Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Insiden Pulau Yeongpyong Korea dan Perang Diplomasi Tiongkok dan Amerika

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat terjadi tenggelamnya Kapal Cheoan Korsel, Korsel dan Amerika tidak dapat menunjukan bukti bahwa yang menenggelamkan benar-benar disebabkan oleh serangan Korut. Saat itu Tiongkok hanya bersifat pasif menunggu bola. Saat insiden pengemboman Yeongpyong, Tiongkok tidak membenarkan Korut melakukan pengeboman tersebut, sikapnya proaktif untuk meredahkan situasi. Insiden Yeongpyong memberi kesempatan baik bagi Amerika untuk mengirim Kapal Induk masuk dalam Laut Kuning. Ini untuk mengaktifkan lagi opsi peristiwa tenggelamnya Kapal Perang Cheonan.

Jika Tiongkok mengambil tindakan keras saat terjadinya Cheonan, dan Amerika dengan alasan membela sekutunya Korsel, mengirim masuk Kapal Induk ke Laut Kuning, walaupun masih diperairan international, tapi ini sudah merupakan suatu pem-blokade-an terhadap zona perkeonomian Tiongkok., jika Tiongkok emosi dan mengebu-ebu, maka opsi satu-satunya adalah perang. Hal ini sangat tidak diinginkan oleh Tiongkok, pertama saat ini Tiongkok tidak bisa menang melawan kecanggihan peralatan perang Amerika., bahkan jika ini terjadi maka Tiongkok akan terkucil dari dunia international, dan masuk dalam keadaan yang sangat pasif sekali. Yang dapat merusak keadaan diplomasi yang telah diraih Tiongkok selama ini, juga tidak menguntungkan bagi pembangunan ekonomi Tiongkok kini. Jika provokasi Tiongkok tidak mendapat sambutan dari Amerika, maka jelas Tiongkok akan hilang wibawa dan hak suara didunia international, yang berakibat akan perkembangan pembangunan dalam negerinya.

Maka Tiongkok kali ini tetap menentang masuknya Kapal Induk Amerika ke Laut Kunnig, namun juga menentang semua pihak untuk melakukan kegiatan kemiliteran dizona perkenomian Tiongkok. Dengan cerdiknya bisa mengubah image dunia untuk sama-sama menentang semua kegiatan kemiliteran diperairan international. Sehingga kali ini memaksa Amerika memasuki perairan Laut Kuning diluar 300Km dari batas perairan Tiongkok., dan memperkecil skala keterlibatannya dalam latihan militer tersebut. Kelihatannya Amerika walaupun masuk dalam perairan international Laut Kuning, tapi menghindar memasuki wilayah sensitif zona perekonomian Tiongkok. Namun walau bagaimanpun masuknya Kapal Induk ke Laut Kuning akan tidak menguntungkan bagi Tiongkok.

Begitu insiden Yeongpyoang terjadi, Tiongkok langsung mengadakan konferensi press pada 28 Nopember 2010, mengusulkan untuk diadakan pertemuan lagi pada pertengahan Desember 2010 “Pembicaraan Nuklir Korea Delegasi 6 Negara”, sekaligus usulan untuk proposal membicarakan peristiwa pengemboman Yeongpyong. Secara cerdik menekankan bahwa, kepala konsulatsi bukan untuk memulihkan pembicaraan 6 pihak yang macet. Sehingga bola dikembalikan kepada Korsel dan Amerika. Dimana yang tadinya untuk mendesak Korut melanjutkan perundingan dibebankan kepada Tiongkok, kini menjadi tugas berat bagi keenam negara, Tiongkok, Amerika, Russia, Jepang, Korsel dan Korut. Sehingga terlihat kerepotan juga bagi Amerika, Jepang dan Korsel.

Terlihat hingga kini pihak mereka masih belum siap, juru bicara Amerika mengatakan bahwa “ Perundingan Nuklir 6 pihak tidak bisa membuat Korut untuk patuh untuk menghentikan kegiatan pengayaan nuklirnya”, juru bicara Korsel mengatakan “ akan mempelajari secara sungguh-sungguh akan pembicaraan 6 pihak tersebut”, menteri Luar Negeri Jepang mengatakan bahwa “bukan saatnya untuk mengaktifkan pembicaraan 6 pihak”.

Ada pakar yang mengatakan bahwa jika terjadi perang Korea, pengaruh terhadap perindustrian tidak terlalu besar, karena selama sepuluh tahun belakangan ini, pembangunan industri-industri penting Tiongkok lebih digeser kedalam daratan. Lebih-lebih kini ketegangan terhadap Russia juga sudah jauh meredah. Kelihatannya para pemimpin Tiongkok kini tidak berminat untuk ikut dalam pertarungan global Adi Negara, menyadari akan kemampuannya. Pada waktu perang dingin, Amerika dan USSR (Russia), persaingan mereka adalah untuk menguasai Eropa, Timur Tengah dan Amerika Latin, tidak Timur Jauh. Karena selama puluhan tahun musuh besar Tiongkok adalah USSR, bahkan pernah terjadi perang perbatasan RRT vs USSR. Tapi setelah UUSR pecah menjadi Russia keadaan berbeda, juga Tiongkok sudah tidak dalam kontrol Russia lagi.

Keterlibatan Tiongkok dengan Perang Korea tahun 1950, membawa pengaruh besar terhadap Tiongkok, dimana harus mereka bayar mahal. Saat itu Tiongkok dalam keadaan miskin habis perang saudara, para kader militer cemerlang banyak menjadi korban dalam medan perang tersebut. Saat itu sebenarnya moment terbaik untuk membebaskan Taiwan, karena Kuomintang telah babak belur. Sedang sikap Amerika kala itu sebenarnya bisa menguntungkan bagi Tiongkok, karena Amerika sedang berkonsentrasi di Eropa untuk menghadapi tekanan pengaruh USSR disana. Sehingga tidak berdaya besar untuk mendukung Taiwan, dan dalam pemerintahan Kuomintang juga ada suara besar untuk melepaskan Taiwan kepada Tiongkok. Tapi dengan terjadinya Perang Korea, maka Armada VII masuk Selat Taiwan, yang memberi energi kepada pemerintahan Taiwan. Begitu Tiongkok masuk Korea, kapal perang Amerika langsung masuk. Akibatnya Taiwan kini menjadi duri dalam daging Tiongkok. Pasca Perang Korea, Tiongkok dikucilkan oleh negara-negara Barat.

Perang Korea seolah-olah perang melawan PBB, sehingga kedudukan Pemerintah Kuomintang tidak tergantikan oleh RTT yang de facto menggantikannya, veto USSR juga tidak berdaya membantunya. Inilah masa-masa pemburukan citra Tiongkok oleh dunia Barat. (yang konon juga terpengaruh sikap orang negara-negara lain yang terpengaruh propaganda Barat terhadap keturunan orang-orang Tionghoa tak berdosa yang hidup diluar daratan Tiongkok untuk direndahkan/dimarginalkan).

Tapi kini kelihatan RRT lebih cerdik dalam berdiplomasi menghadapi tekanan-tekan Barat dalam peristiwa Korea. Marilah kita amati bersama sambil mengambil hikmah dari perang diplomasi diatas untuk kepentingan NKRI.

Bahan dari:

http://ido.thethirdmedia.com/article/frame.com.cn

http://ido.3mt.com.cn/Article/200710/show852050c30p1.html

http://club.china.com/data/thread/1011/2720/45/95/1_1.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline