Palmyra dan beberapa daerah sekitar kota.

Adanya beberapa penduduk kota beralih memihak ISIS, menjadi alasan utama kenapa ketika Palmyra diserang bisa jatuh ke tangan ISIS. Sebagian penduduk yang membelot ini kebanyakan sangat tidak berpendidikan, sehingga mudah dicuci otak atau dibeli. Mereka tidak mau mendengarkan saran dan nasehat keluarganya, dan pergi sendiri ke kamp latihan ISIS di Raqqa untuk menjadi terroris. Demikian menurut laporan wartawan yang meliput di daerah tersebut.

Seorang penduduk kota Palmyra memberi keterangan kepada wartawan: Ada warga kota (Palmyra) yang bergabung dengan ISIS, mereka datang dengan rang-orang dari Raqqa. Mereka ini yang membawa militan ISIS ke dalam kota. Jika bukan karena bantuan mereka, bagaimana ISIS bisa tahu jalan mana yang harus didatangi, rumah mana yang harus mereka datangi, dan dimana titik-titik penting yang strategis? Mereka sendiri tidak akan tahu.

Untuk mencari dukungan dari orang-orang setempat selalu menjadi taktik ISIS, dan ISIS mengklaim mereka mewakili Islam Sunni, dan mengambil sikap jelas dari oposisi terhadap Islam Syiah.

Organisasi ekstrimis ISIS ini berkembang di daerah penduduk Islam Sunni di Irak, sehingga sebagian besar daerah yang dipilih menjadi sasaran diserang adalah daerah yang secara tradisional dikontrol Sunni. Banyak warga Sunni disana yang percaya bahwa kehidupan mereka dibawah kekuasaan ISIS akan bisa lebih baik dari sebelumnya bila dibawah ISIS.

Seperti sudah kita ketahui bahwa sejak pada tahun 2011, Syria dengan cepat memasuki keadaan perang saudara. Pemerintah Syria makin hari makin tidak berkemampuan untuk menghadapi situasi ini. Di daerah-daerah yang luas dimana tempat konsentrasi faksi Sunni, terdapat banyak cabang militan aktif. Dalam lingkup wilayah yang dikelola ISIS, ISIS memerintah dengan memberi lingkungan hidup yang effektif, jadi tidak heran mereka bisa mendapatkan sejumlah warga setempat untuk mendukung mereka.

Hal serupa juga terjadi di Irak. Sejak AS mempromosikan demokrasi di Irak, faksi Syiah yang secara tradisonal memiliki populasi lebih besar, namun sebelumnya selalu diposisikan di kelas lebih rendah dari kelas penguasa, dan faksi Sunni yang memimpin pemerintahan. Sedang kini faksi Sunni semakin terpinggirkan.

Faksi Sunni tidak bisa menerima perubahan situasi ini, itu sebabnya selama 10 tahun setidaknya sejak tahun 2007, meskipun adanya tentara AS sejumlah 170 ribu, tetap saja situasi di Irak selalu rusuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline