[ Indahnya pemandangan Gedung Sate di pagi hari.]
Pagi Di Gedung Sate
Waktu di HP saya masih menunjukkan jam 04.20 WIB. Setelah tuntaskan salat Subuh berjamaah di Masjid Istiqamah, segera kaki saya langkahkan susuri jalan menuju Gedung Sate. Tujuan saya pagi ini untuk mengikuti acara yang diagendakan oleh sahabat Kompasianer Bandung. Sengaja saya datang pagi banget agar tak sampai terlambat datang. Maklumlah, sesuai maklumat Bang Aswi, jika datang lebih dari jam 08.00 WIB maka akan ditinggal bus rombongan. Berabe bukan? Lha wong saya datang jauh-jauh dari Surabaya, masak harus datang terlambat.
Senin pagi itu (7/12) suasana cukup atis. Setelah semalaman Bandung diguyur gerimis dan hujan di beberapa tempat. Sekitar 15 menit berjalan santai, sampai juga di gerbang depan Gedung Sate. Rencananya juga sih ingin sambangi Lapangan Gasibu. Sayangnya renovasi belum juga tuntas. Maklumlah, di beberapa tempat terutama taman-taman, Bandung sedang bersolek. Sebagai tuan rumah utama PON XIX dan PEPARNAS XV, Bandung pasti ingin menjamu tamunya dengan sebaik mungkin.
[Taman di seputaran Gedung Sate yang tertata rapi dan cantik.]
Alhamdulillah, justru kedatangan pagi itu banyak memberi pelajaran penting bagi saya. Semakin banyak yang bisa saya eksplor seputar Gedung Sate. Tambah satu lagi, semakin mengenal figur Gubernur Jawa Barat saat ini dari penuturan para punggawa Gedung Sate. Mulai dari Satpam, cleaning service, penjual bunga, penjaga 'kantin darurat', hingga karyawan. Semua bercerita lepas tanpa beban sesuai pengamatan dan pengalaman mereka masing-masing.
[Pos Satpam Gerbang Utama (utara) dengan penjaga yg sangat simpatik.]
Jujugan saya rupanya tepat. Pos Satpam gerbang utama (utara) menjadi pintu masuk saya. Setelah mohon izin untuk bertamu, saya disila untuk menunggu di dalam pos. Hanya ada seorang Satpam saja, sebab yang lain sedang berkeliling dan bergantian untuk tunaikan salat Subuh. Sekalian juga saya sampaikan untuk dapat berkeliling di seputaran Gedung Sate. Kemudian saya dijanjikan untuk bisa bertemu dengan bagian protokoler.
[Sepotong roti dan segelas kopi panas penghangat perut yg keroncongan.]
Nah, ternyata di ruang tunggu, tersedia 'kantin darurat'. Pagi yang atis itu akhirnya saya bisa ngupi cantik. Ditemani satu potong roti tawar, cukup mengisi perut yang kosong meronta. Cukup dengan 4.500 rupiah badan kembali segar. Asli saya salut dengan keberadaan kantin ini. Apalagi menurut para Satpam, kantin darurat ini sangat menunjang tugas mereka. Tak perlu jauh-jauh untuk mencari kopi saat malam hari. Di saat kantin Kantin Gedung Sate sudah tutup.