Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Perang Dingin Tersamar AS >< Tiongkok ( 3 )

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi serangan rudal DF-21D Tiongkok yang sangat dicemaskan AS

[caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="Ilustrasi serangan rudal DF-21D Tiongkok yang sangat dicemaskan AS"][/caption]

Perkembangan pembangunan AL Tiongkok prestasinya sangat menyolok akhir-akhir ini, baik dalam kwantitas maupun kualitasnya. Dalam sepuluh tahun terakhir ini penambahan jumlah kapal selam yang dilengkapi dengan rudal anti-kapal telah meningkat hingga tiga kali lipat, kualitas perlengkapan AL-nya juga mengalami kemajuan yang sangat signifikan, demikian juga dengan penambahan jumlah kapal perang barunya.

Seiring dengan menguatnya pertahanan nasionalnya, suara dari angkatan bersenjata Tiongkok juga makin keras. Ini terjadi saat Tiongkok melihat gelagat AS untuk memblokade negaranya akhir-akhir ini, dengan apa yang AS sebut “first island chain”.

“First island chain” ini terdiri dari banyak negara dan kawasan dalam suatu mata rantai, seperti Jepang, Taiwan, Philipina dan lainnya, telah menanda tangani perjanjian bantuan militer dari AS. Namun kini Tiongkok bak naga yang yang sedang menggeliat, siap untuk menggusur AS ke Kep. Hawaii. Kelihatannya para ahli strategis AS saat ini, masih beranggapan bahwa jika terjadi bentrok antara AL-AS dan AL Tiongkok,sementara ini mereka masih dapat unggul, namun sebenarnya hasilnya akan berlawanan.

Sejak 2008 AS telah mulai mengadakan serangkaian latihan militer di kawasan Pasifik, dengan lawan imaginer ‘lawan yang kekuatannya hampir berimbang’, dalam hal ini tidak lain berujuk pada Tiongkok. ( Ingat latihah bersama “ Cobra Gold’ yang dilakukan ke 31 kalinya pada Pebruari 2012 yang lalu ).

Dalam konteks ini mengapa AS menantang TPR ( Tentara Pembebasan Rakyat ) Tiongkok,  mempunyai alasan tertentu. AS kini sedang dilanda serangkaian krisis ekonomi, sehingga tidak dapat mengadakan konfrontasi terhadap Tiongkok secara terangan-terangan dan terbuka.

Hubungan dagang antara AS dan Tiongkok sangat saling tergantung dan erat, banyak pabrikan AS yang telah dialihkan ke Tiongkok, untuk menekan biaya produksinya. Pabrikan yang dialihkan ini tidak hanya untuk produk keperluan sehari-hari saja, tapi juga termasuk produk teknologi tinggi. Ditambah lagi kini AS neraca tahunannya selalu merah, setiap tahun defisitnya terus bertambah hingga hampir satu trilyun dollar. Sehingga meminta-minta Tiongkok untuk membeli ‘Surat Hutang’nya dalam jumlah yang besar.

Dalam kesempatan ini memungkinkan bagi Tiongkok untuk benar-benar mencekik leher AS. Walaupun dalam hal ini AS dapat mengurangi pengaruh dari Tiongkok, tetapi akan me-revitalisasi industri dalam negeri AS, dan ingin memindahkan industrinya yang berada di Tiongkok agar memindahkan produksinya kembali ke AS, bukanlah suatu permasalahan yang bisa dilakukan dalam setahun atau permasalahan dana satu trilyun dollar, hal ini sangat sulit dilakukan AS dalam waktu singkat. Lebih-lebih lagi kini Tiongkok berada dalam status seperti AS pada saat perang dingin yang lalu menghadapi Uni-Soviet yang ekonominya sedang bangkrut.

Singkat kata, situasi konfrontasi Sino-AS kini sangat tersamar sekali. Tiongkok sedang berkembang kekuatannya, tidak hanya menjadi kaya dengan cepat juga kekuatan militernya. Seirng dengan itu juga secara mantap dalam bidang politik, militer dan ekonomi terus meningkat kekuatannya. Demikian juga pengaruh dan dampaknya terhadap dunia, setidaknya di kawasan Asia Pasifik. Lain lagi dengan situasi AS sekarang, mereka berada dalam posisi yang berlawanan. AS untuk mengejar barang-barang yang murah dari Tiongkok, terpaksa harus menunda tindakan membendung Tiongkok. Mau tidak mau harus duduk diam melihat Tiongkok tumbuh dan berkembang menjadi rival AS.

Yang menjadi kendala bagi AS kini untuk menantang Tiongkok, karena permasalahan AS sendiri juga banyak, mereka harus bisa cepat mengatasinya, sedang militer Tiongkok terus berkembangan dan menguat.

“Aviation Week” melaporkan, tahun terkahir ini Kapal AL Tiongkok telah masuk dalam perairan Mediterania, hal ini dapat dilihat bahwa Tiongkok kini sudah mampu mencapai ujung dunia. Walaupun kapal AL Tiongkok ini bukanlah untuk kegiatan militer tapi bertujuan untuk kegiatan kemanusiaan dalam mengungsikan warganya dari Lybia. Namun bagaimanapun ini bukanlah kegiatan yang berjarak 300 mil laut dari territorinya, dan telah menjadi landasan dalam persiapan pembukaan jalan bagi 1000 pucuk rudal dan 2000 pesawat jet tempurnya. ( Habis )

Sumber :

http://en.wikipedia.org/wiki/Gerald_R._Ford_class_aircraft_carrier

http://www.google.co.id/search?q=df-21d&hl=id&rlz=1C2ASUT_en-GBAU463AU463&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=RadoT5XjCsa4rAe9__nYBw&sqi=2&ved=0CDcQsAQ&biw=837&bih=606

http://military.people.com.cn

Aviation Week

http://en.wikipedia.org/wiki/Anti-ship_ballistic_missile

http://www.youtube.com/watch?v=IXLKZDVcBt8 The Chinese DF-21D anti carrier weapon kill chain

http://www.simplyexplained.info

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline