Lihat ke Halaman Asli

Bisnis Komunitas, Bisnis tanpa Modal yang Membawa banyak Manfaat

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13016447151312522122

[caption id="attachment_99458" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (shutterstock)"][/caption] Keinginan untuk mengajak pemuda pemudi Indonesia untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan mendorong saya untuk berbagi pengalaman dalam mengembangkan salah satu bisnis saya.  Bisnis komunitas yang memulainya hampir tanpa modal. Semoga menginspirasi. Ada banyak sekali peluang bisnis, asal kita jeli memanfaatkannya. Salah satunya ada bisnis komunitas yang memanfaatkan waktu luang ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri. Setelah semua pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, mengantarkan anak sekolah, dsb ibu-ibu biasanya bingung mencari kesibukan untuk mengisi waktu luangnya. Peluang inilah yang saya ambil. Berangkat dari pemikiran tersebut, saya belajar dan  memikirkan bagaimana untuk mengkaryakan mereka. Mereka adalah sumber daya potensial yang bisa dimanfaatkan untuk berbisnis, asal kita tahu caranya. Karena itu, berbagai informasi mulai aku gali. Informasi dari internet dan dari pelaku bisnis komunitas yang telah jalan di bidang ini terlebih dulu sangat membantu saya untuk mulai menyusun langkah. Sampai pada suatu hari saya mendapatkan order untuk memasang monte dari batok kelapa di selempang sandal.  Di sinilah perjalanan dimulai, aku datangi ibu-ibu dan remaja putri satu-per satu untuk  mengumpulkan data sederhana, apa minat mereka, ketrampilan apa yang mereka inginkan, penghasilan minimal  yang mereka ingin dapatkan jika saya tawari pekerjaan, dan sebagainya. Survey sederhana ini tidak hanya untuk sekedar mengetahui need and want masyarakat, tapi juga untuk menawarkan pekerjaan/mencari pengrajin. Dan seperti wajarnya kalau kita berjualan, tentu ada banyak  sekali penolakan. Ada banyak sekali alasan yang kadang disampaikan dengan cara yang menyakitkan, upah yang rendah, kerjaan yang rumit, tidak ada waktu (padahal mereka menganggur), mata yang sudah rabun, dan sebagainya. Semua alasan bermuara pada keengganan untuk keluar dari zona nyaman. Tapi dari sekian puluh orang yang menolak, pasti kita akan bertemu dengan orang-orang yang semangat, yang satu ide dengan kita, yang semangatnya ikut membakar semangat kita. Karena itu... jangan putus asa bila anda berada di tahap ini. Proses belajar dari pengerjaan order per order, akan mengajari kita tentang seluk beluk bisnis ini. Kombinasi kesulitan untuk mendapatkan order, kesulitan menyampaikan ide pemberi order ke pengrajin, kesulitan mendapatkan pengrajin yang mau diajak kerjasama, kesulitan memenuhi deadline...  semua itu akan mengajari kita. Alam mengajari kita cara berbisnis dengan caranya yang unik, tapi semua itu akan  membawa kita menjadi semakin tangguh. Bisnis yang aku geluti ini belumlah besar. Tapi ada kemajuan yang signifikan. Dari semula pengrajin hanya ada 5 orang dan hanya sebatas tetangga kanan dan kiri, sekarang sudah berkembang menjadi 10 pengrajin garment dan 30 pengrajin accessories  yang aktif  dan  tersebar ke desa-desa tetangga. Dan saat ini, saya tidak perlu lagi mencari ibu-ibu  yang mau diajak kerjasama, karena malah justru ibu-ibu yang datang kerumah untuk meminta order. Demikian juga dengan varian produk yang kami kerjakan, kalau semula kami hanya mengerjakan order garment, sekarang kami  telah merambah ke produk  accessories. Order garment yang saat ini kami kerjakan meliputi bordir dan sulam  untuk kain kebaya,  pelaratan rumah tangga,  dan mukena. Sedang untuk accessories kami mengerjakan gelang, kalung, ikat pinggang, cincin, bros, peniti jilbab dan sebagainya. Saya berharap, bisnis yang saya tekuni ini bisa lebih berkembang lagi, sehingga  membawa lebih banyak manfaat bagi sesama. Menjembatani kebutuhan pengusaha yang menginginkan produksi produknya bisa terselesaikan dengan lebih cepat dan murah, dan membantu ibu-ibu untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat dan menghasilkan. Simbiosis mutualisme, itulah kata yang tepat untuk menggambarkah hubungan antara pengusaha dan ibu-ibu pengrajin. Dalam setiap kesulitan, selalu ada kemudahan. Teruslah berjalan, karena setiap kesulitan akan membuat kita menjadi semakin kuat dan semakin bertumbuh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline