Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ali Mashuri

Orang Biasa Seperti Umumnya Yang Ingin Luar Biasa

Kegelisahan

Diperbarui: 13 Oktober 2022   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa santri diskusi dengan teman sekamar di Asrama (Dokpri)

Tentu hal yang membanggakan. Ketika ada anak yang menginjak usia remaja merasa gelisah sebab dianggapnya ketika berada di Asrama tidak mendapatkan apa - apa. Bahkan cenderung merasa jauh lebih produktif ketika masih singgah di rumah. Gelisah tidak bisa baca kitab, gelisah tidak efektif belajar, gelisah kegiatan itu - itu saja, gelisah melakukan apa - apa karena terpaksa, dan gelisah - gelisah lain yang sah - sah saja untuk digelisahkan. Kegelisahan tersebut pastinya membuat energi positif untuk semakin kritis dan keluar dari zona nyaman jika dibandingkan dengan remaja lain seusianya yang malah gelisah sebab banyak kegiatan atau pembelajaran yang efektif.

Adanya kegelisahan tersebut sebenarnya juga bisa dikatakan sebuah sentilan menggelitik agar Si Pengatur ritme roda aktifitas Asrama untuk mengevaluasi lebih lanjut supaya terciptanya alur yang jelas, akurat, dan efektif. Jika diibaratkan dengan sepakbola, percuma suatu kesebelasan dihuni oleh pemain bintang kalau pelatihnya menggunakan strategi SSB. Yo pasti ndak gathuk. Permainane rusak. Hal ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya peran strategi Asrama agar semua bisa berjalan efektif dan kondusif sehingga menciptakan benih - benih masa depan yang cemerlang secara intelektual dan spiritual.

 Akan tetapi, menurut pribadi, tidak sepenuhnya benar ketika ada sebuah kegelisan disebabkan tidak efektifnya kegiatan atau progam pembelajaran. Jika ditelisik lebih jauh, ternyata kegelisahan mendalam itu muncul karena adanya kekeliruan pola pikir dalam mendefinisikan kata 'Belajar'. Belajar itu tidak melulu tentang buku dan bangku. Tidak terbatas Sekolah dan Diniyyah. 

Belajar definisinya lebih luas dibandingkan itu. Nyatanya, dengan volume santri yang ada di Asrama, masing - masing dapat belajar bagaimana caranya agar suaranya bisa didengar dan diterima oleh teman, belajar bagaimana caranya agar terbiasa mendengar perkataan teman, belajar memahami, belajar menanggapi, belajar menemukan solusi, hingga belajar memanusiakan manusia yang menjadikan dirinya kaffah sebagai Khoirunnas Anfa'uhum Linnaas. Maka benar jargon jawa "Sing Penting Obah" . Dengan bergerak membaca setiap keadaan, akan ada sebuah pembelajaran yang nantinya menghasilkan Suri Tauladan.

 Ra kopiran, Yogyakarta, 13 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline