Lihat ke Halaman Asli

Majawati

Wiraswasta

Tembus Media Cetak, Perlu Dicoba!

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

141058408056571287

Oleh : Majawati Oen

Bergabung di Kompasiana membuat saya bergairah kembali terjun ke dunia tulis-menulis. Menjadi kompasianer otomatis mengasah kemampuan menulis saya. Memang hanya hobi, tetapi saya tak ingin waktu terbuang percuma. Meskipun usia sudah tidak muda lagi, semangat saya tidak pernah tua. Meskipun gaptek, nekad juga mencoba-coba. Tak ada kata tak bisa, asal mau berusaha. Memang kalah cepat dengan yang masih muda-muda. Saya nikmati saja, menyadari beda generasi kok! Perlahan tapi pasti, meski tidak sehebat yang melek teknologi setidaknya saya bisa posting tulisan dengan baik. Saya senang kalau tulisan saya dibaca orang, apalagi diberi komentar dan vote makin memberi semangat. Dipilih Admin jadi HI, HL atau TA, ada rasa bangga juga.

Bergabung kira-kira dua tahun di Kompasiana hobi menulis saya benar-benar tersalurkan. Berkompasiana menjadi “Me Time” saya. Dari waktu ke waktu saya menjadi percaya diri bahwa saya bisa menulis, tulisan saya ternyata layak dibaca khalayak umum. Dari situlah muncul keinginan untuk mengirimkan tulisan ke media cetak. Tak pernah tahu hasilnya kalau tidak dicoba, bukan?

Pertimbangan saya mengirim artikel ke media cetak adalah:


  1. Untuk menguji kemampuan menulis.
  2. Mendapat pengalaman menembus media cetak
  3. Berbagi melalui tulisan
  4. Bisa mendapatkan kompensasi

Cerita perjalanan ke Lourdes, dimuat di Jawa Pos 15 Oktober 2013 (dok. pri)

Akhirnya saya mencoba mengirim sebuah tulisan ke media cetak. Tulisan yang saya kirimkan adalah tentang traveling sesuai hobi saya, tentunya disertai foto-foto pendukung agar menarik. Tak disangka 4 hari kemudian dimuat. Wow.... saat itu rasanya senang sekali, seperti dapat HL kalau di Kompasiana. Kebahagiaan itu pernah saya posting disini.Saya jadi berpikir, segampang itukah tembus media cetak? Itulah pengalaman pertama saya mengirim tulisan ke media cetak beberapa bulan yang lalu. Lalu timbul niat saya lagi untuk mencoba kirim artikel lagi tentang traveling karena memang ada hasrat untuk mengirim liputan itu dan saya yakin liputan itu menarik sekali, foto-fotonya juga bagus! Rubrik yang menjadi tujuan saya adalah dikhususkan untuk wanita, sehingga peluang untuk dimuat menjadi lebih besar. Tulisan itu saya kirim via email ke media cetak yang sama, Jawa Pos. Saya pilih Jawa Pos karena memang media di Jawa Timur, tempat tinggal saya, tapi skalanya sudah nasional.

Berbeda dengan tulisan saya sebelumnya, sampai 2 minggu tidak dimuat. Saya berpikir ditolak. Tak disangka suatu malam saya dapat sms dari Jawa Pos, bahwa email saya sudah diterima, tetapi perlu dilengkapi sehingga diminta untuk wawancara via telpon. Tiga hari kemudian, dimuat juga. Senang tentunya, dan dapat pengalaman yang berbeda. Apabila tulisan dimuat di media cetak, reaksinya berbeda dengan posting di Kompasiana. Memang tidak ada interaksi dengan pemberi komentar secara langsung, tetapi hari itu juga saya kebanjiran telpon dari teman dan kerabat yang menanyakan artikel saya yang dimuat itu. Bukan berhenti sampai di situ, beberapa waktu sesudahnya pun ketika bertemu kenalan  orang masih menanyakan, “Kamu masuk Jawa Pos, ya! Wah hebat ya!” Tentu saya ini jadi “bahan bakar” yang penting bagi penulis pemula seperti saya.

1410584187626260541

Cerita perjalanan Ke Monaco, dimuat di Jawa Pos 24 April 2014 (dok. pri)

Melalui tulisan ini saya ingin berbagi, bahwa untuk bisa tembus media cetak itu tidaklah sesulit yang dibayangkan orang selama ini. Dengan berbekal menulis di Kompasiana dan saya mengamati serta belajar pada artikel-artikel yang menjadi HL atau TA bisa jadi acuan untuk bisa tembus media cetak. Apa saja itu?


  • Judul yang menarik
  • Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan enak dibaca, ejaan yang benar, huruf kapital dan tanda baca yang sesuai kaidah.
  • Memilih topik yang menarik
  • Gaya kepenulisan yang lugas, alur yang runtut dan tidak bertele-tele

Saya sudah mencoba, bagaimana dengan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline