Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Utang Eropa Yang Makin Besar Bisa Menyebabkan Resesi Dunia

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut John W. Schoen dalammsnbc.com bahwa krisis finansial Eropa bisa menyeret ekonomi dunia dalam resesi, para pemimpin dari Washington dan Beijing menyerukan kepada para pemimpin zona Euro untuk mengintensifkan upaya mereka untuk mengatasi ini agar tidak menjalarnya krisis tersebut.

Menteri Keuangan Timothy Geither pada hari Rabu kemarin berusaha menenangkan kekuatiran bahwa default utang Eropa dapat memicu kepanikan seperti yang pernah terjadi pada 2008. Dia meminta para pemimpin Eropa supaya bergerak lebih cepat menyelesaikan krisis tersebut.

Keadaan ini membuat negara-negara berkembang menjadi kuatir, bahwa dengan makin mendalamnya krisis tersebut akan melumpuhkan salah satu pasar import terbesar mereka.

Pada Rabu kemarin PM RRT, Wen Jiabao mengatakan Beijing bersedia membantu mitra dagang besar mereka, tetapi menambahkan bahwa Eropa harus bertindak untuk menghentikan krisis ini sendiri. Menurut Wen “ bahwa yang harus diperhatikan sekarang adalah untuk mencegah krisis utang ini menjadi lebih meluas.” Katanya.

Kini Amerika sudah terasa terkena dampaknya dari krisis utang Eropa ini, dimana partner-partner dagang mereka di Eropa telah mulai memperkecil bahkan menghentikan pesanan-pesanan produk Amerika, yang berakibat dengan pengurangan tenaga kerja dalam perusahaan mereka bahkan PHK.

Menurut Martin Sorell CEO dari salah satu agen advertensi terbesar dunia, bahwa Italia dan Prancis yang terbilang negara yang berekonomi lebih besar di Eropa telah terseret dengan krisis ini, karena kurangnya konsensus diantara 17 pemerintah Uni Eropa.

Setelah satu tahun setengah Yunani mengatasi default utangnya yang sudah diambang kegagalan ini, namun tetap belum mampu mengadakan penghematan pengeluarannya dengan cepat, sehingga tidak mendapatkan dukungan penalangan dari negara kuat seperti Prancis dan Jerman. Rabu kemarin kedua pempimpin negara ini coba lebih menekan PM Yunani George Papandreou sekali lagi untuk mengadakan langkah-langkah penghematan yang lebih keras.

Ada terlihat bahwa krisis utang ini menyebar. Selasa lalu, Moody telah menurunkan perinkat kredit dua bank besar Prancis, Societe General dan Credit Agricole yang memegang portfolio utang Yunani cukup besar. Jika sampai Yunani terjadi default, maka akan menjadi beban besar kepada kemampuan bank untuk meningkatkan modal.

Italia yang merupakan ekonomi ketiga terbesar Uni Eropa, sudah mengalami kesulitan menjual obligasinya,karena investor melihat ada resiko yang besar yang pada akhirnya mungkin bisa terjadi default pada utangnya yang berjumlah Euro. 1,9 Triliun. Pada Selasa lalu Italia harus membayar bunga utangnya kepada investor sebesar 5,6% atas lelang penawaran baru obligasi untuk jangka waktu 10 tahun. Yang terakhir rate-nya bahkan telah mencapai 6%. Bank Sentral Eropa telah ikut membeli untuk menghindari kepanikan yang dikuatir bisa lebih luas.

Karena para investor semakin kuatir akan Yunani, sehingga mereka mulai coba membatalkan pembelian obligasi yang diterbitkan oleh negara-negara Eropa lainnya. Pemerintah diluar benua juga sedang mempertimbangkan apakah akan memperbanyak pembelian obligasi mereka untuk membantu mencegah krisis global, atau melangkah mundur sampai para pemimpin Eropa menemukan solusi yang lebih kredidel untuk krisis ini.

Kini banyak pihak yang mengharapkan dengan cadangan US$ 3 Trilun dari RRT bisa memainkan peran penting, dengan membeli surat utang yang diterbitkan oleh negara-negara Eropa seperti Yunani dan Italia, yang kini sedang dijauhi oleh investor.

The Financial Times hari Senin lalu melaporkan bahwa Italia meminta Beijing untuk membeli Surat Hutangnya dalam “jumlah besar”. Tapi sebuah sumber ada yang mengatakan kepada Reuter bahwa seorang Menteri Italia, mengatakan pemerintahnya sedang membicarakan investasi dalam sektor industri bukan untuk penawarkan obligasi pemerintah. Namun berita ini telah sempat mendongkrak kenaikan saham-saham di Amerika dan menguatnya US$, dan menurunnya harga emas.

Pada Rabu kemarin Presiden Brazil Dilma Rousseff mengatakan bahwa negaranya juga siap untuk membantu membendung penyebarnya krisis ke-uangan Eropa. Tapi lain lagi dengan Russia, mereka akan melihat dulu strategis yang jelas dari pemimpin Eropa, sebelum berkomitmen untuk membeli lebih banyak obligasi Eropa, kata penasehat ekonomi Presiden Dmitri Medvedve kepada Reuters. Arkady Dvorkovich lebih lanjut mengatakan “Kita ingin tahu dulu tindakan apa dari Uni Eropa yang akan mereka lakukan, skenario yang mereka pilih untuk default utang Yunani atau no default? Siapa yang akan mereka bantu bank atau pmenrintah?”

Russia termasuk salah satu negara yang disebut BRICS ( Brazil, Russia, India, China, dan South Afrika), merupakan negara ketiga terbesar yang memegang emas dan cadangan devisa, dan telah memegang jumlah cukup besar surat utang Eropa. Alasan ini yang mungkin membatasi untuk membeli tambahan obligasi Eropa lagi.

BRICS diperkirakan akan berdiskusi untuk mencari solusi mengatasi krisis Uni Eropa ini pada pertemuan World Bank dan IMF di Washington hari Kamis ini. Tapi menurut Deputi Menteri Ke-uanganYunani Filippos Sacninidis mengatakan “ Kita telah mengundang semua negara BRICS agar mengambil bagian aktif dalam menutupi kebutuhan pinjaman negara kami.” Lebih lanjut dia mengatakan “Meskipun telah kami undang, tapi kami melihat mereka terlihat sedikit dan bahkan tidak samasekali mau ikut aktif.”

Sumber : msnbc.com by John w. Schoen. Senior.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline