Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Yaman Dikhawatirkan Akan Menjadi Pusat Pusaran Kekacauan Baru di Timteng (3)

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Genjatan Senjata Pemerintah Yaman dan Houthi

Pada Pebruari 2010, pemerintah Yaman dan Houthi setuju melakukan genjatan senjata mengakhiri perang yang telah berlangsung 6 tahun. Presiden Yaman --- Ali Abdullah Saleh dan pemimpin pemberontak Abdel Malik al-Houti mendukung perjanjian ini. Dengan persyaratan pemberontak membuka blokir jalan, menyingkir dari dari wilayah sipil, dan menahan diri tidak melakukan serangan terhadap Arab Saudi. Tentara Arab Saudi ditarik, selama perang saudara tentara penjaga perbatasan Arab Saudi ikut berperang dengan Houthi pada Nopember 2009 dan ada yang tewas.  Dan  pada bulan berikutnya setidak ada 133 tentara Arab Saudi tewas dalam pertempuran  melawan gerlya Houthi. Dengan ada genjatan senjata dalam jangka panjang, pemerintah Yaman berharap dapat fokus untuk mengurangi kehadiran Al Qeada dinegaranya.

Revolusi Melati di Timteng Juga Melanda Yaman

Protes yang melanda Timteng pada awal tahun 2011, juga menyebar ke Yaman. Demontran anti pemerintah dan pro-pemerintah turun  ke jalan di San’a dan Taiz menyerukan Presiden Saleh mundur. Sedang blok lain turun di Aden, ibukota selatan., yang menuntut permintaan lama mereka untuk merdeka lepas dari utara. Mahasiswa membentuk aliansi informal dengan kaum Islam dan  kelompok oposisi lainnya dengan  nama “Joint  Meeting  Parties”.

Presiden Saleh berjanji tidak akan menggunakan kekerasan kepada pengunjuk rasa, dan  kepada mereka mengatakan dirinya tidak akan  mencalonkan diri untuk dipilih kembali pada 2013.  Namun protes terus berlanjut dan dia mengingkari janjinya.

Pada 18 Maret puluhan ribu demontran anti-pemerintah berkumpul di ibu kota Sana’a. Pasukan pemerintah dikerahkan dan menewaskan 50 demontran. Tindakan  keras ini memicu kemarahan pengunjuk  rasa  untuk memaksa Presiden Saleh mundur.

Pada 20 Maret, Presiden Saleh memberhentikan beberapa menteri dan pemimpin militer dan beberepa anggota pendukungya membelot ke oposisi. Pada 25 Maret protes membesar di Sana’a , Saleh mengatakan bahwa dia bersedia untuk mundur jika negara akan berada “ditangan yang aman”.

Pada akhir April, perwakilan  dari Dewan Kerjasama Teluk mengajukan  proposal yang diajukan kepada Saleh  dan oposisi yang berjanji bahwa Saleh akan menyerahkan dengan segera kekuasaannya kepada wakilnya dan mengundurkan diri dalam waktu 30 hari. Sebagai gantinya dia dan keluarganya akan diberikan kekebalan. Pihak oposisi akan mengakhiri protes jalanan dan bergabung dengan pemerintahan koalisi dengan partainya Saleh. Saleh menerima tawaran itu, tapi menolak pada tiga kesempatan  pada bulan Mei untuk menandatangani perjanjian.

Pada 3 Juni, Saleh nyaris tidak selamat dari serangan yang ditujukan terhadap komplek presiden. Pemimpin milisi oposisi family Ahmar yang telah berjuang dengan pasukan Saleh salama hampir dua minggu disalahkan atas serangan itu. Saleh pegi ke Arab Saudi untuk perawatan medis. Keluarga Saleh dan sekutunya memegang kendali pemerintah.

Pertempuran berlanjut diseluruh negeri selama ketidak hadiran Saleh. Militan menguasai beberapa daerah, mengakibatkan oposisi frustasi dan demoralisasi. Seiring dengan itu, krisis kemanusiaan muncul dengan meroketnya harga pangan dan kekurangan pasokan listrik dan bahan bakar.

Pada bulan Agustus, pemimpin oposisi membentuk dewan nasional, tapi pemerintah langsung mengutuk.

PM Ali Mujawar yang juga terluka dalam serangan di komplek kepresidenan, kembali ke Yaman dari Arab Saudi pada akhir Agustus. Saleh membuat kejutan pada bulan September. Dia menyerukan genjatan senjata dan melanjuutkan negoisasi. Tapi pertempuran berlanjut antara pasukan pemerintah dan demontran, dan tentara bergabung dalam pertarungan bersama dengan pengunjuk rasa anti-pemerintah.

Dalam kesepatan yang ditengahi GCC (Gulf Co-operation Council) pada bulan Nopember 2011, Saleh setuju untuk mundur dan menyerahkan kekuasaannya kepada wakil presiden, Abed Rabbo Mansour hadi. Selain itu GCC menetapkan jadwal pemilihan, penyusunan konstitusi baru, dan pembentukan Konferensi Dialog Nasional untuk pelaksanaan perencanaannya.

Pada 22 Januari 2012, Saleh meninggalkan Yaman, kepergiannya diikuti dengan pemungutan suara di parlemen untuk memberikan dia dan anggota kelauarganya kekebalan hukum dari penuntutan dari pemerintahannya. Saleh pergi ke AS untuk alasan medis.

(Bersambung ....... )

Sumber : Media TV & Tulisan L.N.

http://www.worldministries.org/yemen.html

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2015/04/150422_iran_bantuan_yaman

http://en.wikipedia.org/wiki/Bilad_al-Sham

https://insidethemiddle.wordpress.com/2012/04/13/bilad-al-sham-arabic-for-geographical-syria/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline