Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Indahnya Transportasi Murah di Banyuwangi

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sejak April lalu masyarakat Perkereta Apian Banyuwangi dirundung duka. Karena kereta api yang menjadi moda transportasi favorit masyarakat kelas menengah ke bawah menaikkan harga yang gila-gilaan. Dimulai dengan KA Tawang Alun yang semula tarifnya hanya 18.500 dari Banyuwangi sampai Malang menjadi 50.000, dan diikuti oleh KA Sri Tanjung yang semula tarifnya hanya 35.000 dari Banyuwangi sampai Jogja menjadi 90.000.

Memang tarif tersebut keterlaluan murahnya. Untuk KA Tawang Alun yang 18.500, kalau kita naik bis biasa Non AC dari Banyuwangi-Jember, Jember - Progollinggo, dan Probolinggo - Malang kurang lebih akan menghabiskan 54.000 Dan kalau Patas AC tentu akan lebih mahal lagi. Dan kalau naik travel, tarifnya berkisar antara 90.000 sampai dengan 120.000.

Untuk KA Sri Tanjung juga begitu, untuk jurusan Jogja lebih gila lagi murahnya. Bis AKAS Asri atau Mila jurusan Jogja - Banyuwangi tarifnya antara 70.000 hingga 85.000. Walaupun jauh dekat tarifnya sama, KA Sri Tanjung juga menjadi andalan warga Banyuwangi yang akan ke Surabaya. Karena dibanding dengan angkutan umum lainya KA Sri Tanjung masih tetap paling murah. Tarif bis maupun travel ke Surabaya maupung ke Malang tarifnya kurang lebih sama.

Selain masalah tarif, kenyamanan naik kereta juga menjadi pertimbangan kenapa masyarakat mengidolakan moda transportasi ini. Walaupun tarifnya murah, setiap penumpang dipastikan dapat tempat duduk. Nggak ada lagi jamannya naik kereta api sambil berdiri berhimpit-himpitan, itu cerita lalu. Mulai tahun kemaren (kalau nggak salah) kalau tiket habis, maka tidak boleh lagi ada penumpang yang memaksa masuk.

Nyaman kan? Sudah murah, bersih, nyaman, santai belum lagi banyaknya pedagang yang menawarkan dagangannya di beberapa stasiun, menjadi hiburan tersendiri di tengah bosannya perjalanan yang begitu panjang (ke Malang 7,5 jam, ke Sby 7 jam, ke Jogja 14 jam). Kalau saya pribadi paling suka naik KA karena di perjalanan yang begitu panjang bisa benar-benar menjadi "Me Time" dengan membaca buku tanpa ada yang mengganggu. Apalagi dengan berkembangnya teknologi komunikasi sekarang ini, hobi utak-atik HP / IPad benar-benar terpuaskan selama di perjalanan.

Tapi semua itu tinggal kenangan, rencana saya untuk mengajak jalan-jalan staf dan guru-guru di lembaga saya menjadi harus dihitung ulang. Padahal rencana itu sudah begitu matang, tinggal menunggu waktu yang tepat saja. Saya hanyalah salah satu contoh dari ribuan orang yang kecewa dengan kebijakan tersebut. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Kepada siapa ya kami bisa mengadu? Karena apapun alasan PT. KAI menaikkan harga seharusnya ada perlawanan dong. Mbok ya Pemkab Banyuwangi, atau DPRD nego harga dengan PT. KAI. OK lah naik, tapi jangan sedrastis itu. Umumnya kenaikan itu ya maksimal 25%. Kita nggak butuh AC kok. Kita butuh transportasi murah. Atau dibagi 2 kelas seperti dulu mungkin lebih fair. Yang pengen AC biar dia bayar lebih mahal, yang maunya murah meriah ya biarin aja kepanasan. Udah resiko.

Sepertinya solusinya hanya dengan berdo'a. Semoga Allah menggerakkan hati para pejabat publik negeri ini, agar tarif kereta api bisa lebih  proporsional. Hanya tarif KAI? Enggak juga .... di banyak sektor yang lain juga :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline