Cafe yang Menyajikan Menu Sejarah
Oleh : Majawati Oen
Suatu malam saya dan keluarga makan di luar, karena pernah mendapat rekomendasi dari teman ada yang jual dimsum di dekat rumah saya. Tepatnya di Jalan Panji Suroso di sekitar Terminal Arjosari, kota Malang. Maka malam itu kami ingin coba, memang biasanya makan dimsum pada pagi hari. Hanya saja, saat itu kami ingin makanan yang ringan saja, sehingga mampirlah ke sana. Namanya De’ Museum Cafe. Dari depan tampak seperti restoran China, karena ada lampion merah yang tergantung. Setelah masuk ke dalam, saya terheran dengan interior yang ditampilkan. Ada rak lemari buku yang berisi bermacam-macam buku dari berbagai bahasa, terutama dari wilayah Timur Tengah. Lalu di dinding terdapat tulisan-tulisan yang asing bagi saya, beserta gambar-gambar artefak. Di bagian tengah terdapat tiang kayu besar berbentuk tabung berdiameter kira-kita 60 cm lalu di pasangi etalase yang mengelilinginya dipajangi lembaran-lembaran tulisan Ibrani yang merupakan dokumen-dokumen kuno yang ditemukan di sekitar Laut Mati. Hal itu saya ketahui dari pemilik Cafe, Ibu Erna yang anaknya pernah les di tempat saya. Beliau menghampiri saya ketika saya berdiri di depan pilar itu dan mengamati tulisan yang sangat asing itu.
[caption id="attachment_361485" align="aligncenter" width="474" caption="Naskah dari Kitab-kitab kuno berbahasa Ibrani (dok.pri)"][/caption]
[caption id="attachment_361495" align="aligncenter" width="474" caption="Artefak di zaman kuno (dok. pri)"]
[/caption]
Di bagian salah satu dinding juga ada rak-rak buku yang djual kepada pengunjung. Rata-rata buku yang dijual juga buku-buku tentang sejarah di wilayah Timur Tengah. Mengungkap perkembangan mulai zaman Romawi, perkembangan agama Kristen dan Islam serta sejarah Timur Tengah. Di dua sudut juga dipajang souvenir berbagai negara, yang menarik adalah souvenir dari Mesir dan Benteng Yerusalem.
[caption id="attachment_361487" align="aligncenter" width="300" caption="Berbagai koleksi buku kuno (dok.pri)"]
[/caption]
Makin tak sungkan saya tanya ini dan itu. Ibu Erna adalah seorang dosen Bahasa Arab dan suaminya Bapak Bambang adalah seorang ahli paleografi (orang yang mempelajari sejarah tulisan). Beliau mendalami bahasa-bahasa kuno di daerah Timur Tengah dan menguasai 5 bahasa kuno. Memang saya tahu, setahun sekali mereka sekeluarga selalu berlibur ke negara-negara di Timur Tengah.
[caption id="attachment_361489" align="aligncenter" width="300" caption="Peshita adalah Alkitab yang menggunakan bahasa Aramay"]
[/caption]
Salah satu buku koleksi yang menarik adalah Peshita, yaitu Alkitab yang memakai bahasa Aramay ,bahasa yang digunakan Yesus pada zamanNya.
Ada beberapa pertanyaan yang saya ajukan kepada Ibu Erna dalam kesempatan itu.
Mengapa interior pada cafe ini dibuat bernuansa sejarah?
Karena melalui cafe ini mereka berdua bisa berbagi dengan para pengunjung tentang fakta sejarah. Orang bisa mencari kebenaran melalui buku-buku kuno yang ada fakta sejarahnya. Ada orang-orang yang salah menafsirkan karena mereka tidak tahu.
Apakah pengunjung bisa membaca buku-buku koleksi yang ada?
Buku-buku koleksi yang ada di lemari bisa dibaca saat Pak Bambang ada di tempat karena kuncinya dibawa beliau. Bukan hanya membaca, tetapi juga bisa berdiskusi di sini. Sedang buku-buku di rak memang untuk dijual.
Apa tujuan cafe ini memajang hal-hal yang berbau sejarah?
Banyak orang tidak tahu, dengan adanya fakta-fakta ini kami pajang, setidaknya pengunjung bisa menikmati makanan sekaligus mendapatkan informasi sejarah dengan membaca pajangan-pajangan di dinding.
Apakah banyak pengunjung yang berminat ingin tahu?
Tidak semuanya, tetapi cukup banyak orang yang bertanya atau sekedar berkeliling untuk membaca pajangan di sepanjang dinding cafe. Mereka yang berminat bisa mengikuti kursus bahasa yang diberikan, seperti kursus bahasa Zemetis, adalah bahasa yang dipakai oleh keturunan Zem.
Siapa saja yang berminat ikut kursus bahasa kuno ini?
Banyak juga dari kalangan awam yang ingin tahu, tidak selalu orang-orang yang mendalami agama.
[caption id="attachment_361493" align="aligncenter" width="300" caption="Pajangan di dinding cafe (dok. pri)"]
[/caption]
[caption id="attachment_361494" align="aligncenter" width="360" caption="Sejarah tentang Bhinneka Tunggal Ika (dok. pri)"]
[/caption]
Kunjungan saya ke De’ Museum Cafe memberi wawasan baru yang sebelumnya tak pernah saya ketahui. Ternyata seorang ahli bahasa kalau buka cafe mengusung latar belakang belakang mereka di cafenya. Bukan hanya menyajikan menu makanan, tetapi juga menu sejarah. Mungkin akan lebih punya kesan Timur Tengah bila menu yang disajikan juga khas Timur Tengah beserta iringan musiknya. Suasananya akan lebih terasa berada di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H