Lihat ke Halaman Asli

Karena Aku Cinta Kamu Dunia Akhirat

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pagi ini mereka bertengkar lagi!, Praaak!. Suara benda jatuh dan diiringi tangisan histeris memecah kesenyapan pagi itu. Bergegas aku ke ruangan tengah meninggalkan cucian piring- yang masih menumpuk. “Astagfirullah...,Bang Azam! , Umar!, ada apa ini?” tanya ku.
“Azam Mi”..Umar tidak lagi memanggil dengan panggilan abang tandanya ia sedang marah sekali. “Azam pukul Umar!, sakit tau!”. Dengan dada yang bergerak turun naik cepat, mata menatap abangnya tajam bagai sembilu, dan tangan terkepal erat bagaikan siap memecahkan batu sekeras apapun.Rahang Umar terkatup rapat dan dan mulut yang manyun.
“Umar duluan yang pukul! “ sahut Azam. “Nggaaaaaaaak!’ lagi suara Umar membahana . “Azam yang ambil mainan Umar ! Azam #..$?!!!?##$!! Umar makin menjerit. “
“ kamu pelit” jawab Azam sambil mencibir sesekali menghindar tinju adiknya.
‘Sudah..sudah.....Umar...Azam...”leraiku. Adrenalinku langsung meningkat melihat perkelahian mereka . “Astaghfirullah”ku cepat-cepat beristighfar. “Abang Azam, Abang Umar, sini...” sambil jongkok cepat ku peluk mereka berdua. Umar dan Azam masih sikut-sikutan. Ku pererat pelukanku. “Abang puasakan?,Puasa nggak?” tanyaku. Perlahan mereka mengangguk. “puasa Mi” dengan muka masih cemberut walau nafasnya sudah berangsur tenang.
“Nah coba cerita sama Ummi apa yang terjadi...gantian ya. Coba Umar dulu...” Bla----bla---- begitulah seterusnya, akhirnya mereka akur dan bermain lagi.Tak lama...
“Ummiiiiiiiiiiiii!!!!!!!!”
Itulah keseharian di awal puasa ini. Azam yang cepat bosan dan Umar yang agak cengeng.Belum lagi kalau sikecil Sarah sudah bangun dan ikut nimbrung dengan kedua abangnya. Rumah semakin rame seperti pasar loak ! semrawut. Kerjaan dapur yang menumpuk, pembantu yang belum datang karena masih izin awal puasa. Duh pusing...!!!
----------------
Itu ceritaku bulan Ramadhan dulu..
Sekarang tidak lagi. Wah! Pasti penasaran kan? Emang apa yang terjadi?. Ada rahasianya. Mau? Ikutin terus ceritanya ya.
Awalnya Umar – anakku yang kedua- di hari pertama puasa biasanya bangun lebih awal dari abangnya Azam. Sebelum bangun aku sudah menyediakan laptop lengkap dengan printernya. Walau masih usia 7 tahun dan masih duduk di Sekolah Dasar kelas dua, Umar sudah bisa mengetik sederhana.
“Umar, ayo sini...duduk dekat Ummi”. Sapa ku lembut.” Apaan Mi”sahutnya sambil lekas duduk disampingku. Ia memang suka dengan laptop, apalagi kalau mainkan game di laptop.
“Ummi mau ajarkan bikin sesuatu yang baru... mau? Tawarku. “Mau, mau! Dengan antusias anakku menjawab dengan mata yang berbinar.” Umar disekolah punya mading kan?”
“Mading? Oh ya ada Mi, yang ada tulisan tulisan itukan Mi? Ada gambar juga.lucu-lucu” Umar langsung nyerocos.
“Nah, Umar bisa bikin seperti itu di rumah kita.Kita kan ada papan tulis, nanti kita isi macam-macam. Umar bisa tulis apa aja, gambar warna-warni.Trus kita tempel deh di madingnya.Mau? Jelasku sambil tersenyum. “Yee..!...Umar mau buat mading!..sorak Umar.
“Tapi untuk yang pertama, kita bikin ceklist Ramadhan ya. Itu untuk daftar ceklist kegiatan Umar selama bulan Ramadhan. Kan Umar udah punya kegiatan sendiri, jadi lebih mudah melihatnya kalo ada tabelnya. Yuk kita buat tabel untuk ceklist Ramadhan.......” dengan sabar aku mengajari Umar. Ku buka program power point aja biar lebih menarik.
Begitulah...bersama-sama membuat ceklist Ramadhan ternyata membuat Umar gembira.Ia menentukan sendiri jumlah target kegiatannya. Misal untuk hafalan ayatnya, “ satu ayat aja ya Mi satu hari, trus tarawihnya setiap hari. Hmm......shalat fardhu 5 kali , membantu orangtua setiap hari” . Setelah selesai di print, bersama-sama pula kami memasangnya di papantulis yang sudah ada salah satu ruangan yang merangkap ruang bermain.
“ Hmm...Umar hebat...tos dulu..” pujiku sambil tersenyum.
Azam yang sudah bangun mendekat dan memperhatikan apa yang kami lakukan. “kalau Azam bikin di excel ya Mi, lebih mudah. Tuh kan kolomnya banyak banget ...untuk hari aja 29 “. Komentar Azam yang sudah duduk di kelas empat Sekolah Dasar.
”boleh..boleh..sebaiknya emang begitu”. Jawabku. Sekarang giliran Azam membuat ceklist Ramadhannya. Aku hanya mendampingi sambil sesekali memperbaiki.
“tambahkan silaturahim ya MI......”
“ bacanya kurang tuh..Azam mau dua kali....”
“infaknya Mi..” Azam nampak bersemangat menyelesaikan ceklistnya.
Umar yang sudah mandi langsung mengambil Alqur’annya, “ Umar mau hafal ayat dulu ya Mi.......”. Subhanallah!!!! Tanpa di suruh-suruh lagi Umar sudah mulai melaksanakan kegiatan yang sudah dibuatnya tadi.
“Horeee, sudah selesai..” Azam berteriak gembira di depan mading Ramadhan. Di papan tulis sudah terpasang rapi empat buah tabel cantik dengan judul masing-masing. Ada Agenda Ramadhan Umar!..Agenda Ramadhan Azam!..Agenda Ramadhan Ummi!..dan tentunya Agenda Ramadhan Abi!...he..he..he. Kata Abi “jadwal ceramahnya belum keluar tuh..nyusul aja ya..” Stttt.......agenda ummi ada ta’jil buat tetangga juga. Turs ada juga pesan-pesan Ramadhan,ucapan marhaban Ramadhan dan lain-lain.
Hari itu begitu berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Kini mereka tidak ada lagi berebut mainan karena sudah punya target sendiri-sendiri. Azam yang lebih tua sibuk bertanya” Mi apa lagi yang perlu dibantu? ..bawang ini Azam kupas ya Mi...Azam boleh bantu cuci piringnya? Kamar sudah Azam rapikan Mi...”. Yup!..Ku acungkan jempol buat Azam..Sekarang rumah lebih cepat rapi dan ada waktu yang lebih banyak untuk bersama-sama dengan semua buah hatiku.
Umar sudah rajin memperhatikan jadwal sholatnya. Masih 30 menit menjelang zuhur, Umar bergegas memanggil-manggil Abinya, “ Bi...cepetan...yuk ke mesjid, katanya Abi mau azan...”
‘Ummi....Umar mau setoran hafalan ayat ni...” dengan manja ia bergayut padaku....”Buku Umar sudah rapi kan Mi?.
Kalau keduanya sudah mulai terpancing emosi-namanya juga anak-anak-..”ayo...puasa itu menahan diri...nggak mau kan puasanya sobek-sobek..” Istilahku. “Astaghfirullah..astaghfirullah..” ucap Azam dengan lirih. Hatiku tersenyum..
Subhanallah, anak-anak amanah Allah. Ketika kita memberikan cinta sepenuhnya buat mereka, maka mereka akan melihat dunia di hadapannya penuh warna, penuh cinta. Mereka akan menatap kedua orang tua mereka dengan tatapan penuh cinta. Sungguh Ya Allah aku mencintai mereka dunia akhirat...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline