Lihat ke Halaman Asli

Majawati

Wiraswasta

Jokowi, Sosok yang Peduli

Diperbarui: 13 Desember 2015   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi, Sosok yang Peduli

[caption caption="Jamuan Makan Siang Kompasianer bersama Presiden Jokowi 12 Desember 2015"][/caption]

Di ajang Kompasianival 2015 ini saya memang tidak bisa hadir. Sudah atur-atur jadwal, tetap saja bertubrukan dengan urusan kerja. Sehingga jauh hari pun memutuskan tidak hadir. Keinginan untuk hadir sungguh menggebu, tema Indonesia Juara yang menghadirkan tokoh-tokoh hebat yang inspiratif benar-benar menggelitik hati saya ingin terlibat di sana. Belum lagi bisa kopi darat dengan sesama kompasianers.

Tapi ya sudahlah, memang tidak memungkinkan. Salah seorang teman dari komunitas Bolang Malang, Mas Yunus juga sudah menanyakan tentang rencana kehadiran saya jauh hari sebelumnya. Berbeda dengan tahun lalu, dimana jauh hari saya sudah bisa memutuskan untuk berangkat. Kalaupun direncanakan berangkat, hambatan juga pasti ada karena bandara Malang sudah tutup sejak Jumat.

Walaupun ada rasa kecewa di dada, saya memantau perkembangan Kompasianival 2015 melalui liputan di Kompasiana dan juga facebook dan instagram. Betapa kagetnya ketika membaca di obrolan bahwa Presiden Jokowi tidak bisa hadir. Ada yang menulis karena alasan kurang sehat. Sebagai gantinya ada 100 kompasianer yang diundang jamuan makan siang ke istana negara. Wow.... sampai sebegitu perhatian Presiden?

Dalam hati saya jadi berpikir,andai saja saya mendaftar, mungkin dipertimbangkan jadi salah satu undangan ya...? Apalagi saya pernah terlibat dalam kepenulisan buku "Jokowi, Harapan Baru Indonesia" bersama 20 kompasianer lain. Hehehe.... ge er nih! Biarlah saya berandai-andai, saya mengakui adalah sebuah kebahagiaan bisa berada di suatu tempat bersama Presiden. Tak perlu jamuan makan pun itu sangat berarti bagi saya.

Jokowi adalah presiden Indonesia, saya sebagai warga negaranya tentunya  punya kebanggaan, punya rasa bahagia berada lebih dekat dengan pemimpin negara ini. Bukankah sebuah kesempatan langka yang istimewa bagi seorang warga negara? Saya kira sebagian besar rakyat Indonesia akan merasa sebuah peristiwa luar biasa ketika berada di dekat pemimpin bangsanya. Ketika beberapa saat yang lalu beberapa kompasianer diundang ke istana negara untuk jamuan makan siang. Tentunya saya merasa bangga dan senang karena teman-teman sesama kompasianer mendapat kesempatan langka itu.

Dan sekarang kali kedua presiden mengundang makan siang lagi kepada kompasianer dana dalam jumlah yang lebih besar, 100 orang. Wow..... senang, bangga dan bahagia! Meskipun saya bukanlah salah satu orang yang termasuk diundang. Di mata saya, betapa Jokowi peduli pada undangan Kompasiana. Acara kompasianival jelas dihadiri oleh blogger kompasiana dari berbagai penjuru tanah air bahkan dari luar negeri.

Pastilah kehadiran Jokowi menjadi salah satu magnet terbesar di acara ini. Kalaupun Jokowi tak hadir dan digantikan oleh orang lain, ya bukankah hal seperti itu sudah lumrah kalau pejabat yang berhalangan hadir. Jangankan presiden, di acara 17 Agustus an RT saya saja. Pak Lurah tidak datang, ya diwakilkan. Tetapi ketika Presiden tidak hadir dan balas mengundang dengan diwakilkan oleh 100 kompasianer terpilih, saya benar-benar salut! Di mata saya, Presiden begitu peduli.

Tidak penting dasar pilihannya apa kepada 100 kompasianer terpilih itu, tetapi mereka adalah mewakili seluruh kompasianer di Blog Kompasiana. Kehadiran mereka juga termasuk sudah mewakili saya, liputan teman-teman yang hadir di acara itu sudah membuat saya seperti hadir dan merasakan suasana bersama Presiden. Kehadiran saya tak harus berupa raga yang  berada di sana.

Tak disangka ternyata kepedulian Presiden Jokowi dengan mengundang 100 Kompasianer dalam bentuk jamuan makan siang justru menuai kontroversi. Dari artikel yang saya baca selama 2 hari ini di kompasiana dan facebook, pro dan kontra justru terjadi dan ramai menjadi perbincangan. Kedua sudut pandang itu adalah pendapat, sehingga ada alasan masing-masing atas sikap pro dan kontra mereka. Seperti saya pun yang saat ini juga punya pendapat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline