Lihat ke Halaman Asli

Maisa Sakinah

Mahasiswa

Pahlawan Tanpa Mahkota

Diperbarui: 28 Juni 2023   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

di masa Perang global II, Indonesia sebagai salah satu teater perang yg terlibat dalam konflik dunia. poly cerita heroik yang ada dari periode tadi, namun ada satu grup pahlawan yg terabaikan dan sporadis menerima pengakuan yang pantas: romusha Indonesia. Romusha, yang berarti pekerja paksa, artinya buruh Indonesia yg dipaksa sang tentara Jepang untuk bekerja dalam kondisi yang mengerikan. 

Meskipun mereka tak memakai seragam atau mahkota, romusha artinya pahlawan tanpa pertanda jasa yang berjuang untuk bertahan hayati serta mempertahankan harga diri mereka pada tengah tekanan dan penderitaan.

pada awal 1942, Jepang menduduki Indonesia serta segera mendirikan pendudukan militer. buat mendukung upaya perang mereka, mereka membutuhkan energi kerja yg besar . Inilah waktu dimulainya perekrutan romusha. seratus ribu lebih laki-laki Indonesia dipaksa buat bekerja dalam proyek-proyek konstruksi, seperti menciptakan jalan, pelabuhan, dan landasan pacu pesawat. 

Mereka diperlakukan menggunakan kejam serta seringkali kali dipaksa bekerja dalam kondisi yang tidak manusiawi. Mereka menghadapi kelaparan, penyakit, serta perlakuan kasar berasal para penjaga Jepang.

Meskipun romusha hidup dalam kengerian dan penderitaan, mereka memberikan ketahanan dan keberanian yg luar biasa. Mereka terus bekerja keras meskipun pada keadaan yg sangat buruk , menggunakan harapan bahwa mereka bisa bertahan hidup dan pulang ke keluarga mereka. Romusha juga memakai kesempatan buat saling membantu serta membentuk solidaritas pada antara mereka.

Mereka menyebarkan makanan, merawat teman yg sakit, dan memberikan dukungan moral satu sama lain. Semangat juang mereka menjadi contoh inspiratif bagi banyak orang di kurang lebih mereka.

Sayangnya, ketika Perang dunia II berakhir, cerita romusha sering kali terabaikan pada narasi sejarah resmi. penekanan primer cenderung pada kontribusi pahlawan perang lainnya, ad interim peran romusha dilupakan. 

Poly asal mereka yang kembali ke kampung halaman menggunakan luka fisik serta emosional yang dalam, hanya buat menghadapi stigmatisasi serta perlakuan diskriminatif asal masyarakat setempat. poly dari mereka hayati pada kemiskinan dan kesengsaraan, sementara kisah mereka diabaikan atau bahkan dihapus dari sejarah.

tetapi, pada tahun-tahun belakangan ini, upaya telah dilakukan buat menghidupkan kembali cerita romusha dan menyampaikan pengakuan yang layak bagi mereka. grup-kelompok advokasi dan organisasi rakyat telah bekerja buat mempromosikan kesadaran akan kiprah romusha serta menghormati mereka menjadi pahlawan yg layak dihargai. 

Pada beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia pula sudah merogoh langkah-langkah buat mengakui donasi romusha melalui upacara peringatan serta penghargaan.

dalam menghadapi masa kemudian yang kelam ini, krusial bagi kita menjadi rakyat buat belajar asal kesalahan yg sudah terjadi dan memberikan penghormatan yg layak bagi pahlawan yg terabaikan. Romusha sudah membuktikan ketahanan, keberanian, serta semangat juang yg patut diapresiasi. Mereka ialah pahlawan sejati yg berjuang buat bertahan hayati pada syarat yg tidak manusiawi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline