Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Insiden Pengeboman Pulau Yeongpyeong 延坪岛 Korut >< Korsel

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut YTV Korsel pihak militer memberitakan Korut telah melepaskan tembakan artileri sekitar 200 kali ke pulau Yeongpyong, yang menyebabkan korban jiwa 2 marinir dan 2 rakyat Korsel serta puluhan orang luka-luka. Korsel membalas dengan bom kurang lebih 80 kali. Posisi pulau Yeonpyeong yang berada di 72 kilometer sebelah barat Seoul dan 12 kilometer dari daratan Korea Utara membuatnya strategis. Pulau ini didiami 1.700 penduduk dan 1.000 marinir Korea Selatan. Yeonpyeong bahkan hanya berada tiga kilometer dari garis batas utara-yang dianggap sebagai zona demiliterisasi perairan Korea. Wilayah ini selalu menjadi sumber sengketa kedua negara. Konon bombardir artileri kali ini agaknya dipicu latihan militer Korea Selatan di sekitar Yeonpyeong sehari sebelumnya. Korea Selatan pamer kekuatan dan dituding mengintimidasi Korea Utara. Pyongyang lantas mengirimkan nota protes berkali-kali. Latihan itu pun sudah dikecam sejak 17 November melalui Komite untuk Reunifikasi Damai Tanah Air. Akibat dari serangan ini Seoul geger, Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae Yong minta mengudurkan diri karena merasa gagal, dituduh lamban bereaksi.

Dari peritiwa ini akan timbul pertanyaan, apakah kedua saudara Korut dan Korsel ini siap untuk berperang besar-besaran? Apakah jika terjadi perang besar, bisakah terjadi perang di Asia Utara? Timbul pertanyaan jika Korut siap untuk berperang besar dengan Korut, mengapa hanya mengebom pulau kecil Yeongpyong yang tidak dikenal, jika memang berniat perang  besar, bom saja Seoul? Maka bisa ditafsirkan bahwa Korut tidak siap berperang dengan Korsel kini. Karena jika memang siap untuk mulai perang besar Korut bisa saja membombardir Seoul dengan ribuan kali. Demikian juga Korsel jika niat untuk membalas besar-besaran, kenapa hanya membalas dengan bom 80 kali? Dengan kejadian ini dapat ditafsirkan bahwa Korsel belum bersedia mengadakan perang besar dengan Korut, lebih-lebih sebelum mendapat persetujuan dari Amerika Serikat.

Namun pertanyaannya, jika kedua belah pihak belum mau berperang besar, mengapa kedua belah pihak saling bergerak?Kelihatannya Korsel sejak tgl 23 Nov ’10 jam 13 setempat dalam latihan peperangan telah melepaskan tembakan kedaerah sekitar Yeongpyong. Lalu militer Korut secara ekstrim membalas tembakan bom ini, dengan benaran mengebom pulau tersebut. Sedang wilayah laut sekitar daerah ini masih ada sengketa tentang batas-batas kedua negara bersaudara tersebut. Menurut Korsel  tembakan mereka masih didalam batas wilayahnya, sedang menurut Korsel daerah yang dijadikan sasaran tembak mareka masih termasuk wilayahnya. Hanya kini yang menjadi masalah bagi Korut tembakan Korsel tidak membawa korban jiwa, tetapi tidak sebaliknya. Bagi Korut tindakan tindakan ini rupanya mempunyai dua makna, secara permukaan ingin menunjukan dan memberi pesan bahwa wilayah Korut sama sekali tidak boleh diganggu, tapi dibalik itu kemungkinan kelihatan adanya masa transisi pewarisan tahta pimpinan “kerajaan” Kim, untuk mempertahankan tahta Kim di Korut mereka berani berbuat apa saja termasuk mengorbanan dengan darah.

Dengan bergeraknya kedua belah pihak mau tidak mau akan membawa korban, bagi Korut kiranya akan berpengaruh apa? Bagi Korut jika terjadi ketegangan, maka akan menciptakan kesatuan yang lebih erat dalam negeri, yang sangat menguntungkan dalam situasi peralihan pimpinan ini. Selain itu juga suatu baro-meter untuk mengukur sikap rakyat Korut dan pejabatnya. Bagi yang tidak setia dan tidak mantap akan disingkirkan. Dengan demikian otaomatis membantu kenaikan tahta generasi Kim generasi ketiga. Spekulasi ini sangat baik untuk mempromosikan Kim Jong Un bertahta, namun hal ini perlu dibuktikan kelak.

Menurut para pakar di Tiongkok dan Asia lainnya, dikilahkan bahwa peristiwa ini sebenar tidak berpengaruh besar terhadap politik luar negeri RRT dan Amerika Serikat. RRT telah menyatakan sikapnya akan mempertahankan ketenangan dijasirah Peninsula Korea. Dari pihak Amerika masih belum terdengar. Tapi dengan sibuknya Amerika di Irak dan Afganistan, ditambah krisis ekonomi dinegerinya, maka untuk membuka satu front medan perang baru lagi tidak mudah. Sedang bagi Russia jelas tidak akan sudi Korea ditelan oleh Amerika. Bagi Jepang untuk memetik keuntungan dari konflik ini juga sangat kecil, karena disaat Amerika pada kondisi tidak berdaya atas ketegangan ini, akan sulit bagi mereka untuk memulihkan lagi keadaan pasca perang untuk menjadi normal kembali, jika ketegangan terjadi.

Amerika Serikat apakah bisa mengambil tindakan pembalasan atas peristiwa ini? Misalnya dengan mengadakan “pre-emptive strike” terhadap reaktor nuklir Korut untuk mengamputasi mereka. Hal ini yang perlu diamati semua pihak. Yang jelas dihari-hari kedepan akan banyak unjuk rasa yang membakar bendara dan foto-foto pemimpin pihak lawan, hanya perlu dilihat derajatnya hingga berapa panas. Namun bagi negara sekitar Korea akan sangat berperanguh jika penyarangan "amputasi" ini terjadi, karena akibat radioaktifnya akan tersebar ke negara mereka. Jadi RRT dan Russia akan mati-matian menghindari jangan sampai hal ini terjadi, jelas akibat pencemaran radioaktif tidak terlalu berpengaruh terhadap Amerika dan Eropa karena faktor jarak. Hal ini justru yang akan bikin pusing tujuh keliling bagi Korsel, Jepang, Russia dan Tiongkok, juga bagi negara-negara ASEAN. Maka hal ini tidak heran jika di siaran CCTV berita tersebut tidak dijadikan Topik Utama di RRT. Bagi Indonesia juga perlu melihat peristiwa ini dengan pikiran jernih, dan mengambil tindakan tepat untuk perdamaian region kita dan dunia.

Sumber :

www.cinaiis.com

http://internasional.kompas.com/read/2010/11/28/17333663/Wartawan.Diminta.Tinggalkan.Yeonpyeong-8

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/29/ITR/mbm.20101129.ITR135212.id.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline