Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Bioavtur-SAF dapat Bermanfaat bagi Negara

Diperbarui: 16 November 2023   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi: Pertamina Patra Niaga

Bersama dengan Pertamina, Garuda Indonesia berhasil mencetak tonggak sejarah dengan keberhasilan tahap pertama uji coba Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang dilaksanakan pada Jumat, 27 Oktober 2023, dengan rute Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang ke Bandara Internasional Adi Soemarmo, Solo. 

Dengan demikian, Garuda Indonesia menjadi maskapai pertama di Indonesia yang berhasil melakukan penerbangan komersil menggunakan bahan bakar bioavtur. Bahkan, yang pertama di dunia dalam menggunakan bahan bakar pesawat dengan campuran minyak sawit.

Dalam usaha menuju sustainability, berbagai sektor indusrtial mengalami hambatan dalam transisi energi, sektor tersebut antara lain adalah konstruksi, produksi baja dan penerbangan. 

Pengembangan SAF merupakan upaya Pertamina dalam transisi energi di bisnis aviasi yang sekaligus mendukung pencapaian target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, Selain mereduksi emisi  penerbangan, SAF Pertamina juga memiliki keuntungan bagi Republik Indonesia. Berikut merupakan kelebihan dan keuntungan Bioavtur SAF bagi Indonesia :

1. Ramah Lingkungan


Sebagaimana sektor aviasi berkontribusi sebanyak 2 persen dari total emisi karbon di dunia, diperlukan tindakan untuk mereduksi emisi tersebut (International Energy Agency). Karena keterbatasan dunia dalam proses dekarbonisasi, keberhasilan penerapan bahan bakar bioavtur sangat penting dalam mitigasi emisi karbon pada sektor aviasi. 

Bioavtur SAF merupakan bahan bakar nabati yang ramah lingkungan karena terbuat dari komponen minyak sawit dalam formula SAF sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca pesawat terbang.

Illustrasi: ourworldindata.org

2.  Performa 


Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan bahwa bioavtur yang diproduksi PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) unit Cilacap, terbukti menunjukkan performa yang setara dengan avtur konvensional. 

Nicke menerangkan bahwa performa bioavtur SAF sudah optimal, di mana perbedaan kinerjanya hanya sekitar 0.4% dari kinerja avtur konvensional. Hal tersebut membuka adanya kemungkinan bahwa SAF perlahan akan digunakan sebagai subtitusi bahan bakar fosil ke depannya.

3. Kelimpahan


Berdasarkan data United States Departement of Agriculture (USDA), Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan produksi sebanyak 45 juta metrik ton pada tahun 2022. 

Aspek pemanfaatan komponen minyak sawit tersebut dapat mendorong perkembangan industri dan ekonomi di dalam negeri, di mana suplainya melebihi demand. Dengan potensi minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia kini sudah mampu menghasilkan energi terbarukan dengan dalam skala yang memadai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline