Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Tiongkok Sedang Meng-kloning Pesawat Tempur Russia yang Sudah Dibeli

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Inilah salah satu kecerdikan Tiongkok dalam memanfaatkan moment untuk kemajuan negara dan rakyatnya, setahun setelah Uni Soviet runtuh, dan Kremlin terjerat dengan krisis keuangan, mulailah mereka menjual segala macam arsenal militer kepada Tiongkok. Diantaranya termasuk pesawat tempur SU-27.

Selama 15 tahun kemudian, Tiongkok telah menandatangani kotrak pembelian senjata antara lain, US$20milyar hingga US$30 Milyar untuk pesawat tempur, destroyer, kapal selam, tank dan peluru kendali. Tapi kini militery bonanza ini telah lewat bagi Russia. Kini Tiongkok mulai memproduksi sendiri segala macam peralatan militernya, termasuk yang hihgtech sekalipun. Salah satunya SU-27, dan diambang penyelesaian terhadap pembangunan Kapal Induk versi Tiongkok. SU-27 versi Tiongkok dengan sistim avionic dan mesin pesawat buatan Tiongkok sendiri, juga sedang dikembangkan. Walaupun kini masih menggunakan mesin jet buatan Russia.

Kini terlihat Tiongkok tidak lagi order peralatan militer secara berarti kepada Russia lagi. Bahkan sudah mulai meng-ekspor perlatan militernya kepada beberapa negara-negara berkembang. Pada Airshow di Chuhai Nopember yang lalu, tidak terlihat “Russia knights” team akrobatik jet tempur menjadi bintang seperti tahun-tahun sebelumnya. Juga pesawat-pesawat yang dipamerkan tidak sesemarak sebelumnya, bahkan ini kali Russia hanya memamerkan mock-up pesawat-pesawatnya. Padahal apa yang dipamerkan Tiongkok produk-produknya adalah mendasari dengan teknologi Russia. Bintang tamunya justru dari Pakistan “Sherdils’ team akrobatik tempur jet, yang tadinya berasal dari pesawat Russia, tapi kini dengan jet tempur produksi gabungan Pakistan-RRT.Sehingga seorang public advisory Council Menhan Russia Mr. Ruslan Pukhov berkomentar bahwa “Dulu kita adalah partner senior yang terbesar, tapi kini menjadi yunior”

Memang teknologi militer Tiongkok masih jauh tertinggal dengan Amerika, yang merupakan eksportir militer terbesar dunia. Menurut Stockholm International Peace Research Institute, andil RRT dalam ekspor peralatan militer hanya 2% didunia. Tapi selama ini, setelah Jepang menyerah pada PD II 1945 hingga kini belum ada negara lain di Asia yang memiliki kemampuan asli untuk benar-benar membuat peralatan perang secara mandiri, kecuali RRT sekarang.

Industri Pesawat Terbang milik negara Tiongkok (The Aviation Industry Corporation /航空工业总公司hang’kong gong’ye zong’gong’si) telah memproduksi pesawat tempur jet. Tapi juga memproduksi pesawat penumpang sipil bekerjasama dengan GE dan beberapa industri aerospace Amerika. Seorang pejabat GE mengatakan bahwa mereka telah bekerjasama dengan salah satu membuat engine diluar negeri yang telah peluhan tahun, namun mereka dikilahkan tetap mempertahankan intellectual property(IP)nya.

Pada tahun lalu Amerika mengumumkan untuk memotong anggaran program F-22 pesawat tercanggih didunia kini, dan kecanggihan ini diperkirakan tidak akan terkejar Tiongkok selama 15 tahun kedepan. Namun kemudian Jenderal He Weirong deputy KSAU RRT mengumumkan, bahwa mereka merencanakan dalam “8 atau10 tahun” kedepan akan mampu mengoperasikan pesawat buatannya sendiri setara kecanggihan pesawat tercanggih dunia.

Ilustrasi J-11Bpesawat tempur produksi RRT, yang dikilahkan oleh pejabat Hankam Russia merupakan copy dari pesawat SU-27 mereka. SU-27 pesawat tempur berawak satu telah dioperasikan oleh Russia sejak tahun1970-80, yang setara dengan F-15 dan F-16 Amerika. Bahkan dalam aerodinamicnya masih lebih unggul dari kedua pesawat ini. Ini yang menjadi dispute antara Beijing dan Moskow tentang IP militernya, ini menjadi tolok ukur dan ujian dari kedua negara tersebut dalam persaingan ini, dan bagaimana mengatasi masalah tersebut untuk hubungan persahabatan mereka dikemudian hari.

Sebelum tahun 1990an Moskow tidak memberi persenjataannya kepada Tiongkok selama perbedaan ideologi serjak tahu 1956, lebih-lebih ketika terjadi clas perbatasan tahun 1969. Dan sejak Peristiwa Tian An Men 1989 Amerika dan Eropa telah mem-embargo Tiongkok.

Tapi ketika Uni Soviet runtuh, Russia memerlukan cash flow, 1996 Tiongkok membayar Russia US$2,5 milyar untuk mendapatkan lisensi tambahan memproduksi 200 SU-27 di Shengyang Aircraft Company (沉阳飞机公司Chen’yang fei’ji gong’si ), yang disetujui bahwa pesawat dibawah lisensi ini dinamai J-11, dimana sistim avionic, engine, dan radar menggunakan produksi Russia, dan tidak boleh diekspor kemanapun. Tetapi setelh diproduksi 150 pesawat, Tiongkok membatalkan kontraknya, dengan alasan sudah tidak bisa memenuhi kebutuhannya lagi, karena perkembangan zaman. (ini menurut keterangan ahli pertahanan Russia). Seperti diketahui bahwa kontrak memproduksi dibawah linsensi mau tidak mau harus disertai semua dokumen-dokumen teknologi.

Tiga tahun kemudian muncul J-11B produksi RRT yang dikilahkan mirip SU-27, dimana 90% adalah produksi asli RRT termasuk Avionic, Radar, hanya Engine buatan Russia. Tapi kini menurut Zhang Xinguo seluruhnya sudah buatan asli Tiongkok. Tiongkok berkilah bahwa itu bukan copy, seperti juga Hand Phone, kerangka luar bisa saja mirip, tapi isi dalamnya akan berbeda sama sekali, karena teknologi berkembang sangat cepatnya..

Walaupun ada pertikaian dengan J-11B dan SU-27, tapi Russia masih tetap memasok perlatan militer kepada RRT karena faktor keuangan dan business yang menguntungkan, meskipun kuatir akan pencurian teknologinya.

Russia tadinya coba menunda kontrak pembelian RRT untuk SU-33, pesawat tempur yang dapat dilipat sayapnya. Tapi kini mengadakan re-negotiatie lagi, RRT menghendaki membeli 2 pesawat, tapi ditolak Russia yang menghendaki kontrak lebih banyak. Pesawat ini sangat cocok untuk ditempatkan di Kapal Induk, dimana kini RRT sedang membangun yang diperkirakan beberapa tahun ini (2011/12) sudah bisa operasi. ( Maka galangan kapal Shanghai dimata-matai satelit Amerika untuk tujuan ini ) . http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/12/06/perang-bintang-star-war-amerika-vs-tiongkok/

Tapi pihak official Sukhoi Aviation Holding Company tetap yakin untuk tetap berhubungan business dengan pihak RRT, karena mereka memperkirakan Tiongkok akan ada kendala dalam pekembangan Engine J-11B kelak dan memerlukan mereka lagi. Bagaimanpun SU-27, SU-33, SU-35 akan terus dikembangkan kata SergeySergeey deputy GM Pabrik Sukhoi, begitu Kapal Induk meluncur Tiongkok pasti memerlukan peswat yang lebih canggih lagi seperti SU-35, jadi mereka sangat optimis akan businessnya. Menurut website yang bisa diungduh RRT setelah memodifikasi J-11b menjadi J-15 yang akan digunakan di Kapal Induknya.

Dilain pihak RRT kini telah berusaha menggenjot produksinya dan mengekspor pesawat tempurnya tanpa bantuan Russia sama sekali, kata pihak Russia. Ini yang membuat mereka kuatir. Tapi Pembelian senjata Russia oleh Tiongkok antara tahun 2001 – 2008 kira-kira US$16 milyar, 40% dari total perdagangan senjata Russia.

Tahun lalu di Dubai Airshow. RRT telah mendemontrasikan L-15 jet latih, dan di bulan Juni debut pertama di pameran senjata Eurosatory Prancis. Bulan Juli RRT mendomontrsikan JF-17, pesawat tempur hasil pengembangan bersama Pakistan di Farnborough Airshow untuk pertama kalinya. Pavilun di RRT terbesar di Pameran Senjata Capetown Afsel September baru-baru ini, yang memamerkan persenjataan produksi terbaru yang sebelumnya tidak pernah dipamerkan( kata Siemon T. Wezeman, an arms trade expert at SIPRI.).

RRT menawarkan JF-17 dengan harga lebih murah, sehingga Azerbaijan tertarik. Baru-baru ini RRT kalah dalam tender di Burma dari Russia yang menawarkan Mig-29, sedang RRT menawarkan JF-17.

Tahun ini RRT ikut tender di Mesir, menawarkan JF-17lebih murah US$10 juta dari Russia Mig-29 yang berharga US$30juta.

Dikilahkan bahwa Mikhail Pogosov pimpinan perusahaan Sukhoi, secara pribadi akan mengambil legal action jika Tiongkok mengekspor pesawat canggih seperti J-11B. Namun mereka juga menyadari hal ini tidak mudah kata Mr. Pukhov ( dari Menhan Russia ).

J-11B diperkirakan akan digunakan untuk pertahanan RRT di laut sebelah timur dan selatan wilayahnya. Kapal Induk dan J-15 ini, nantinya untuk mengantisipasi Amerika di Selat Taiwan, dan test kontrol di Pasifik Barat.

Pembeli potensial JF-17 adalah negara-negara berkembang seperti Sri Lanka, Bangladesh, Venezuela, Nigeria, Morocco, Turki dan Sudan yang telah membeli dari RRT pesawat tempur. Tapi yang yang paling potensial dikarenakan masalah dengan Amerika adalah Iran, selama 2002-2009 Iran telah membeli peralatan militer kepada RRT US$260 juta, menurut Centre for Analysis of the Global Arms Trade Russia.

Bahan :

http://news.163.com/10/1206/15/6N7TPCNV00014AED.html

http://www.google.com.au/images?client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-GB:official&channel=s&hl=en&q=%E4%B8%AD%E5%9B%BD%E6%88%98%E6%96%97%E6%9C%BA&um=1&ie=UTF-8&source=univ&ei=hsD8TIfWO4-wvgPAst3MCg&sa=X&oi=image_result_group&ct=title&resnum=4&ved=0CEMQsAQwAw&biw=1440&bih=717

The Austrlian Daily News

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline