IndonesiaX : Terobosan Edukasi Online Tanpa Banyak Syarat
Bersyukurlah kalau kita masih haus belajar. Membuka diri untuk mau belajar. Bukankah belajar itu tidak terbatas hanya di bangku sekolah atau kuliah? Buktinya di Kompasiana ini saja kita juga belajar. Bagi saya, sudah belajar banyak di Kompasiana ini, ternyata saya juga mengalami perkembangan yang bisa diukur atas keterlibatan saya di Kompasiana. Bergabung di Kompasiana bukan melulu belajar menulis, tetapi juga harus menguasai teknologi. Belajar dari tulisan-tulisan yang kita baca, dari berbagai bidang keilmuannya. Belajar dari pengalaman orang lain, Belajar beretika dalam memberi komentar atau menjawab komentar. Mengasah kemampuan menulis pada akhirnya memberi saya banyak kesempatan dan pengalaman yang tadinya tak pernah saya bayangkan. Perkembangan yang saya dapatkan juga ada jejaknya yaitu tulisan saya diterbitkan di media cetak dan menjadi buku, mengikuti blogtrip dan mendapat honor dari aktivitas menulis.
Dalam kehidupan ini, kita tak bisa lepas dari belajar, berapapun usia kita. Punya rekening di bank saja kita harus belajar mengikuti perkembangan teknologi. Supaya bisa bertransaksi di ATM, menggunakan mobile banking, menggunakan internet banking dan sebagainya. Kalau kita tak mau mengikuti perkembangan, bagaimana jadinya? Masak rekening tabungan kita diserahkan ke orang lain untuk bertransaksi? Kalaupun kita percaya pada orang itu, maka akan ada ketergantungan pada orang lain. Disamping itu rekening tabungan sifatnya pribadi, menjadi ada pihak lain yang mengetahui. Bisa saja muncul niat jahat atas diri kita. Kalau kita bersikeras tak mau mengikuti perkembangan akan kesulitan sendiri pada akhirnya.
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tak bisa dibendung lagi, mulai dari anak balita sampai manula bisa mengoperasikan alat komunikasi. Keberadaan internet membuat orang terkoneksi dengan hal-hal baru yang menyenangkan dan informatif. Bermain game, bersosialiasi, sampai belanja barang dan jasa bisa terjembatani dengan mudah. Apalagi sekarang bisa diakses melalui Smartphone. Kalau kita menutup diri, akan menjadi sosok yang terisolir, berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Meskipun ada efek negatifnya, kecanggihan teknologi informasi memang menjadi pintu masuk berbagai informasi baik positif maupun negatif. Apabila penggunanya tidak bisa memfilter, akan terseret pada arus yang menyesatkannya. Namun demikian kemajuan teknologi sudah tak bisa dibendung lagi, oleh sebab itu manusia sebagai sosok yang berintelektual dan berhati nurani seharusnya lebih cerdas sebagai pengguna perangkat teknologi dan dapat menarik manfaat bagi kehidupannya.
Keunggulan Indonesia X : Teknologi, Berbagi Ilmu dan Edukasi
[caption caption="Video Prof. Rhenald Kasali sedang mengajar di Rumah Perubahan "][/caption]IndonesiaX hadir memadukan teknologi komunikasi dengan sistem pembelajaran jarak jauh. IndonesiaX merupakan kursus online gratis yang terbuka bagi siapa saja dengan sistem Massive Open Online Course (MOOC). Belajar jarak jauh ini akan menjadi jembatan ilmu yang dapat dijangkau oleh siapa saja, apalagi ada embel-embelnya : gratis! Siapa yang tidak tergiur dengan kata gratis? Sebenarnya bukan karena gratisnya yang menarik, tetapi misi dari IndonesiaX yang sangat bermanfaat bagi siapa saja, yaitu “Enriching Lives Through Education”.
Meskipun gratis kalau tidak bermanfaat apalah gunanya? Di IndonesiaX para dosen dari berbagai perguruan tinggi dan praktisi di bidangnya masing-masing memberikan pembelajaran dalam bentuk modul yang bisa dipelajari oleh siapa saja dengan penyampaian yang menarik dan mudah dipahami, asal terhubung dengan internet. Para pengajar diantaranya : Prof. Rhenald Kasali dari Rumah Perubahan, Wishnutama Kusubandio, selaku CEO NET TV, Edmon Makarim selaku staf Pengajar di Universitas Indonesia, Ir. Budi Rahardjo, MSc, PhD. selaku dosen ITB, Dr. Sri Sediyaningsih, selaku Pengajar Universitas Terbuka. Para peserta juga akan mendapat sertifikat bila berhasil menyelesaikan program belajarnya, Menarik bukan?
[caption caption="Pilihan Program Belajar di IndonesiaX"]
[/caption]Atas dasar ketertarikan itulah, saya langsung bergabung sebagai peserta IndonesiaX pada bulan Desember 2015 yang lalu, cara pendaftarannya sangat mudah, dengan hanya merujuk alamat email saja, berikutnya tinggal mengikuti petunjuk. Setelah proses pendaftaran kita punya “ruang belajar maya”. Lalu menentukan proram belajar apa yang ingin diikuti. Dari awal memang saya tertarik mengikuti program Prof. Rhenald Kasali. Kebetulan ada kelas yang baru buka, yaitu “Self Driving : Are You a Driver or a Passanger?” Setelah memilih, ada pengantar yang dapat kita baca sebagai petunjuk awal. Program ini dipelajari selama 5 minggu, sehingga setiap minggunya akan ada sebuah modul belajar beserta evaluasinya.
Modul belajar ada yang berupa transkrip dalam bentuk narasi dan juga video yang membuat peserta bisa serasa tatap muka langsung dengan pengajarnya. Pembelajaran Prof. Rhenald Kasali yang sedang jalan-jalan di Rumah Perubahan sangat menarik dibandingkan dengan latar belakang dinding kelas. Sambil memberikan penjelasan juga ada tampilan desain grafis sebagai penjelasnya. Hal ini memudahkan peserta untuk menangkap maksud pembelajaran yang disampaikan. Enaknya lagi, kita bisa belajar kapan saja. Disesuaikan dengan kita punya waktu untuk duduk di depan komputer atau laptop untuk belajar. Hanya butuh waktu kurang lebih satu jam seminggu untuk belajar sekaligus menyelesaikan tesnya. Memindahkan kelas ke rumah, itulah yang luar biasa bagi saya.
Hal menarik lainnya, kita juga bisa berinteraksi dengan peserta lain di forum diskusi. Ternyata saya termasuk peserta tertua di kelas itu, hehehe..... . Yang lain rata-rata masih berusia 20 tahunan, pelajar dan mahasiswa mendominasi. Tak masalah bagi saya, karena saya menganut belajar seumur hidup. Tak perlu malu atau minder belajar bersama teman-teman yang jauh lebih muda usianya. Justru dari sana kita bisa belajar sudut pandang masing-masing orang yang latar belakangnya berbeda-beda.
[caption caption=""Ruang belajar maya" di kursus online IndonesiaX, terdapat modul belajar."]
[/caption]Hal pertama yang menurut saya kurang adalah tidak adanya komunikasi dua arah antara pengajar atau asisten pengajar dengan peserta. Alangkah hidupnya suasana belajar apabila juga ada forum komunikasi timbal balik antara pengajar dengan peserta. Meskipun tidak perlu jawaban orang per orang. Forum diskusi yang terbentuk selama ini adalah antar peserta saja tanpa ada keterlibatan pengajar beserta asisten pengajarnya, sehingga kami ngobrol sendiri. Baik topik diskusi maupun tanggapan hanyalah terjadi antar peserta saja. Andai saja, ada tema diskusi yang dilontarkan oleh pengajar tentunya lebih seru diskusinya.