Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Perang Minyak Dunia Baru - Kini Sedang Berlangsung (1)

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompas.com tanggal 12 Januari’15 memberitakan bahwa 1 Pebruari ’15 Petamina akan menurunkan harga BBM dalam negeri, dikarenakan harga minyak mentah dunia terus mengalami penurunan. Harga premium per 1 Februari 2015 akan memakai asumsi MOPS (Middle/Mean  Oil Platts, Singapore) *1 dan kurs periode 25 Desember 2014 hingga 24 Januari 2015. Menurut Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang di Jakarta mengatakan :"Setiap penurunan MOPS sebesar satu dollar per barrel, harga BBM bisa turun Rp 50. Tapi, tergantung pergerakan kursnya," .

16 Januari ’15, Kompas.com kembali memberitakan “OPEC Tingkatkan Produksi, Harga Minyak Dunia kembali Melorot”, Patokan AS untuk minyak mentah light sweet/West Taxas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Pebruari’15 turun 4,6% atau sama dengan US$2,23 harga menjadi US$ 46,25 per barrel di NYMEX (New York Mercantile Exchange); Di London, Brent North Sea untuk pengiriman Pebruari’15 ditutup US$ 47,67 atau turun 2,1% (US$ 1,20).

Pengumuman OPEC 15 Januari’15 melaporkan bahwa produksi Desember’14  naik, sedang harga sedang jatuh. Ke-12 negara anggota OPEC yang memproduksi sekitar 1/3 dari pasokan dunia, memberi laporan produksi naik menjadi 30,2 juta barrel per hari pada Desember’14. Dengan turunnya harga minyak hampir 60% sejak Juni’14 ditengah kelebiahan pasokan dan melemahnya pertumbuhan ekonomi global para pedagang berspekulasi tentang kapan pasar akan keluar dari titik terendah dan mulai meningkat lagi.

Tapi kiranya ada konspirasi apa yang terjadi pada pentas dunia sekarang atas penurunan harga minyak mentah yang terlihat tidak biasa ini. Adakah suatu yang  luar biasa terjadi dibalik ini semua? Yang jelas harga ini tidak akan bertahan lama. Mudah-mudahan situasi ini bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintahan Jokowi sekarang, dalam rangka mendidik rakyat Indonesia dalam mengkonsumsi BBM dan membiasakan diri dengan fluktuasi harga minyak dunia untuk masa-masa yang akan datang.

Para cendikiawan percaya bahwa eksistensi menentukan kesadaran dan energi menentukan eksistensi. Tapi bagi masyarakat manusia, ini betul-betul suatu wawasan yang mendalam. Pengalaman dari terjadinya dua perang dunia telah mendorong sumber energi yang paling penting bagi pembangunan global untuk mengubah dari batu bara menjadi minyak (bumi). Semenjak itu minyak bukan hanya sekedar komoditas massal terbesar untuk perdagangan internasional,  tapi telah menjadi cadangan strategis yang diperlukan untuk semua negara untuk melindungi diri sendiri.

Untuk batas tertentu, minyak telah memenuhi sebagai suatu dengan aspek keuangan dan politik, yang menentukan keberadaan suatu negara serta kemakmurannya, dan dapat menentukan apakah negara memutuskan untuk terlibat dalam hubungan persahabatan atau bermusuhan, bahkan menentukan perang atau damai.

Namun dalam enam bulan terakhir ini, komoditas penting ini --- minyak telah mengalami masalah seperti apa yang seluruh dunia dapat menyaksikannya. Setelah mengalami puncak harga US$115 per barel pada bulan Juni ’14 lalu, harga minyak yang selalu dikendalikan bersama tiba-tiba mulai turun hingga mencapai titik terendah. Pada 15 Juli’14 harga Minyak Mentah New York (NYMEX) jatuh US$100 per barrel , pada 8 Sepetember ’14 Minyak Brent US$ 100/barrel, pada 3 Oktober ’14 minyak mentah New York US$ 90/barrel, pada 9 Oktober ’14 Minyak Brent US$ 90/barrel, 16 Oktober ’14 Minyak Mentah NYMEX US$ 80/brerel, diikuti Minyak Brent US$80/barrel pada 13 nopember’14. Kini WTI Crude Oil US$48.36/barrel, Brent Crude Oil US$ 50.11 (Oil Price Net 10 Jan’15). Kemudian seluruh dunia bertanya, siapa kiranya yang telah bermain-main dengan minyak ini ?

Pada 27 Nopember 2014, OPEC mengadakan Pertemuan Tingkat Menteri di Wina, Austria, yang mengfokuskan pada masalah bagaimana menangani harga minyak yang terjun dengan dramatis selama enam bulan belakangan pada paruh tahun lalu. Pertemuan ini menjadi perhatian dunia, karena mereka berharap OPEC yang menyumbangkan 36-40% dari produk minyak dunia akan memberi reaksi yang cukup berarti dengan mengurangi produksi secara terkoordinasi untuk menjaga harga minyak terkendali dengan harga normal.

Namun, apa yang membuat orang terkejut, setelah perdebatan sengit oleh 12 negara penghasil minyak utama, ternyata mereka tidak memutuskan untuk mengurangi produksi, dan terus mempertahankan produksi 30 juta barrel minyak mentah per hari.

Begitu berita ini tersiar, harga minyak berjangka NYMEX jatuh ke titik US$ 70/barrel. Keesokan hari harga minyak internasional terjun lagi, harga acuan berjangka minyak mentah di NYMEX turun dibawah US$70/barrel, dengan kata lain turun 10,2% dalam semalam saja.

Pada saat yang sama, yang lebih mengejutkan adalah meskipun bukan anggota OPEC, Russia adalah negara pengekspor minyak terbesar setelah Arab Saudi, juga memutuskan untuk tidak menurunkan produksi minyaknya.

Maka hanya berselang dua hari setelah pertemuan tingkat menteri OPEC pada 25 Nopember ’14, Igor Sechin Ketua Eksekutif Sosneft tiba di Wiba untuk mengadakan pertemuan dengan Arab Saudi, Venezuela dan negara-negara penghasil minyak utama lainnya.

Setelah bertemu dengan Ali-Naimi, Menteri Perminyakan Arab Saudi dan perwakilan OPEC lainnya, serta perwakilan Meksiko dan negara-negara non-OPEC lainnya, Igor Sechin membuat pernyataan yang mengejutkan : “....bahkan jika harga minyak turun menjadi US$60/barrel, Russia tetap tidak akan mengurangi produksi.”

Tapi sebelum ini, media Barat percaya bahwa dalam rangka untuk meringankan sanksi ekonomi Barat, Rusia akan menggunakan pengurangan produksi untuk menstabilkan harga minyak. Sechin juga menyatakan bahwa jika harga minyak terus menurun, Rusia dapat menurunkan output produksi harian 200 ribu atau 300 ribu barrel. Tapi tak seorangpun bisa membayangkan bahwa Rusia akan benar-benar akan bertindak demikian rupa yang sangat bertentangan atau kontroversial ini.

Beberapa hari kemudian, 4 Desember ’14, Arab Saudi lebih lanjut mengumumkan, mereka akan mengurangi harga jual minyak mentahnya kepada klien mereka di Asia dan Amerika pada bulan Januari’15. Hal ini membuat harga minyak untuk pasar berjangka internasional meluncur kebawah bak bola salju.

Pada 28 Nopember ’14 harga minyak NYMEX US$ 70/barrel, 29 Nopember ’14 harga minyak Brent US$ 70/barrel, 12 Nopember ’14 harga minyak NYMEX US$60/barrel terendah dalam lima tahun ini, 16 desember ’14 minyak Brent US$61/barrel mencapai rekor terrendah dalam lima tahun ini.

Dengan terus menurunnya harga minyak, kedua negara pengekspor minyak terbesar  dunia Arab Saudi dan Russia, tampaknya bersedia membayar harga taruhan (yang merugi/bet-off) dalam situasi krisis harga minyak yang genting ini. Situasi ekonomi yang tidak biasa ini menimbulkan berbagai dugaan dari dunia luar.

Peristiwa seperti ini sebenarnya pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2008 harga minyak internasional turun terus dari US$ 147 hingga US$ 35 per barrel pada bulan Januari 2009, skala penurunan yang jauh lebih besar dari yang kini terjadi. Namun pada saat itu, alasan turunnya jelas karena ekonomi telah jatuh, dengan adanya krisis Suprime Mortagage di AS, hal itu sangat jelas.

Tapi kali ini, ada banyak alasan dan dugaannya. Apakah karena isu-isu politik internasional atau isu-isu teknologi, atau juga karena masalah pasokan dan permintaan (supply & demand). Hal itu hingga kini masih belum jelas.

Pada kenyataannya sejak harga minyak mulai jatuh beberapa bulan lalu, timbul banyak isu teori konspirasi tentang Barat yang dipimpin oleh AS serta bergabungya Arab Saudi selaku pimpinan OPEC untuk me-manupulasi harga minyak dengan tujuan menghukum Russia.

Bagi Russia sebagai produksen dan eksportir minyak terbesar di dunia tidak diragukan lagi bahwa ini menjadi garis hidup mereka, karena itu selama badai harga minyak terjadi, tampaknya tak ada yang diragukan bahwa Russia sedang dikenakan sanksi ekonomi oleh Barat, terutama dengan terjadi peristiwa krisis Crimea, dimana mereka harus menanggung beban ini dan dijadikan korban terbesar.

Jika harga minyak turun dengan cepat, hal itu akan menjadi tekanan besar bagi Russia. Ada satu model evaluasi yang mengatakan, agar pendapatan keuangan Russia tetap stabil, harga minyak harus tetap pada level US$100/barrel. Tapi saat ini harga hanya sekitar setengah dari itu, jadi tentu saja akan berpengaruh besar.  Namun ada statistik lain yang mengatakan untuk setiap dollar per barrel harga minyak jatuh, pendapatan pemerintah Russia akan berkurang US$ 2,3 millyar, jadi merupakan jumlah yang besar. Demikian kata Xiang Songzuo (), Senior Economist at the Agricultural Bank of China.

Menurut perhitungan dari Sberbank Russia, jika harga minyak tetap pada US$ 90 pada 2015, pendapatan pemerintah Russia akan turun 1,2%, jika harga minyak bertahan pada US$ 104/barrel akan seimbang/balance. Dan jika harga lebih dari US$ 110/barrel, PDB Russia akan menjadi positif.

Nilai median dari sebuah jajak pendapat Bloomberg dari 32 ekonom menunjukkan, jika harga minyak Mentah Urals (Urals crude Oil) berada di bawah US$ 80/barrel, Rusia akan memasuki masa penurunan, karena hal ini Harian Russia “The Independent” antara lain membuat pernyataan sebagai berikut : “Penurunan harga minyak dunia merupakan konspirasi dari AS dan Arab Saudi.” ( Bersambung ---- )

*1 MOPS, isinya adalah harga dari produk minyak ( gasoil, jetA-1/kerosene, Naptah dll) yang diterbitkan oleh Platts. Dalam publikasi harian Platts mengeluarkan hasil assement ( nilai tertinggi dan ter-rendah, kemudian yang dijadi acuan adalah nilai tengah/mean berdasarkan aktivitas perdagangan dari para pelaku pasar setiap hari yang tercata pada windows platts)

Sumber : Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri.

-http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/12/165533926/Pertamina.Februari.Harga.Premium.Rp.6.000-an.Per.Liter

-http://www.bloomberg.com/news/2015-01-15/oil-advances-as-opec-forecasts-slower-growth-in-u-s-supply.html

-http://www.opec.org/opec_web/en/

-https://groups.yahoo.com/neo/groups/Migas_Indonesia/conversations/messages/46456

-http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/16/081808826/OPEC.Tingkatkan.Produksi.Harga.Minyak.Dunia.Kembali.Melorot?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp

-  http://www.liveleak.com/view?i=60e_1275280267

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline