Lihat ke Halaman Asli

Ketika Manusia Menuhankan Bukan Tuhan

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Yang menjadi permasalahan klise pada umat beragama pada umumnya adalah karena menduakan Tuhan dan menganggap manusia sebagai Tuhan. Hal inilah yang menghalangi serta menghambat manusia untuk menaikkan kesadarannya mencapai kesadaran Ilahi dan menyempurnakan Akhlak atau budi pekertinya... Manusia suka menganggap pimpinannya, kyainya, ustadznya, ulamaknya, imamnya sebagai Tuhan. Atau menganggap dirinya sendiri, nafsunya sendiri sebagai Tuhan... Inilah kesalah kaprahan yang membuat hancur umat beragama....

Terjadinya kekerasan dimana-mana, pembunuhan atas manusia oleh manusia yang lainnya, penganiayaan, pemerkosaan, dan segala ketidak adilan serta kezaliman yang dilakukan oleh manusia dengan mengatas namakan Tuhan. Sesungguhnya itu karena mereka tanpa sadar sudah menuhankan Tuhan yang bukan Tuhan....

FILOSOFI NUR MUHAMMAD
Banyak fihak anti sufi yang memandang Filosofi Nur Muhammad ini sebagai sebuah ajaran yang sesat, syirik, serta Musyrik. Padahal Metodologi ini sebenarnya ilmiah dan universal juga. Sebagai Upaya untuk meneladani Nabi Muhammad SAW.

Filosofi Nur Muhammad yang ada dilkalangan sufi itu kalau dalam ilmu psikoterapi disebut sebagai tekhnik Role Model, kita menduplikasi serta memodel sebuah personal citra diri tertentu yang Excellence untuk diduplikasikan ke dalam diri sendiri..

Bila kaum sufi memodel atau meneladani Nabi Muhammad Saw dengan filosofi Nur Muhammadnya, maka tekhnik itu juga ada dalam ajaran dari agama lain, dalam agama Budha mereka melakukan meditasi untuk mencapai derajad Budha yang ada di dalam diri mereka masing-masing.....

Muhammad itu artinya yang terpuji karena baik akhlaknya. Dan hal itulah juga yang menjadi misi utama Rasulullah SAW, yaitu untuk menyempurnakan akhlak. Dan ketika kita sudah memodel dan mencapai derajad Muhammad, itu artinya akhlak kita telah mencapai derajad akhlak yang sempurna dan mulya...

Tolok ukur atau parameter dari peningkatan kesadaran adalah kemulyaan akhlak. Dan bukannya kemampuan melihat jin, setan, hantu serta gendruwo....ataupun sekedar mengalami pengalaman-pengalaman mistik sebagaimana yang sering dituduhkan kepada kaum sufi. Karena melihat Praktek sufisme yang keblinger.

Bila ingin melihat hakikat ajaran dari kaum sufi, lihat dengan kedua mata. Dan jangan hanya melihat dengan sebelah mata. Bagaimana anda akan memperoleh sebuah kebenaran bila anda belum-belum sudah under estimated dan merendahkan. Lihatlah apa adanya, lihatlah dengan hati dan pikiran yang bersih. Maka engkau akan tahu nilai-nilai kebenaran yang dibawakan oleh kaum sufi. (Baca Meditasi Islamiyah di sini : http://www.naqsdna.com/2014/11/meditasi-mata-ketiga-meditasi-islam.html )

KHALIFAH FIL ARDLI
Itu artinya kita menjadi pemimpin serta pengendali bagi dimensi alam materi dari diri kita sendiri. Kita dapat mengendalikan serta mengarahkan segenap potensi diri demi kebaikan serta kemajuan diri sendiri dan umat manusia serta alam semesta..

Kita dapat mengendalikan serta mengarahkan pikiran serta emosi kita untuk kebaikan diri. Menjadi pemimpin bagi pikiran dan emosi. Dan bukannya dikendalikan oleh pikiran serta emosi...

Pada umumnya, orang merasa dirinya penuh kendali dan dapat mengendalikan dirinya sendiri... Tapi lihatlah bagaimana akhlaknya ketika dirinya sedang terlibat konflik... Apakah emosinya yang memimpin ataukah rasionya..?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline