Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Bagaimana Kiranya Peran RRT Dalam Dua Dekade Yang Akan Datang Di Dunia Siapa dan Apa Peran Intelektual Dalam Negerinya ( 25 )

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Usulan Dan Pandangan Kaum Intelektual Untuk Politik Luar Negeri, Tokoh-tokohnya antara lain :

Internationlis : Globalis : Wang Yizhou ( 王逸舟 ) ;

Nasionalis : Neo-Comms : Yan Xuetong ( 阎学通 ).

Defensif Realis : Wang Jisi ( 王缉思 )

“Merasuk ke Barat” Rebalancing Strategi Geopolitik Tiongkok

Defensif Realis : Wang Jisi ( 王缉思 )

Esai Wang tentang “ Merasuk Ke Barat” (王缉思:西进,中国地缘战略的再平衡) diatas dan Strategi AS untuk “Kembali Ke Asia Pasifik”, dan strategis menyeimbangan Rusia, India dan negara-negara lainnya di Eropa. Yang menganjurkan Tiongkok harus berbalik arah untuk memperhatian pengembangan hubungan yang erat ke Asia Barat, Timur Tengah dan daerah lainnya di region ini. Dengan mendorong pengembangan ekonomi, pengarahan politik untuk kepentingan “Merasuk ke Barat”.  Telah menjadi bahan diskusi hangat di AS untuk di-diskusikan.

Hal ini terjadi dikarenakan Wang Jishi tidak saja adalah seorang Dekan dari Beijing Institut Hubungan Internasional, tapi melihat posisi Wang yang sebagai pelatih kader PKT dari Institute Partai Sentral International for Strategic Studies, kebetulan bersamaan dengan moment dimana AS dan NATO sedang membahas tentang penarikan keterlibatannya di Afganistan pada 2014 yang jawalnya sudah konsisten. Sehingga dengan sendirinya timbul pertanyaan : Apakah Tiongkok ingin mengisi kekosongan yang ditinggalkan AS dan sekutu-sekutunya di wilayah pusat Eurasia, dan menjadi kekuatan dominan baru?

Para pakar melihat dalam beberapa tahun terakhir ini, tingkat aktivitas Tiongkok di wilayah tersebut makin jelas dan intesif. Dalam 7 tahun terakhir data menunjukkan, perdagangan antara Tiongkok dan negara-negara Arab pertumbuhan per tahun rata-rata sekitar 30%, lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan rata-rata volume perdagangan luar negeri Tiongkok yang 10%. Demikian juga perdagangn dengan Asia Selatan dan Asia Barat juga tumbuh pesat dalam dekade terakhir dengan kelipatan 30 kali, jauh dari rata-rata pertumbuhan perdagangn luar negeri Tiongkok.

Dalam hal investasi langsung  perusahaan Tiongkok ke luar negeri yang ditandatangani dengan negara-negara disebelah Barat ini, sering memiliki makna strategis kontrak kearah “Merasuk ke Barat” misalnya tentang pembuatan bir yang cukup besar dan kuat. Pada 2007, group perusahaan metalurgi Tiongkok — China metallurgical Group Central Enterprises “中国央企中冶集团”(Perusahaan Pusat Metallurgi Tiongkok) telah memenangkan investasi $ 30 Milyar untuk Pertambangan Tembaga di Aynak, Afganistan. Selanjutnya di “Central Asia ---- Pertochina (中石油)” menyelesaikan pipa minyak dan gas  di Afganistan, dan kemudian menjadi perusahaan asing pertama yang diizinkan menyedot minyak. Awal tahun ini Tiongkok mengambil alih operasi dan manjemen pelabuhan Gwadar, Pakistan, pakar menganggap ini sebagai langkah penting untuk memperluas kekuasaanya di Teluk Persia.

Hal tersebut diatas menyebabkan pakar dari Brooking Institution menafsirkan “Merasuk Ke Barat” merupakan impilementasi taktik perang Mao “ Musuh maju kita mundur, musuh mundur kita kejar” .

Namun sebagian pakar berpendapat bahwa penafsiran ini mengabaikan esai Wang yang berargumen bahwa persaingan Sino-AS di kawasan Asia Timur yang “zero-sum Pattern” dan hampir tidak ber-resiko adanya konfrontasi militer di bagian barat ini bagi investasi dua superpower ini, dalam bidang energi, kontra-terorisme, menjaga stabilitas regional, potensi kerjasama lebih besar di daerah lainnya. Daripada wilayah “barat” ini dilihat sebagai satu pergulatan persaingan Sino-AS, lebih baik dilihat sebagai zero-sum game dalam menjangga untuk keuntungan Asia Timur.

Menurut pandangan Wang, Tiongkok tidak seharusnya menyebut dirinya “Negara Asia Timur” . Tiongkok atau Zhongguo (中国) mempunyai makna arti Middle Kingdom, yang berarti Negara Yang Berada di Tengah-Tengah. Yang juga mempunyai makna berposisi menguntungkan untuk pengembangan ke segala arah.

3 Desember 2003 seorang wartawati The New York Times edisi bahasa Tionghoa Bao Peipei(包蓓蓓) mewawancari Wang Jishi saat dia berada di AS, dengan petikannya sebagai berikut :

Tanya Bao (TB) , Jawab Wang (JW)

TB : Usulan Anda tentang perencanaan startegis “Merasuk ke Barat” dari kontensnya terlihat konsisten dengan perkembangan negara (Tiongkok) 20 tahun lalu  yang terus bertahap membuka pintu ke negara sebelah Barat, tetapi Anda memberi istilah baru. Apakah ini ada kaitannya dengan kebijakan strategi Obama “Kembali ke Asia” dan rencana penarikan AS dari Afganistan ?

JW :  “Merasuk ke Barat” bukanlah masalah strategis untuk jangka pendek, bukan juga “musuh mundur kita maju”. Yang terpenting dan utama bukan untuk melawan AS. “Merasuk ke Barat”  bertujuan Tiongkok untuk status Tiongkok. (yang kedua “Tiongkok” yang bermakna negara sentra/middle kingdom). “Merasuk ke Barat” bukanlah strategi, tetapi hanya pemikiran strategi.

Dalam artikel saya yang dimuat di ‘Global Times”, yang tidak saya dibicarakan tentang pembangunan Tiongkok di wilayah Barat dengan skala besar. Secara geografis Tiongkok sebelah timur rendah dan makin ke barat meninggi, tapi secara ekonomis wilayah barat rendah dan wilayah timur tinggi, maka bagi Tiongkok perlu untuk melakukan keseimbangan. Pada Tiongkok kuno, ibukota di Xian, Luoyang, Kaifeng, semua terletak di ddaerah-daerah ini---- namun Yan (燕国) dan dinasti Ming dan Qing pernah juga di Beijing, tapi sejak dahulu kala ibukota tidak pernah terkonsentrasi di pesisir, selalu dalam daratan. “Merasuk ke Barat” yang terutama pertimbangannya adalah menyeimbangkan pembangunan dalam negeri Tiongkok.

Pembangunan ke arah Barat adalah wajar untuk membuka sebelah Barat Tiongkok. Misalnya, Otonomi Ningxia Hui (宁夏回族自治区 ) yang mayoritas muslim dapat memproduksi komoditas yang disukai kaum muslim, jika diekspor ke Barat alangkah baiknya? Hubungan ekonomi dan perdagangan Xinjiang dengan Asia Tengah sangat dekat, sedang hubungan perdagangan dengan Korea dan Jepang cukup jauh. Tibet bisa mengadakan hubungan perdagangan dengan Nepal, pengembangan ekonomi Yunan dikembangkan ke Myanmar, prospek ekonomi Tiongkok saat ini kemungkinan akan segera berubah baik.

TB :    Oleh karena itu “Merasuk ke Barat” tujuan utama adalah untuk mendorong menyeimbangkan ekonomi dalam negeri Tiongkok ?

JW :   Benar. Pertama untuk menyeimbangkann dalam negeri Tiongkok, keseimbangan ini akan berpengaruh terhadap eksternal. Tiongkok menghadapi sejumlah tantangan di Barat: ekstrimis agama, terorisme, separatisme etnis, yang sering disebutkan tiga kekuatan jahat. Jika Afganistan, Pakistan bersamaan kacau, kekuatan ini dapat menyebar ke Tiongkok. Maka kerjasama Sino-AS didaerah ini meluangkan ruangan.

Membangun jalan bebas hambatan (tol) dari Lianyungang (连云港) ke semua pelabuhan laut di sebelah timur Tiongkok, agar semuanya tersambung. Beberapa negara mungkin memiliki masalah, tetapi cepat atau lambat akan teratasi dan tertembus. Kini telah ada beberapa jalur yang dapat dilalui, dari barat daya mulai dari Sichuan, Yunanan, dan Myanmar terus ke pelabuhan di Samudra Hindia; atau dari Xianjiang melalui Asia Tengah dan Turki ke Mediterania; dan ke Amsterdam juga bisa melalui daerah Kaspia. Jembatan Eurasia bisa menuju beberapa tujuan, ini semua akan menjadi konstruksi dasar, yang sangat berarti bagi ekonomi Tiongkok. Selain itu juga membantu perkembangan negara-negara berkembang yang dilalui sepanjang jalur ini. “bagi si kaya membangunkan jalan dulu” , demikian juga untuk jalur pipa minyak dan gas. Clinton telah menggalang di Asia Tengah, Asia Selatan untuk membangun “Jalur Sutra Baru”, maka Tiongkok juga harus mempertimbangan jalur Sutra Baru-nya sendiri, dengan menggandeng beberapa negara untuk bekerjasama.

Ini adalah visi strategis jangka panjang, visi geo-ekonomi. Dahulu Perang Candu pintu Tiongkok sebelah timur yang dibuka lebar-lebar, bukan dari barat, sehingga kota-kota yang lebih maju terkonsentrasi di wilayah pesisir.

Ketika saya mulai belajar politik internasional, saya sangat kagum dengan AS. AS adalah negara yang berada di “dua Samudra”, sedang Tiongkok hanya berada di “satu samudra”, tapi sekarang dengan alat transportasi yang berkembang baik, kelemahan geo-politik dapat diubah menjadi keuntungan geo-politik. Pembangunan kita kearah laut timur sangat penting, tapi kita berada di satu sisi laut dan sisi lainnya daratan, mengapa tidak kita manfaatkan? Negara-negara Barat memang kenyataannya kuat, mereka menjuluki Tiongkok sebagai “Timut Jauh”, dan kita (Tiongkok) mengaku sebagai negara Timur, tapi sekarang kita sudah mengalami perubahan besar Status Geopolitik-nya, maka kita boleh membayangkan kembali sebagai Tiongkok (中国) --- Negara Tengah (“Middle Kongdom/Middle Sate”)*1

TB :    Tapi kini di dalam negeri AS banyak mengdiskusikan tentang  strategis “Kembali ke Asia Pasifik”, selain itu kita masih menggunakan istilah negara-negara Timur, dengan demikian itu dapat diartikan bahwa AS sedang menuju wilayah Tiongkok ?

JW :   Pergerseran strategis AS terhadap kawasan Asia pasifik, adalah hal yang sangat alami, Tiongkok perlu mempertimbangkan dengan respon positif, tetapi tidak perlu harus merespon dengan keras. Jika AS menaruh  lebih banyak perhatian pada Asia Timur, dan kita hanya berkonsentrasi pada pelayaran mereka ke Asia Pasifik maka kita akan kejebak.

Banyak akademisi dan ahli strategis AS sengaja atau tidak sengaja, akan selalu melihat Tiongkok bagian dari Asia Timur.  Perbedaan Politik, Ekonomi, Budaya , Ras,  antara AS dan Eropa itu dekat, dan kita Tiongkok menyebut mereka itu Barat. Padahal AS berada disebelah timur Tiongkok, dan Tiongkok berada ditengah-tengah AS dan Eropa.

Dari kebijakan, perspektif strategis, AS telah mempertimbangkan Jepang, Korea, Asia Tenggara bersama-sama menjadi satu, sedang Tiongkok dalam alam pikirannya didefinisikan sebagai negara Asia Timur, hal ini tidak terlepas dari pengalaman sejarah. AS datang ke Asia Timur perama kali invasi ke Jepang, kemudian mencanangkan “kebijakan pintu terbuka”. Selanjutnya pernah melakukan tiga kali perang, Perang Pasifik melawan Jepang, Perang Korea, Perang Vietnam dengan ukuran dan biaya jauh lebih besar dari Perang Irak. Orang Amerika begitu berpikir tentang Tiongkok, akan teringat akan tiga perang yang tragis tersebut, sehingga tidak mungkin akan melepaskan keberadaan dari Strategis Asia Timur. Karena kita telah banyak berinteraksi dengan orang Amerika, ide-ide mereka bisa membuat kita membatasi pikiran strategis.   Lee Kuan Yew pernah bertutur : Tiongkok tentu akan menghegomoni di Asia Timur, bagaimana mereka tidak akan menyingkirkan AS? Orang Amerika berpikir mereka adalah hegemon Asia pasifik, bagaimana bisa mengakomodir adanya dua kekuatan yang dominan? Pemikiran strategis “zero-sum pattern” masih belum sirna, maka hubungan Sino-AS tidak akan mungkin berkembangan menjadi hubungan baru dua kekuatan (negara) besar.

Jika anda memperbesar visi ini, melihat Tiongkok yang sedang memperkembangkan  ke barat Daratan Asia “negara tengah”, kepentingan dan pengaruhnya tidak hanya ke berkembang ke timur, tapi mempercepat berkembang ke Asia Tengah, Timur Tengah, Afrika, Eropa, dan bahkan ke Amerika Latin, ber-transisi dari kekuatan regional menjadi partner global untuk semua negara-negara dunia, kemudian membangun konsep hubungan negara besar yang lain dan baru. Tiongkok tidak mau menjadi dominan di Asia Timur, bahkan tidak perlu menjadi hegemon di Asia Pasifik. Jika Anda berbicara tentang teguh hati atau Ambisi (dalam bahasa Mandarin dibedakan雄心=teguh hati atau 野心=ambisi dalam bahasa Inggris hanya ada satu istilah Ambition), teguh hati Tiongkok adalah ingin berkerja di seluruh dunia ----dan berperan penting di dunia. Berperan penting di dunia tapi tidak seperti AS yang ingin menjadi Hegemon.

TB :   Karena itu mengapa Presiden Xi Jinping setelah dikukuhkan sebagai Presiden RRT lawatan ke Luar Negeri pertama tujuannya ke Rusia dan Afrika.

JW :  Menurut pendapat pribadi saya kunjungan ini tidak sengaja dirancang untuk melawan AS dan Jepang. Tiongkok tidak mempunyai gagasan membentuk aliansi anti-AS, tapi untuk meningkatkan ruang berkembang lebih besar kegiatan politik, ekonomi, mengkonsolidasikan hubungan kemitraan yang telah ada dan meningkatkan hubungan  teman-teman baru. Tiongkok tidak “menerobos” kepungan AS, dan AS tidak akan mampu mengepung Tiongkok. Rusia selalu sangat penting, seperti juga Afrika Selatan, KTT BRICS juga sudah ditetapkan. KTT BRICS tidak mungkin dibuka dan diadakan di AS atau Jepang ?

Asia Timur sangat penting bagi Tiongkok. Tiongkok adalah inti dari Asia Timur, tetapi tidak semua bagian Tiongkok termasuk dalam Asia Timur, seperti Xinjiang dan Tibet dalam budaya lebih dekat ke Asia Tengah, Timur Tengah, Asia Selatan, dan tidak berada diluar Tiongkok yang Asia Timur. Tiongkok bagian barat secara geografis lebih dekat ke tengah benua Eurasia.

Tadi baru saja membicarakan “Timur & Barat”, salah satu konsep geostrategis yang lain adalah tentang “Utara dan Selatan”. Dari sudut pandang ekonomi. Tiongkok tampaknya menjadi negara Selatan, menurut negara-negara Selatan Kelompok 77, negara berkembang. Padahal, sebagian wilayah besar di utara tiongkok, pada musim dingin sangat dingin, perbedaan dengan negara-negara Selatan sangat berbeda. Tiongkok tidak ingin selamanya menjadi negara berkembang, tujuannya adalah masuk dalam jajaran negara-negara maju yaitu negara-negara Utara. Sekarang tingkat ekonomi Tiongkok telah berkembang dilevel “diatas” , output ekonomi berada dilevel kedua di dunia. Maka dapat dikatakan sudah menjadi negara maju diantara negara berkembang, jadi bisa menjadi perantara dan jembatan untuk menjadi Negara Tengah, dengan arti lain sebagai Middle State (中间国家=Negara Perantara/Diantara).

TB :   Tapi kenyataannya topik berita Internasional Tiongkok saat ini relatif terkonsentrasi di Asia Timur, seperti Kepulauan Diaoyu dan Semenanjung Korea ?

JW :  Saya senang berkeliling, sebelum ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan banyak tempat lagi, dan menempatkan visi saya pada tempat itu. Setelah saya melihat ke Barat, tebukalah mata saya, beberapa aspek menggoda pandangan dunia saya. Anda dapat mengatakan bahwa Asia adalah Tiongkok ditambah para tetangga, tapi tidak bisa mengatakan Asia itu adalah Jepang dan para tentangganya (ia tertawa). Isu-isu panas berita internasional dalam beberapa dekade terakhir telah berubah berkali-kali.

TB :   Oleh karena itu “Merasuk ke Barat” merupakan langkah penting dalam strategi diplomatik.

JW : Betul. Jika anda hanya mengatakan “Masuk ke Barat” orang lain akan menganggap sebagai visi jangka pendek, tapi sebenarnya saya sudah berpikir jauh lebih dari ini. Ini adalah strategi diplomatik Tiongkok dalam dekade mendatang dan untuk meletakkan dasar dari status global. Tiongkok kini bukan kekuatan dominan (dominant power), tapi satu negara yang kepentingan dan pengaruhnya terhadap perkembangan dunia sangat pesat. Hal ini sesuai untuk melayani tren globaliasi, dan ini merupakan dinamika domestik Tiongkok, dan kesempatannya sangat besar. Namun tantangan dan resikonya juga makin membesar.

TB :   Kepentingan ekonomi Tiongkok pasti akan membawa output dari manfaat non-ekonomi terhadap arus global. Misalnya, Arab Saudi saat ini pemasok terbesar minyak mentah ke Tiongkok, produksi minyak terutama dikirim melalui Selat Hormuz, sekarang berada dalam pengawalan militer AS. Jadi untuk kepentingan minyak Tiongkok di masa depan di wilayah ini makin lama akan makin besar, AS tidak ingin melindungi terus kepentingan Tiongkok, apakah Tiongkok kelak akan melindungi kepentingan ekonominya sendiri ?

JW : Ada kecendrungan kesitu, bahwa Tiongkok  perlu mempertimbangkan perlindungan atas kepentingan mereka dalam jangkauan yang lebih luas. Tapi dikarenakan suatu kebutuhan, dan ini mendorong Tiongkok dan berbagai negara dikawasan ini untuk mengadakan kerjasama, termasuk kekuatan maritim AS dalam kerjasama tersebut. Libih jauh kita melihat, Sino-AS di Samudra Hindia, Afrika, Amerika Latin bukanlah zero-sum. Sangat realistis mengatakan bahwa Tiongkok tidak bisa dengan cepat membangun sepuluh kapal induk, untuk berkeliling dunia. Tidak hanya sumber daya keuangan yang tidak mampu, hambatan politik juga banyak. Perlindungan keselamatan maritim, jalur pelayaran, adalah tanggung jawab bersama dari negara-negara dunia. Sekarang bahkan AS yang selama ini sebagai yang menguasai lautan, kini juga merasakan kewalahan, perlu ada kekuatan lain untuk membantunya, termasuk Tiongkok untuk ikut berperan serta mengemban tanggung jawab.

TB :   Sehubungan dengan perekonomian Tiongkok di dunia tumbuh makin lama makin besar, tidak ada cara lain untuk mempertahankan prinsip diplomatik “saling tidak campur tangan urusan dalam negeri” . Saya masih ingat suatu ketika dalam pemilihan presiden di Zambia, salah satu kandidat berjanji jika terpilih akan memperbaiki hubungannya dengan Taiwan. Pada saat itu pihak Tiongkok mengadakan intervensi.

JW :  Saya kira peran Tiongkok masih sebagai negara penengah. AS selalu berpikir berbuat sesuatu tentang perubahan rezim di negara lain. misalnya di Syria – rezim Assad, rezim Iran, tapi telah membuat berantakan setelah rezim Irak berganti sekarang. AS kini sedang memikirkan kembali tentang pelajaran ini. Intervensi AS dan Eropa memiliki keterbatasan. Terhadap terjadinya kerusuhan sipil di suatu negara, Barat selalu akan mempertimbangkan intervensi militer, sanksi ekonomi. Beberapa negara lain banyak yang tidak berkepentingan di tempat itu, sebagian ada banyak berkepentingan tapi tidak mengadakan intervensi yang berarti. Tiongkok juga jika berkepentingan maka mulai mengambil intervensi pada titik tertentu, tapi dalam artian sebagai negara penengah. Prinsip non-intervensi untuk urusan dalam negeri dari politik luar negeri Tiongkok, tapi dengan catatan kepentingan, hal itu tidak mungkin total berpangku tangan. Tiongkok akan berpartisipasi dalam pemerintahan global, bersamaan untuk membantu negara-negara dalam pemerintahan lokal, dalam melindungi kepentingan mereka di negara dan wilayahnya. Adapun cara khusus dan bagaimana melakukannya, Tiongkok masih meraba-raba dalam prakteknya.

TB :   Maka Tiongkok  di masa depan perlu satu sistim diplomatik yang besar, untuk membuka mata lebih lebar dari Asia Timur, menjadi pemerintahan global.

JW :  Timur, Barat, Selatan, Utara (semua penjuru angin), kita semua saling terkait kepentingan. Ide G2 relatif sempit, pada dasarnya terbatas pada diskusi antara Tiongkok dan AS. Yang jelas, negara-negara lain juga memiliki kekuasaan dan pengaruh mereka sendiri. Terus terang pembangunan  masa depan kekuasaan Tiongkok,  harus mampu menyeimbangkan antara kepentingan negara-negara lain, dampak dari hubungan antara mereka. AS adalah imperium global, dapat mengatur keseimbangan hubungan AS-Jepang dan Sino-AS, dan juga dapat mengatur keseimbangan hubungan Jepang dan Korsel. Tiongkok begitu besar, tidak bisa hanya melihat orang lain bermain.

TB :   Sekarang sedang terjadi perlambatan ekonomi global, target pertumbuhan GDB Tiongkok berkurang. Porsinya besar perekonomian tidak akan terus tumbuh dengan cepat, dalam situasi demikian kiranya bisa bagaimana mempengaruhi kebijakan luar negeri Tiongkok ?

JW :  Negara-negara lain juga ekonomi tidak begitu berada dalam ekonomi boom, GDB Tiongkok dengan sendiri juga ikut menurun. Tiongkok telah banyak menarik investasi asing, dan sekarang orang lain juga tidak cukup uang, jelas akan kesulitan untuk menarik berinvestasi asing. Investasi asing Tiongkok keluar harus direncanakan dengan sangat berhati-hati, kepada siapa harus melakukan bisnis, kemana harus mengivestasikan dananya agar menghasilkan keuntungan, harus benar-benar direnacanakan dengan baik, tidak bisa seperti dulu lagi. Jangan begitu ada kecelakaan, mengalami kerugian baru mulai diperhatikan. Perlu ditingkatkan kesadaran, diadakan penelitian risk aversion (resiko rugi).

Selain itu, Tiongkok harus memiliki momentum dan kesadaran dan kejasama dengan negara-negara lain serta membentuk strategi. Kini investasi Tiongkok ke luar negeri pada umumnya memiliki dasar. Harus membiarkan mereka untuk berbagi resiko dengan negara setempat.  Tentu saja, kerjasama juga perlu menanggung resiko pihak lain.

Perusahaan Tiongkok setelah kelak menjadi besar di luar negeri, perlu membangun usaha hulu, seperti perusahaan finansial. Jangan jika ada yang menawarkan memnbangun rumah, jalan, Anda terus terima, dan setelah selesai terus ditinggalkan dan melakukan di tempat lain lagi. Perusahaan Tionngkok dan Strategi Tiongkok harus belajar naik ke hulu, yang pada akhirnya bisa mencapai ke puncak menjadi yang top, berada di puncak bukit-bukit kecil sekalipun.

(Bao Peipei alumni pascasarjana Universitas Columbia bagian Jurnalisme dan International Relation ).

( Bersambung ..... )

Referensi & Sumber :

*1 Tiongkok (中国) --- Negara Tengah (“Middle Kongdom/Middle Sate”) secara harfia = Tengah/Pusat ; = Negara.

http://opinion.huanqiu.com/opinion_world/2012-10/3193760.html

王缉思:西进,中国地缘战略的再平衡

http://cn.nytimes.com/opinion/20130320/cc20wangjisi/

王缉思:西进,是还中国以中国的地

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline