Lihat ke Halaman Asli

Maisa Sakinah

Mahasiswa

Harus Memilih Teman

Diperbarui: 16 Juni 2023   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam agama Islam, memilih kawan atau teman yang baik sangat penting karena teman memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Islam mengajarkan nilai-nilai persaudaraan, solidaritas, dan hubungan yang sehat antara sesama muslim. Dalam konteks ini, kisah Nur Amalina Che Bakri, seorang mahasiswi Malaysia yang menentang arus dan tidak mengikuti gaya hidup umum remaja sebayanya, menjadi contoh yang relevan. Kasusnya menunjukkan pentingnya hati-hati dalam memilih kawan dan bagaimana pilihan tersebut dapat berdampak besar pada hidup seseorang.

Nur Amalina Che Bakri adalah seorang mahasiswi kedokteran yang menolak untuk mengikuti tren mode, gaya hidup yang berlebihan, dan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. Sikapnya yang berbeda membuatnya menghadapi tekanan sosial dari lingkungan sekitarnya, terutama teman-teman sebayanya yang menganggapnya aneh atau ketinggalan zaman.

Dalam Islam, ada tuntunan yang jelas dalam memilih kawan atau teman. Al-Quran menekankan pentingnya bergaul dengan orang yang beriman dan menjauhi teman yang buruk atau yang membawa pengaruh negatif. Rasulullah Muhammad saw. juga memberikan nasihat yang relevan, mengingatkan umatnya bahwa seseorang cenderung menyerupai agama temannya.

Tafsir surah Al-Furqan ayat 27-28

Al-Quran menggambarkan sebuah keadaan seseorang yang menyesal karena tidak mengikuti jalan rasul sebab salah dalam memilih teman. Gambaran tersebut diabadikan dalam surah Al-Furqan [25]: 27

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا

“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya (menyesali perbuatannya) seraya berkata: Wahai sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.”

Al-Furqan [25]: 28

يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا

“Celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku)”

Disebutkan dalam Tafsir Al-Azhar jilid 7, 5026, latar belakang turunnya ayat di atas adalah seorang pemuka Quraisy bernama Uqbah bin Abu Mu’aith. Sebelum memeluk Islam, Uqbah memiliki hubungan sangat baik dengan Rasulullah saw. Uqbah sering bertukar pikiran dan bergaul dengan Nabi, sehingga ia mengucapkan syahadat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline