Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Yaman Dikhawatirkan Akan Menjadi Pusat Pusaran Kekacauan Baru Di Timteng (5)

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Houthi Mengambil Alih Ibukota, Presiden Hadi Mundur

Kelompok Houthi mengambil keuntungan dari situasi ketidak stabilan ini, pada awal Juli 2014 mengambil alih Amran, sebuah kota 60 km utara ibukota Sana’a. Pada Agustus pemimpin Houthi menuntut Hadi untuk membatalkan keputusannya yang menghentikan subsidi kepada orang miskin. Langkah ini membuat Houthi mendapat dukungan luas baik dari Syiah dan Sunni. Pada awal September 2014, Houthi masuk Sana’a dan mendirikan  kemah di Sana’a.

Pada 2 September, Hadi sepakat untuk membentuk pemerintahan baru, dengan Houthi mencalonkan Pedana Menteri. Hadi juga mengumumkan penurunkan 30% harga bahan bakar. Tapi Houthi menolak memberi konsessi yang tidak memadai dari pemerintahan Hadi. Pertempuran pecah antara pemberontak dan pasukan keamanan di Sana’a dan  akhirnya Houthi menguasai Sana’a.

PBB menengahi kesepakatan damai antara Houthi dan pemerintah pada 20 September. Sehari berikutnya PM Mohammad Basindwa mengumumkan mengundurkan diri, sebagai bagian dari kesepakatan Houthi setuju untuk menarik diri dari Sana’a, dan Hadi mengatakan akan memulihkan lagi subsidi BBM, mendirikan sebuah “pemerintahan nasional teknokratis”, dan melakukan tindakan anti korupsi, memberi kesempatan kepada Houthi memilih penasehat presiden dan memiliki perwakilan di parlemen, dan melaksanakan ketentuan Konferensi Dialog Nasional. Tapi Houthi menolak untuk menandatangani “lampiran keamanan” (security appendix) yang menyerukan pemberontak untuk menarik diri dari Sana’a dan kota-kota lainnya serta menyerahkan senjata mereka.

Pada bulan Oktober Khaled Babah mantan Dubes Yaman untuk PBB telah ditunjuk sebagai PM, Houthi menolak pilihan Hadi ini. Para pemberontak tidak mau menarik diri dari Sana’a, tapi justru memperluas kendali mereka di ibukota. Dalam keadaan kacau demikian Houthi dan Al Qaeda di Semenanjung  Arab menguat.

Negara Semenanjung Arab yang Sunni menganggap Hotuhi yang Syiah dan Zaidis sesat. Ketika Houthi menguasai seluruh Yaman. Semenanjung Negara Arab mulai menyerang Houthi, sehingga menimbulkan banyak korban warga sipil.

Pertempuran antara pasukan pemberontak Houthi dan pasukan pemerintan intensif mulai Januari 2015. Eskalasi itu menyusul dirilisnya rancangan konstitusi yang menyerukan Yaman menjadi federasi enam wilayah, dari Konsep Konferensi Dialog Nasional.

Houthi mengepung komplek istana kepresidenan ketika Hadi di dalam. Pada 21 Januari 2015, Houthi dan pemerintah menandatangani gencatan senjata. Houthi setuju untuk menarik diri dari istana presiden. Pemerintah mengatakan akan membatalkan rencana regional dan akan menunjuk lebih banyak jabatan kepada Houthi. Tapi Houthi mengingkari kesepakatan, sebaliknya menempatkan Hadi dan Babah  sebagai tahanan  rumah.

Pada 22 Januari 2015, Hadi dan kabinetnya mengundurkan diri, dengan alasan kegagalan Houthi mematuhi gencatan senjata. Namun, Houthi menghendaki sebuah pernyataan dari parlemen bahwa parlemen harus menyetujui pengunduran diri Hadi diberlakukan dulu.

Persyaratan ini menunjukkan ke-enganan Houthi untuk mengambil kendali atas negara kerena tidak mendapat dukungan Sunni di selatan. Pada Pebruari 2015, Houthi membubarkan parlemen dan akan menggantikan dengan dewan nasional yang kemudian akan membentuk komite untuk menunjuk presiden baru.

Menanggapi kekacauan ini, Arab Saudi memhentikan bantuan ke Yaman karena hubungan Houthi dengan Iran. Upaya PBB untuk menengahi dalam pembentukan kompromi pemerintahan antara Houthi dan partai politik saingannya gagal.

Pembicaraan PBB di-mediasi kembali, pada Pebruari 2015 Houthi sepakat Parlemen akan tetap eksis, tapi  “dewan transisi rakyat” yang baru akan dibentuk dan berfungsi sebagai majelis tinggi parlemen.

Dewan akan mencakup tidak hanya Houthi tetapi juga perwakilan kelompok lain yang selama ini telah mengeluh tidak terwakili di parlemen. Dua kelompok ini akan bekerjasama dalam dewan transisi ini ke pemerintahan baru. Ketika ini berlangsung Hadi melarikan diri ke Aden dan bertemu dengan gubernur dari wilayah selatan, yang menyuarakan dukungan untuk kembali berkuasa, dan mulai mengumpulkan pasukan yang setia kepadanya.

Pada 21 Pebruari, Hadi menyatakan dirinya masih berkuasa, menyiratkan bahwa dia telah menarik kembali pernyataan pengunduran dirinya.

Pada maret 2015, pasukan Hadi dan Saleh bertempur dengan pasukan Houthi untuk merebutkan Lapangan udara di Aden. Berakhir dimana pasukan Hadi berhasil menguasai Lanud yang sebelumnya di bawah kontrol Saleh. Istana Hadi dibom oleh pesawat, tapi  tidak tahu diserang oleh pasukan Saleh atau Houthi.

Houti mundur dan menyerukan pembicaraan dan mengakhiri pertempuran. Tapi kemudian Houthi mengambil kembali Taiz kota ketiga terbesar di Yaman (Taiz sekitar 160 km ddari Aden.). Dan mereka mulai mengirim senjata dan pasukan ke Taiz, yang mengindikasikan  rencana mereka untuk melanjutkan  perang  melawan Hadi.

(Bersambung ....... )

Sumber : Media TV & Tulisan L.N.

http://www.worldministries.org/yemen.html

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2015/04/150422_iran_bantuan_yaman

http://en.wikipedia.org/wiki/Bilad_al-Sham

https://insidethemiddle.wordpress.com/2012/04/13/bilad-al-sham-arabic-for-geographical-syria/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline