Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Bisakah AS Dan Barat Dengan Serangan Udara Untuk Menghabisi ISIS (3-5)

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku Kurdi memiliki pepatah “Hanya gunung barulah satu-satunya teman rakyat Kurdi” , ini disebabkan ketidak berdayaannya sepanjang sejarah, mereka sering menjadi terisolasi dan terputus dari bantuan.

Tapi satu yang benar-benar tidak berdaya adalah Obama. Obama berharap dengan mendirikan Koalisi Kontraterorisme Baru akan mendapat banyak dukungan negara-negara, tapi kenyataannya koalsinya tidak seperti koalisi kontraterorisme yang didirikan Bush. Koalisi Bush memiliki banyak kelebihan , tapi mendapatkan banyak kritikan sebagai terlalu agresif. Tapi walaupun koalisi baru ini mendapat dukungan, tapi tidak ada negara yang bersedia untuk tampil didepan dan terlibat dalam kekacauan dengan biaya berapapun, seperti apa yang telah dilakukan Inggris di masa lalu. Apa yang membuat situasi lebih tak teratasi adalah negara-negara yang memerangi teroris tersebut semua mempunyai kepentingannya sendiri-sendiri.

Dalam strategi baru AS untuk melawan ISIS tersebut, Presiden Barrack Obama telah menekankan bahwa ini adalah koalisi internasional, terutama bersekutu dengan negara-negara di Timteng adalah kunci dari keberhasilan. Tapi sama seperti Turki dan negara-negara lain mulai memberi dukungan besar untuk AS dalam operasi militer kontra-terorisme. Tapi Wakil Presiden AS Joe Baden menyatakan bagi AS “persekutuan ini menjadi masalah terbesar”.

Apa yang AS lakukan ?  AS menuangkan ratusan juta dollar dan puluhan ton senjata kepada siapa saja yang akan melawan Assad, tapi apa mau dikata bahwa pihak-pihak yang menerima ini adalah Al Nusa dan Al Qaeda, serta unsur-unsur kaum jihad ekstrimis yang datang dari berbagai tempat di dunia.

Pada 2 Oktober ’14, Biden membuat kecerobohan lain ketika berbicara tentang kebijakan luar negeri AS di Kennedy School of Government-Universitas Harvard, menyinggung masalah sekutu AS di Timteng. Biden menyiratkan bahwa untuk mendukung oposisi Syria dalam memerangi Bashar al-Assad, sekutu AS di Timteng “dengan tidak sengaja” membantu kekuatan ekstrimis. Lebih lanjut dikatakan : presiden Turki Erdogan mengatakan kepada saya sebagai teman lama “ya kau benar, kita membiarkan terlalu banyak orang (termasuk pejuang asing) menerimanya...” Sekarang Turki berusaha untuk menutup perbatasan mereka.

Begitu Biden mengatakan hal ini, Erdogan langsung membantahnya. Erdeogan menyatakan bahwa dia tidak pernah mengatakan kepada Biden bahwa Turki telah membuat kesalahan ini. Pejuang asing tak pernah sekalipun masuk Syria dari Turki, mereka mungkin telah mengunjungi Turki sebagai turis dan kemudian masuk ke Syria, tapi tidak seorangpun dapat mengatakan bahwa mereka telah menyeberangi perbatasan dengan membawa senjata.

Pada 4 Oktober ’14, Menteri Luar Negeri UAE , Anwar Mohammad Gargash, juga menuntut agar AS agar mengungkapkan kebenaran. Gargash mengatakan bahwa pernyataan Biden “mengejutkan” dan mengabaikan upaya UAE yang telah memerangi kekuatan ekstrimis dan terorisme. Dan Biden harus menjelaskan atas laporannya yang dapat memberi kesan tidak baik kepada UAE.

Erdogan membantah : Hal ini tidak benar, dengan menuduh Turki seperti ini, saya menyesal mendengar tentang hal ini. Ketika saya bertemu Biden di AS, saya tidak pernah mengatakan bahwa kami salah dan pernah membuat kesalahan dan AS benar. Jika Biden sungguh mengatakan hal ini di Universitas Harvard, Biden harus minta maaf.

“The Daily Telegraph” melaporkan bahwa apa yang Biden bicarakan mungkin suatu kenyataan yang betul-betul serius, di mata banyak para ahli kebijakan luar negeri hal ini adalah suatu kebenaran. Mengutip laporan dari majalah “Politico” ada yang mengungkapkan seperti apa yang dikatakan Biden. Presiden Obama dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry juga telah membuat pernyataan serupa.

Pada 28 Oktober ’14, dalam konferensi press Obama mengatakan “ Ada negara yang mengira benar dengan mendanai mereka (ekstrimis) untuk mewakili kepentingan mereka itu memang strategi yang tidak buruk. Kami perlu berpesan ke seluruh wilayah (Timteng) ini untuk menjadi peringatan bagi Sunni dan Shyah, bahwa kelompok seperti ISIL*1 adalah kelompok yang tanpa batas dan tidak boleh ditampung.”

Pada 24 September ’14, John Kerry mengatakan dalam suatu wawancara di CNN “ Dari sejak awalnya, ketika upaya menggulingkan Assad berlangsung, ada pihak-pihak yang membuat perhitungan yang penting pokoknya menghapuskan Assad. Dan itu sayangnya mengakibatkan dana yang diberikan jatuh kepada kelompok yang berbeda, terus terang itu adalah proses yang ceroboh.”. Sebuah laporan dari “ The Daily Telegraph” ada menunjukkan bahwa satu-satunya perbedaan antara Biden dan Obama, dan apa yang Obama dan kerry katakan, adalah bahwa Biden menunjukkan siapa yang disebutkannya.

Ivan Eland, Direktur of Center On Peace and Liberty at Independent Institute di AS memberi komentar : Anda (AS) dapat dikatakan memiliki koalisi berskala besar, yang terdiri dari Angkatan Udara Arab dan Barat, tapi mereka hanya sekedar menyediakan beberapa pesawat, untuk komando tempur, logistik dan intelijen disediakan oleh AS. Orang-orang ini hanya “window dressing”(sebagai pajangan). Kami tidak benar-benar membutuhkan pesawat,  yang mereka lakukan hanya untuk tujuan politik, apa yang benar-benar kita butuhkan adalah pasukan di daratan. Turki miliki tentara yang besar, Arab Saudi bisa mengirim beberapa pasukan, tipe aktor seperti Jordania dapat memberikan pasukan darat. Mereka ini benar-benar diperlukan untuk bergerak melangkah dan Amerika sudah meminta mereka untuk mempinpin, tapi mereka jarang melakukannya. Analis percaya bahwa aliansi ini lemah, hanya memberi dukungan moral atau keuangan, tapi sulit untuk ditekan untuk melakukan tindakan kelompok. Selain serangan udara, operasi taktis, koalisi kontra-terrorisme baru ini tidak memiliki rencana jelas untuk operasi strategis. Demikian menurut Ivan Eland.

Beberapa analis Irak berpendapat bahwa Obama sedang mencoba untuk membentuk koalisi kekuatan anti-ekstrimis dalam kalangan Sunni, hal ini sepertinya mencoba untuk mendapatkan “darah dari batu”. Karena Sunni pada umumnya merasa senang dengan munculnya kekuatan ekstrimis. Mereka berharap bahwa pasukan ekstrimis dapat membantu mereka menghadapi dan ikut urus Syiah. Pada kenyataannya, kerena mereka menuduh negara-negara lain memiliki motivasi mereka sendiri. AS sendiri juga membuat perhitungannya sendiri.

John Kirby, Juru bicara Dephankam AS pada 22 September ’14 memberi pernyataan di Pentagon setelah serangan udara pertama, dengan mengungkapkan bagaimana mereka telah menghubungi rezim Assad di Syria memberitahu tentang niat AS untuk melakukan serangan udara. Tapi tidak ada koordinasi dari perspektif militer. Kirby mengatakan benar-benar tidak ada komunikasi sama sekali, baik sebelum, atau sesudah serangan udara dari perspektif militer. Dan pemerintah Syria tidak membuat respon yang keras setelah serangan udara, demikian juga tidak menindaklanjuti laporan atas progress dari serangan udara militer AS ini. Dunia luar menafsirkan sebagai pengakuan diam-diam dari serangan udara ini.

Hal yang menjadi ancaman terbesar bagi pemerintah al-Assad adalah diprokalmirkannya ISIS. Dan sekarang AS melihat ISIS sebagai target utama untuk diperangi, dan ini tentu bermanfaat bagi pemerintah Syria. Sedang AS tidak ingin situasi menjadi pertempuran satu lawan satu antara pasukan AS dan ekstrimis, AS hanya ingin memainkan peran dalam hal ini, yang hanya akan mendukung “aktor” lokal untuk mengontrol perkembangan situasi. Dengan cara ini AS dapat mencegah musuh-musuhnya untuk melawan langsung mereka. Yang dalam hal ini AS memilih kaum oposisi Syria untuk menjadi “aktor” ini.

Obama didepan Kongres AS mengatakan : Kami akan bergerak maju dengan  rencana kami, kami minta didukung oleh mayoritas partisan di Kongres (Demokrat dan Republik) untuk meningkatkan upaya kami untuk melatih dan melengkapi oposisi Syria, yang akan menjadi terbaik untuk melawan ISIS dan penyeimbang untuk ISIS dan rezim Assad.

AS benar-benar melakukan dua hal di Syria, yang pertama memerangi pasukan ISIS dengan menompang pejuang gerakan kemerdekaan oposisi. Karena itu, pada saat pasukan ISIS mayoritas tertekan, kita dapat membayangkan pada saat yang sama pejuang kemerdekaan Syria akan tumbuh lebih kuat. Bagi AS mengkoordinasikan serangan udara dengan kerjasama dengan oposisi Syria di daratan merupakan komponen penting untuk mewujudkan visi, dengan tidak menyebar pasukan daratnya.

Namun menurut “The Guardian” Inggris, mereka lebih percaya bahwa yang seharusnya menjadi sekutu utama dalam memerangi ekstrimis bukan dengan negara-negara Teluk. Dan juga bukan oposisi Syria, melainkan Iran, demikian pula tidak dengan sekutu Syria atau Syiah pendukung pemerintah Irak, karena oposisi (lawan)  Iran terhadap ISIS itu adalah alami.

Pada 24 September ’14, Presiden Iran, Hassan Rouhani dan PM Inggris Davis Cameron mengadakan pertemuan pertama kali antara pemimpin kedua negara dalam 35 tahun ini, di New York, dimana mereka membahas bagaimana untuk menangani kekuatan ekstrimis. Beberapa komentar menyatakan bahwa Cameron mungkin telah bicara dengan Rouhani atas nama Barrack Obama.

Aso M Ali analis politik Irak mengatakan : Pemerintah AS akan menghadapi  bahwa itu tidak mungkin dapat dengan mudah mengumpulkan semua negara, AS tanpa dukungan dari Iran atau bahkan Syria akan sulit untuk mengalahkan ekstrimis. Karena serangan udara memerlukan intelijen di daratan, mereka membutuhkan bantuan dari Syria. Jika harus memilih sekutu yang paling tepat untuk memerangi kekuatan ekstrimis, Iran benar-benar pilihan yang terbaik. Namun, mengingat AS dan Iran ini adalah musuh lama, untuk membuat mereka berjabatan tangan dan berbicara perdamaian dan kerjasama adalah tidak mudah.

Pada 15 September ’14, pada “Konferensi Internasional Tentang Perdamaian dan Keamanan Untuk Irak” yang diadakan di Paris, Prancis. Para wakil yang hadir mencapai konsensus akan melawan pasukan ekstrimis bersama-sama. Namun sayang tetangga Irak, Iran yang selalu proaktif dalam masalah kekuatan ekstrimis tidak muncul di konferensi ini. Ada laporan yang mengatakan bahwa Iran tidak diundang, karena AS menentang. Menlu AS Kerry membuat pernyataan bahwa AS tidak akan bekerjasama dengan Iran dalam operasi melawan kekuatan ekstrimis ini.

Pada hari yang sama, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khameini mengatakan bahwa AS telah secara khusus diminta kerjasama dengan Iran berkali-kali, tapi setiap kali ditolak Iran. Ketika ekstrimis pertama kali memasuki Irak, AS membuat proposal untuk Dubes kami (Iran) melalui Dubes mereka di Irak untuk membicarakan tentang bekerjasama untuk melawan kekuatan ekstrimis. Dubes kami melaporkan ini kepada kami. Demikian kata Khameini, lebih lanjut Khameini mengatakan : “Saya tidak pernah akan bekerjasama dengan AS di area spesifik tertentu, karena tangan mereka telah kotor. Bagaimana kita bisa bekerja sama dengan negara seperti itu ?”

Setelah itu, Ali Khameini membuat pernyataan di jaringan media sosial bahwa AS memerangi organisasi ekstrimis tujuannya untuk mengontrol wilayah tersebut, dan mengubah Irak dan Syria dimana area ini bisa mereka masuki dan mengebom bebas.

Pejabat senior Iran juga membuat pernyataan yang menunjukkan mereka ragu atas niat AS dalam memerangi pasukan ekstrimis itu adalah murni. Mantan Jenderal Korps Pengawal Revolusi Iran, Hassan Moghaddam ( Hassan Moghaddam, Former General of the Iranian Revolusitionary Guard Corps ) mengatakan : “Jika AS benar-benar ingin membasmi pasukan ekstrimis, mengapa AS mau mendanai mereka?  mengapa AS harus memasok mereka senjata? AS telah melalukan kedua hal ini di masa lalu. Saat organisasi ini baru saja mulai dan berkembang, AS tidak berusaha menghentikan mereka. Tujuannya melawan mereka sekarang adalah untuk mencari alasan bagi AS untuk mengerahkan militer mereka untuk campur tangan di negara lain.”

Antara AS dan Iran sudah bertahun-tahun berselisih dan sama-sama saling kurang percayaan satu sama lain, dan ketidak percayaan ini berasal dari perilaku kontraterorisme masa lalu AS. Militer AS hanya akan memerangi ISIS di Irak, tapi membiarkan mereka berkembang di Syria.

Sebelum ini, saat menggulingkan pemerintah Muammar Gaddafi dengan alasan untuk “intervensi kemanusiaan”, tapi kenyataanya tidak melakukan apa-apa tentang bencana kemanusiaan yang lebih besar yang sedang tumbuh, dan bahkan berkembang lebih merajalela di Lybia. Sementara AS tidak menunjukkan sikap tentang masalah terorisme di Rusia, Iran dan Tiongkok. Jelas dalam banyak kasus ekstrimisme dan kekerasan telah digunakan sebagai senjata untuk menekan lawan. Namun kenyataannya membiarkan musuh mereka tetap tumbuh menjadi lebih hebat, ini sungguh bukti yang sangat konyol.

Ikut mengintervensi menekan kekuatan ekstrimis dengan berbagai perhitungan mereka, dan berbagai masalah keamanan di Timteng serta isu-isu pembangunan, dan kepahitan sejarah telah memberi ruang yang luas bagi pasukan ekstrimis. Hal ini menjadi lahan yang subur yang telah memungkinkan ISIS memproklamirkan diri dan muncul serta berkembang. Hal ini tidak diragukan karena Osama bin Laden tewas, tapi organisasi Al Qaeda tetap hidup. Sedang ISIS muncul saat Al Qaeda sedang lemah. Beberapa analis meyakini untuk membasmi agar ekstrimis agama tidak tumbuh dan berkembang harus dari tanah/akarnya. Perlu adanya koordinasi antara Syria dan Irak, Iran dan Arab Saudi, untuk mengadakan perbaikan dari kesalahan-kesalahan pemerintah Islam, serta pemerintahan yang kuat di Timteng. Di-iringi adanya kerjasama internasional yang didirikan untuk saling menguntungkan, jika tidak , walaupun ISIS suatu ketika akan dilemahkan akan tetapi sebuah kekuatan ekstrimis yang lebih mengancam akan muncul kembali.

*1 ISIL = Islamic State of Iraq and the Levant = negara Islam Irak dan Levant, adalah sebuah negara dan kelompok militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Syria. Kelompok ini dalam bentuk aslinya terdiri dari dan didukung oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni, Dewan Syura Mujahidin dan Al Qaeda di Irak, termasuk pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund al-Sahaba, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah, Jeish al-taiifa al-Mansoura serta suku Irak yang mengaku Sunni, (http://id.wikipedia.org/wiki )

Sumber : Berbagai media TV dan tulisan internasional

http://mepc.org/articles-commentary/commentary/turkey-rethinks-action-islamic-state

http://nationalinterest.org/feature/why-america-wasting-the-f-22-raptor-bombing-isis-11380

http://www.latimes.com/world/middleeast/la-fg-f-22-the-worlds-priciest-fighter-jet-finally-flies-in-combat-20140923-story.html

http://mepc.org/articles-commentary/commentary/how-formidable-isis

http://www.nytimes.com/video/world/middleeast/100000003082541/footage-from-an-isis-drone.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Lockheed_Martin_F-22_Raptor

http://www.nbcnews.com/storyline/isis-terror/isis-militants-attack-iraqi-provincial-capital-ramadi-officials-n253451




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline